webnovel

Main Love

Dua insan manusia dengan latar belakang yang berbeda. Maya Salim adalah seorang yatim piyatu berumur 20 tahun yang tinggal bersama dengan adik laki-lakinya yang masih seorang pelajar dan bibi angkatnya. Menjalani kehidupan yang sulit karena kisah kelam di masa lalunya. Marven Cakra Rahardi, seorang pewaris utama dari grup Cakra perusahaan pertambangan terbesar di Indonesia, yang membuatnya menjadi salah satu pria muda terkaya di Indonesia, ia merasa kesal dengan kakeknya yang mendesaknya untuk menikah dengan wanita kaya pilihannya dan selalu menghina ibu kandungnya yang hanya seorang wanita miskin. Sebuah desakan dan penghinaan, menjadi sebuah amarah berujung sebuah pernikahan kontrak. Marven melamar Maya, seorang pelayan dihadapan semua tamu kakeknya hanya untuk membuat kakeknya merasa terhina. Sandiwara cinta terpaksa dijalankan, tapi perlahan menjadi terbiasa dan berubah menjadi sebuah harapan namun dendam Maya di masa lalu selalu menghantui. Cinta yang perlahan muncul bersama keraguan. Rasa tidak percaya dengan cinta yang datang begitu cepat. Sebuah rahasia besar dibalik kisah asmara berselimut dendam masa lalu. Akankah cinta dapat menang melawan keraguan dan rasa sakit hati? (mengandung konten dewasa, mohon bijak sana dalam membaca 18++) *** hi, terimakasih karena sudah membaca novel buatan ku 。◕‿◕。 Aku akan sangat menghargai setiap review serta komen yang kalian berikan. (*˘︶˘*).。*♡ Kalian bisa menghubungi ku di : lmarlina8889@gmail.com

mrlyn · Urban
Not enough ratings
281 Chs

All I Do (8)

Maya menyeka air matanya, kemudian beranjak bangun dan bergegas meniggalkan makam kedua orangtuanya dengan perasaan sedikit tenang, tapi saat membalikan tubuhnya ia melihat seorang pria yang sudah lama ini tidak ditemuinya.

Ia datang dengan setelan jas hitam dan membawa bunga mawar putih ditangannya, matanya menyorot langsung menatap mata Maya dan bibirnya melengkungkan senyum tipisnya.

"Andre.." Maya berkata pelan, terakhir kali mereka bertemu dan mereka bertengkar pada saat itu dan kini perasaan canggung menghinggapinya.

"Lama tidak bertemu Maya." Andre menegurnya pelan nyaris berbisik lalu melangkah melewatinya begitu saja.

Entah mengapa rasanya Maya merasa bersalah padanya karena sikapnya tempo hari mungkin telah berlebihan.

"Paman.. Bibi.. maaf aku baru bisa datang mengunjungi lagi."

Maya menoleh, suara Andre begitu dekat seakan ia tengah berbicara pada makam kedua orangtuanya dan benar saja, Andre saat ini tengah berjongkok disebelah pusaran kedua orangtuannya.

"Andrean datang."

Air mata menetes begitu saja saat mendengar Andre mengucapkan namanya "Andrean.."

Nama seorang pria yang pernah melamarnya dulu saat usianya masih sangat belia.

"Aku harus pergi, ayah dan ibuku berpisah jadi aku harus ikut dengan ibuku." Kilatan memori masa lalunya kembali berputar, saat itu dibawah pohon rindang di depan halaman rumahnya, Maya yang masih berusia empat belas tahun saat itu tengah duduk di ayunan dan Andre kecil yang berusia tiga tahun lebih tua darinya tengah mengayunnya pelan sambil berkata dengan sedihnya.

"Kamu akan pergi meninggalkanku juga?" Maya berkata nyaris menangis, ia baru saja kehilangan kedua orangtuanya saat itu, Andre menghela nafas, ia kemudian menghentikan laju ayunan dan berjongkok dihadapan Maya yang menatapnya sedih.

"Aku tidak bisa meninggalkan ibuku sendiri.. Maya jika kamu mau ikutlah denganku."

"Tidak bisa.. Aku dan Arya hanya memiliki satu sama lain, kami hanya tinggal berdua di dunia ini, tadinya aku berpikir kalau ada kamu yang akan menjagaku tapi kamu juga akan pergi meninggalkanku." Maya mulai menangis sedih kini.

"Maafkan aku Maya.." Andre hanya dapat menyeka air mata Maya lalu mengeluarkan sebuah cincin dari dalam sakunya.

Maya terdiam, ia masih menyeka sisa air matanya dan menatap cincin yang ditunjukan oleh Andre.

"Aku akan kembali, dan jika besar nanti menikahlah denganku Maya."

Menikahlah denganku Maya..

Suara itu perlahan menguap saat Maya kembali tersadar akan lamunan masa lalunya yang tidak akan mungkin terjadi.

"Kak Andrean.. benarkah kamu kak Andreanku?" Maya bertanya setengah tidak percaya matanya berkaca-kaca tidak dapat mengungkapkan perasaan yang berkecamuk dalam hatinya.

Andrean menoleh dan tersenyum hangat ia kemudian beranjak bangun dan menatap Maya lekat-lekat. "Akhirnya kamu mengenaliku Maya.."

Air mata kini menetes, mereka tersenyum tidak percaya terlebih Maya, ia telah menemukan anggota keluarganya kembali yang telah lama hilang.

Ia selama ini tidak berani mempertanyakan keberadaan Andre pada Agung karena berpikir Andre masih menetap di Amerika dan Agung tidak pernah membahasnya.

"Kamu tidak merindukanku?" Andre menahan air matanya, ia berusaha untuk tersenyum meskipun hatinya merasa sedih saat ini.

Tanpa menjawab, Maya memeluk Andre dengan erat "Aku merindukanmu.. aku sangat merindukanmu kak." Maya berucap sambil terus menangis, pelukan itu berlangsung sangat singkat bahkan disaat Andre belum sempat membalasnya.

"Mengapa kamu menyumbinyikannya selama ini? Dasar bodoh!" Maya memekik kesal dan memukul dada Andre cukup kencang hingga membuatnya meringis.

"Aku menunggu kamu mengenaliku.. Tapi aku salah karena itu malah membuatmu jatuh cinta pada pria lain." Ucap Andre tersenyum gertir.

Maya menegang, seketika janji itu kembali tergiang. Janji di masa kecil, hanya sebuah kenangan indah yang tidak memiliki arti lagi baginya terlebih karena Marve sudah berada disisinya tapi ikatan persahabatan yang kuat tidak perlu diputus jika akhirnya kenyataan ini terungkap kembali.

"Hey.. jangan bersikap seolah-olah kamu hanya mencintaiku seumur hidupmu.. itu hanya cinta monyet. Aku bahkan melihatmu menggandeng wanita cantik dipesta waktu itu." Maya menepuk bahu Andre kembali dan sedikit menggodanya, ia melihat bagaimana Tiffany bergelayut manja pada Andre malam itu, jadi kini rasa bersalah akan janji masa lalunya benar-benar telah sirna.

"Kita kini bisa menjalin hubungan kakak adik dengan baik bukan." Maya berkata dengan wajah berbinar, tapi bukan itu yang diharapkan Andre sama sekali namun senyum ceria Maya membuatnya tidak berdaya menentangnya.

"Tentu saja.." Jawabnya singkat.

.....

Kini Maya dan Andre duduk di bangku taman dekat area pemakaman, mereka duduk bersebelahan, Maya telah menceritakan bagaimana kehidupannya selama enam tahun belakangan saat ia tiba-tiba saja menghilang dan itu membuat Andre merengut kesal karena semua penderitaan yang di alami Maya dan ia tidak dapat membantunya.

"Aku tidak pernah percaya tentang kematianmu.. Aku dalam perjalanan ke Amerika pada saat mendengar kabar kematianmu dan aku segera kembali. Kania tidak membolehkan polisi melakukan autopsi dengan alasan tidak tega, aku tidak percaya tapi aku tidak bersada saat itu.. Maafkan aku Maya." Andre menanggapi dengan perasaan menyesal yang menghinggapinya.

"Semua bukan salahmu kak.. hanya aku yang terlalu bodoh pada saat itu." Sahut Maya menatap sedih.

"Bahkan sampai Kania benar-benar membunuh bi Mina dan Arya aku tetap tidak berdaya.. Maafkan aku Maya."

Maya menoleh, ia hanya menceritakan semua kecurigaannya pada Agung selama ini.

Semua rencana mereka hanya dia dan Agung yang mengetahuinya.

"Aku menyamar dan bekerja menjadi kepala penasehat hukum Grup Wings, dan aku menemukan banyak hal yang selama ini tidak kita ketahui, pertama tentang Kania yang menggelapkan uang perusahaan enam tahun yang lalu dan kedua tentang Randy yang dapat menjadi salah satu direktur di Grup Wings."

Maya terdiam, tidak ada yang membahas Randy sebelumnya. "Semua tidak masuk akal bukan? Aku mencurigai mungkin saja kematian kedua orangtuamu disengaja oleh Kania dan Randy yang bersekongkol." Lanjut Andre, kini jelas sudah.. semuanya berkaitan akar dari semua mimpi buruknya selama ini adalah Kania.

"Tapi tidak mudah membuka kasus yang sudah enam tahun berlalu tanpa bukti apapun, kemungkinan Kania dan Randy sudah tidak sepaham lagi karena Kania menjebak Randy seolah-olah Randylah yang menyebabkan kebakaran dirumah bi Mina dan Arya."

"Wanita iblis.." Maya menggepalkan tangannya erat, ia tidak sanggup lagi berucap karena rasa sakit hati dan kebencian yang bercampur dalam hatinya kini, sampai di neraka sekalipun Maya akan membalas semua perbuatan Kania.

"Aku akan berusaha mencari bukti lebih banyak lagi dan Maya jaga kesehatanmu.. kami semua ada dibelakangmu.. jangan pernah merasa sendirian." Andre menepuk lembut bahu Maya dan menenangkannya.

Maya hanya dapat menunduk menahan rasa sakit dihatinya, ia sudah tidak mampu berkata apa-apa lagi bahkan untuk menangis.

"Mau aku antar pulang?" Andre bertanya dengan lembut, ia mendekatkan wajahnya dan menatap Maya.

Ingin sekali ia memeluknya saat ini namun ia tidak memiliki keberanian untuk semua itu.

"Tidak perlu.. aku akan pulang sendiri." Maya mengangkat kepalanya, dan berusaha tersenyum sekuat tenaganya.

"Terima kasih banyak kak.."

Andre hanya dapat menatap kosong melihat langkah Maya yang perlahan menghilang dari pandangannya.

Semua rasa sesak didadanya melihat Maya yang begitu menderita saat ini membuat hatinya merasa pedih.

Andai saja ia lebih berani saat itu maka Maya akan berada dalam sisinya melewati semua masalah ini bersamanya.

....