webnovel

Disha Labil

"Ganti."

Seorang fotografer di sebuah agensi model tengah melakukan pemotretan. Pria itu baru saja menyuruh model yang ia foto untuk mengganti pakaiannya. Brand yang membooking si model itu mengirimkan 5 pasang busana untuk dikenakan oleh si model yang ia booking. Ines Alve.

Wanita itu keluar dari kamar pas. Ini adalah pakaian ke-5 yang telah dipakainya untuk keperluan foto kampanye produk sebuah brand ternama.

Make up artist yang ada di sana sedikit membetulkan riasan dan tatanan rambut Ines. Karena konsepnya adalah kontras dan senada, maka riasan yang ditampilkan pun harus disesuaikan dengan corak pakaian yang ia kenakan.

"Yok mulai." Ujar Rion, fotografer yang bertugas memotret Ines saat ini.

"Dagunya naikin dikit. Yak sip, one two three." Ucapnya lagi mengarahkan pose Ines agar anglenya lebih ditunjukkan.

Berikutnya adalah pose dengan kedua tangan terlepas seolah sedang melayang. Ini karena disesuaikan dengan bentuk atasan yang seperti kelelawar. Beberapa jepretan kamera berhasil diambil.

"Coba sekarang sumringah Nes." Titah Rion. "Nah cakep. Tangan kanan di pelipis kasih celah."

Ines menurut. Di ruangan itu ada Disha, Rion, seorang penata stylish, 2 orang make up artist, dan 2 lagi bagian kameramen. Tak ada Saga. Jadi ia bisa bebas berpose tanpa khawatir akan tatapan lapar pria itu.

Haha, pria kadang suka napsu kalau lihat yang bahenol dan terbuka gitu, kan?

"Sekali lagi, Nes. Yang semi sensual ya, biar terkesan menggoda."

Ines lantas berpose sesuai dengan arahan dari Rion. Kedua bahunya dilebarkan, memberi ruang agar potongan pakaian itu terlihat. Kedua tangannya ia jatuhkan tepat di sebelah tulang pipi. Posisinya yang menduduki sebuah kursi cekung pun dimanfaatkan dengan menyilangkan kedua kaki jenjangnya. Bahkan wanita itu menggigit bibir bawahnya demi mendapat kerelevanan terhadap konsep yang diangkat.

Disha menggelengkan kepalanya berulang kali. Sarat akan rasa takjub sebab ini adalah pertama kalinya ia kerja menemani Ines melakukan photoshoot.

Oh, betapa berbakat dan profesionalnya wanita yang kini menjadi bosnya itu. Pantas saja Saga tergila-gila padanya.

"Rion, seperti biasa."

Suara bariton itu membuat seisi studio menoleh. Seorang pria yang mereka kenal berdiri gagah di ambang pintu seraya tersenyum manis yang ditujukan pada si model.

"Loh Ga, bukannya lagi photoshoot sama Kanna, ya? Udah selesai?" Tanya Rion.

Yang bicara dengan Rion adalah Saga. By the way, yang dimaksud Saga 'seperti biasa' adalah pria itu meminta Rion untuk mengirimkan hasil photoshoot Ines padanya. Karena saking seringnya Rion menangani Ines, dirinya selalu diteror Saga untuk mengirim semua foto-foto hasil jepretannya jika itu menyangkut Ines.

Saga malah tak peduli pada hasil photoshootnya sendiri.

"Baru selesai. Cuma sebentar, jadi ya cepet." Ujar Saga yang kini duduk di sebelah Disha. Sementara Ines yang tau akan kedatangan pria itu langsung masuk kamar pas. Mengganti produk brand dengan pakaian yang tadi ia kenakan sewaktu berangkat sebab photoshoot telah selesai.

"Nanti aku kirim. Mau edit dulu."

Saga mengangguk ringan kemudian ketika melihat Ines keluar dari kamar pas, ia lantas menarik tubuh kecil itu keluar dari ruangan.

"Udah makan?"

Halah basa-basi yang basi! Padahal tadi saat masih di rumahnya, pria itu berlaku otoriter pada Ines. Jujur saja, ia masih dongkol dengan sifat Saga yang satu itu. Bisa dibilang berubah-ubah seperti bunglon. Kadang lemah lembut. Kadang keras kepala dan semaunya.

Wanita itu hanya menggeleng pelan sebagai jawaban. Ia tak berniat membuka suara.

Saga segera memanggil Disha yang masih di dalam studio setelah mendapat jawaban Ines.

"Apa to, Mas? Suka banget teriak-teriak." Gerutu Disha mencebikkan bibir.

"Kamu pulang duluan aja, bawa mobilnya Ines."

Si empu yang diperintah malah menyipitkan kedua matanya. "Mbak Ines mau kamu culik kemana lagi?"

Mungkin jawaban Disha terdengar seperti orang yang tak tau terima kasih. Sudah diberi uang pelicin agar mau membantu Saga mendapatkan Ines. Tapi wanita itu kini malah bertingkah sebaliknya. Kadang mendukung, kadang juga bertolak belakang.

Saga menyadari hal itu. Namun ia tetap mencoba mengerti.

Ya namanya juga wanita, labil alias plin plan adalah hal yang sudah mendarah daging.

"Mau makan siang berdua." Saga sengaja menyebutkan kata 'berdua' agar Disha tau bahwa wanita itu tak diikutkan dalam makan siang yang ia maksud.

"Nggak mau." Ujar Ines masih dengan wajah datarnya.

"Tuh kan. Mbak Ines aja ndak mau lho, Mas. Jangan dipaksa ih!"

Disha ini sebetulnya mendukung Saga atau tidak sih?! Pria itu rasanya benar-benar ingin menenggelamkan kepala Disha ke dasar kolam.

Saga pun tak berniat menanggapi tolakan Ines. Jangan lupakan pria yang hobi memaksa itu!

"Bilang aja kamu iri kan, Dis? Kalau kita makan bertiga nanti, kamu mau dibilang jadi obat nyamuk, hm?"

Disha menggerutu pelan. Entahlah, suaranya seperti nyamuk terbang di telinga Ines dan Saga saking lirihnya. "Yaudah. Aku bawa mobilmu pulang aja, Mbak. Sama makan di rumah sekalian. Dari pada dipelototin Mas Sagarong terus-terusan. Huh!"

Wanita itu menghentak-hentakkan kakinya di lantai. Sarat akan rasa sebal yang memuncak. Tak lupa, pundak kekar milik Saga pun disenggolnya keras hingga tubuh pria itu berbelok 45°.

'Apa-apaan sih dia?! Disuruh dukung malah nantang. Kalo bukan asisten Ines, udah aku tabok mukanya pake mercon.' Batin Saga menggerutu kesal.

Namun yang dilakukannya hanyalah memandangi punggung Disha yang menjauhi koridor tempatnya berdiri sembari terus menghentakkan kakinya.

"Kenapa harus makan di luar?"

Itu suara Ines. Tak ada kalimat pembuka sama sekali sedari tadi. Meski suasana hatinya sedang dongkol gara-gara dihapusnya kontak Reinal, namun ia tetap menerima ajakan Saga meski terpaksa. Mohon diingat, Ines bukanlah tipe wanita yang marahnya berabad-abad. Apalagi dendam hingga ke anak cucu. Bukan.

"Kita nggak makan di luar, sweetie."

"Lalu?"

"Kita makan di rumahku." Ujar Saga menggenggam kedua tangan model cantik ini.

"Kenapa?"

"Bosen di luar. Pengin suasana pribadi aja biar nggak bising."

Tak mendapat respon berontak dari Ines. Saga mengembangkan senyumnya lebar-lebar. Ia tak sabar untuk mengajak Ines makan siang di rumahnya.

Keduanya keluar dari kantor agensi, menaiki mobil Saga lalu membelah jalanan kota Yogyakarta siang ini yang dipadati kendaraan serupa.

Jalan raya hari ini begitu ramai. Sama seperti suasana di dalam kantor agensi sesaat setelah kedua sejoli legenda itu keluar dari sana.

Ramai-ramai orang di dalam gedung tinggi itu membicarakan sebuah foto yang viral di jagad maya. Meski sudah sering menjadi sorotan publik, kedua sejoli yang ada dalam foto itu tetap menjadi topik terhangat di CLOUDS MANAGEMENT.

Dalam foto yang beredar, terdapat dua anak manusia dalam satu naungan manajemen model yang sama. Yang entah keberapa kalinya skandal ini meramaikan tagar dunia maya.

****

Stay tuned🤝🏻 Hpy Valentine ya⚘

Terus dukung MAKE ME YOURS

Thanks, big lov💙🦭

Ya namanya juga wanita, labil alias plin plan adalah hal yang sudah mendarah daging.

olistorycreators' thoughts