"Sialan! Kenapa pria itu harus muncul di saat saat terakhir!" geram Dinda dengan wajahnya kesal.
Tangannya terkepal sebagai tanda dirinya tengah menahan emosi yang memuncak, rencana mereka hampir sempurna.
Tapi, yang terjadi malah diluar dari ekspetasinya. Allard muncul di waktu yang menurut dirinya tidak tepat.
"Ini semua karena kebodohanmu, Dinda!" seru Haru sembari menunjuk wajah Dinda yang kini sudah memerah.
Tak terima disalahkan, Dinda menepis telunjuk pria itu dengan sengit.
Dia angkat tangannya, gantian menunjuk Haru dengan beraninya.
"Jangan menyalahkan saya, Sialan! Bukannya kamu yang teledor hingga gadis menyebalkan itu bisa melompat dari angkot yang kamu bawa?" amuknya tak tertahankan.
Haru menggeram kesal, dia pejamkan matanya sejenak guna meredam emosi yang sudah sampai di ubun ubun.
Sadar kalau ke duanya emosi, mereka tak akan bisa bicara dengan tenang. Salah satunya harus ada yang mau mengalah.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com