"Jika kau ingin tau. Kau harus menjenguknya sendiri, Nona. Bukankah itu lebih baik?"
Zoa menengadah. Menatap ragu pada Mike. "Apa ia tak akan marah? Aku hanya takut dia membenciku karena aku telah mencoba mencegahnya serta Harry membunuh para pelayan tadi pagi."
Mike menggeleng. "Itu tak mungkin," jawab Mike. Entahlah. Padahal ia tak tau detail kejadiannya tapi ia rasa tuannya memang tak akan memarahi Zoa yang tak tau apa-apa tentang kehidupan mereka selama ini dan wajar saja jika Zoa melakukannya karena tidak pernah melihat secara langsung bagaimana kehidupan jahat seperti ini berjalan.
"Kau yakin? Lucas sangat keras kepala. Aku takut dia tak mau bertemu denganku apalagi aku mencegah ulahnya tadi."
"Jika kau ingin tau, kau harus melihat sendiri bagaimana tuan memperlakukanmu, Nona. Maaf ... aku harus segera menyelesaikan tugasku. Sampai jumpa, Nona," ujar Mike lantas pergi dengan melambaikan tangannya pada Zoa yang masih berdiri ditempatnya. Ia tak mau membuang waktu lagi, tuannya harus segera pergi dari tempat ini atau mereka mendapatkan bencana.
Zoa kembali menunduk sampai terdengar suara pintu tertutup kembali. Ia memandang pintu yang tak jauh darinya. Itu kamar Lucas. Apa benar ia harus menjenguk pria angkuh itu untuk mengetahui keadaannya? Mike sungguh tidak mau memberitahukan kepada Zoa bagaimana kabar pria itu.
Hei ... dia yang menolongmu kemarin Zoa. Dia adalah pria baik dengan caranya sendiri. Bukankah kita tak akan tau isi hati seseorang? Maka jangan memandang dari rupa dan sifat yang dimilikinya.
Zoa perlahan melangkah mendekati kamar yang dihindari semua orang itu. Ya ... itu kamar Lucas. Dimana pemiliknya tak keluar sejak meninggalkan semua orang di ruang makan tadi pagi. Ternyata pria dingin itu keracunan makanan oleh pelayan. Ya tuhan ... ia hanya ingin melihat kondisinya sekarang dan meminta maaf atas kelancangannya mengganggu kegiatan tuan Agung itu sebelumnya. Apa itu tak apa? Ia masih bimbang.
"Kita harus segera membawa tuan pergi, Er."
Samar-samar Zoa mendengar suara Mike yang berbicara dengan tak sabar pada Erix. Ia jadi ragu untuk membuka handle pintu yang sudah ia pegang dan hanya tinggal membukanya.
"Apa maksudmu, Mike? Tuan belum sadar dan kau meminta kita membawanya pergi? Tidak. Itu akan berbahaya. Aku tak setuju dengan permintaanmu."
"Mansion ini sudah diretas orang, Er. Dia mengirimkan seseorang untuk meracuni tuan, dan itu bukan pelayan yang tuan bunuh tadi pagi tetapi orang lain. Dia seorang wanita yang menyamar sebagai pelayan lalu pergi setelah membuat semua anak buah penjaga tidak sadarkan diri."
"Apa!"
"Ya. Aku sedang melacak keberadaannya sekarang. Ia belum cukup jauh dari sini meski kita berjarak dengan waktu sejak pagi."
"Kau sudah memberi tahu, Harry? Dia pergi dan belum kembali."
"Harry bisa menyusul. Dia mengerjakan urusan perusahaan yang ada di Washington."
"Kita berangkat sekarang?"
"Tidak ada waktu, Er. Sebentar lagi pesawat pribadi tuan akan sampai. Kita harus cepat membawa tuan pindah ke Newyork lagi atau hal lebih buruk akan terjadi, bukan hanya kepada tuan tetapi juga kepada kita."
Ceklek!
"Nona."
Zoa tersenyum tipis melihat kedua pria itu yang terkejut dengan kehadirannya. Sementara mereka segera mengganti ekspresi wajah tegang sebelumnya menjadi lebih santai. Mereka benar-benar tau kondisi untuk menyembunyikan situasi buruk.
"Apa aku mengganggu?" tanya Zoa lembut sembari mulai mendekati mereka serta Lucas yang berada di atas ranjang tak sadarkan diri.
"Kupikir kau tak akan menjenguk tuan," ucap Mike mengingat idenya untuk Zoa tadi. Ia memamerkan senyumnya agar Zoa tak curiga dengan pembicaraan antara dia dan Erix sebelumnya yang mungkin didengar oleh gadis itu.
Zoa tak menanggapi ucapan Mike. Ia menatap tubuh terbaring Lucas di ranjang. Ada rasa mengganjal dihatinya. Ia benar-benar merasa bersalah mengingat perbuatannya tadi. Lucas melakukan kesalahn sebab itu ulah pelayan lebih dahulu.
"Kapan ia akan sadar?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya dari sosok Lucas yang berwajah pucat.
"Entahlah. Mr. Frans mengatakan tuan akan sadar setelah tujuh jam. Dan ini baru satu jam," jelas Erix sedikit. Bisa ia lihat raut khawatir pada wajah cantik Zoa mendengar penuturannya.
Zoa mengalihkan pandangannya. Menatap Mike dan Erix bergantian. Ia agak ragu mengatakannya tapi lebih ragu lagi jika dia hanya diam dan menunggu mereka mengatakan sebenarnya. "Apa aku yang membuat kalian dalam masalah?"
"Apa yang kau bicarakan, Nona?" Erix menautkan alisnya bingung. Sementara Mike, pria itu hanya diam menunggu kelanjutan ucapan Zoa.
Zoa menghela napas pelan. "Aku mendengar semua pembicaraan kalian. Mansion ini diretas seseorang dan sengaja meracuni Lucas. Ini ... ini salahku ... maafkan aku yang terus membuat kalian kerepotan," ucapnya lirih. Ia menunduk lesu mengingat ia memang pembawa masalah seperti yang paman Zack selalu ucapkan padanya. Bahkan bukan hanya pembawa sial bagi ibunya, tetapi kepada orang yang baru ia kenal sekalipun.
"Jangan memikirkan apapun, Nona. Itu bukan salahmu. Hal itu memang biasa terjadi dengan tuan dan kami. Jika kau sudah tau kenyataannya sebaiknya kau ikut kami pindah," sahut Erix lagi. Ia tak tega melihat wajah cantik Zoa yang murung. Itu memang bukan salahnya bukan? Memang musuh Lucas selalu menemukan cara mengganggu tuan mereka.
Mike masih diam. Ia salah karna beranggapan Zoa tak akan mendengar pembicaraan mereka sebelumnya. Nyatanya gadis itu justru menyalahkan dirinya sendiri karena masalah yang mereka hadapi saat ini.
"Ya. Sebaiknya kau juga berkemas sekarang, Nona. Kita akan pindah ke mansion tuan di Newyork sebelum malam," sahut Mike akhirnya.
tuntaskan bacaan kalian dan jangan lupakan power stone dan komennya untuk meninggalkan jejak ya.. Salam sayang dari author ^_^