webnovel

Episode 1

Hari ini seperti biasa sebelum berangkat ke kampus saya sarapan pagi bersama keluarga.

Dan ketika saya ingin berangkat ke kampus mama meminta ku untuk mengantar adik ku ke sekolahnya, karena hari ini supir pribadi nya, Paijo tidak bisa mengantarkannya ke sekolah.

Karena pagi-pagi sekali Paijo sudah pergi dan meminta izin kepada mama untuk menjemput temannya yang akan bekerja di rumah sebagai supir adik ku yang bernama Icha.

Di rumah pak Nano

Di ruang makan..

"Pagi pak, pagi bu", kata Titah yang menyapa ibu dan ayahnya di ruang makan.

"Pagi sayang..", sambung ayah dan ibunya di ruang makan.

"Mas Aldi mana ?", tanya Titah.

"Itu..", jawab ibunya.

"Oh..", seru Titah.

"Pagi pak, mah..", Aldi juga menyapa ayah dan ibunya di ruang makan.

"Pagi di..", sambung ayah dan ibunya di ruang makan.

"Icha mana mah, pak, kok gak ikut sarapan bersama ?", tanya Aldi.

"Nanti juga turun kok di..", jawab ayahnya.

"Oh oke, emm pak..", seru Aldi.

"Iya di, kenapa ?", tanya ayahnya.

"Sudah dapat supir untuk Icha belum ?", tanya Aldi juga.

"Sudah di, ini kangmas rotinya..", jawab ibunya.

"Oh gitu, sudah jam setengah enam, mah, pak, aku berangkat duluan ya", kata Aldi yang berpamitan pada ayah dan ibunya.

"Di, di, di, tunggu..", ibunya menghentikan langkah Aldi.

"Iya mah, kenapa ?", tanya Aldi lagi.

"Kamu antar Titah ke sekolahnya ya", jawab ibunya yang meminta Aldi untuk mengantar adiknya sekolah.

"Loh kok Aldi, mah.., kan sudah ada Paijo, emangnya Paijo kemana mah ?", tanya Aldi lagi.

"Iya bu, memangnya lik jo kemana ?", tanya Titah juga.

"Lik jo minta izin ke mama untuk menjemput teman nya yang akan bekerja di sini sebagai supir Icha, jadi kamu saja yang antar Titah ke sekolahnya hari ini ya di..", jawab ibunya sambil menjelaskannya pada Aldi dan Titah.

"Iya iya mah, dik cepat ya makan nya", pinta Aldi.

"Siap mas..", sambung Titah.

"Di, ini uang tambahan untuk kamu, et.., ada tapinya..", kata ayahnya yang meletakkan uang tambahan Aldi di meja makan.

"Tapi apa pak ?", tanya Aldi lagi.

"Tapi ada syaratnya..", jawab ayahnya lagi.

"Ada syaratnya, apa syaratnya pak ?", tanya Aldi lagi.

"Kamu antar jemput Titah ke sekolahnya", jawab ayahnya lagi.

"Benar tuh di, kalau mau kamu ambil kalau enggak ya mama telepon Irfandi saja untuk antar jemput Titah ke sekolahnya", kata ibunya lagi.

"Irfandi, Irfandi kan teman sekolahnya Titah juga mah..", sambung Aldi.

"Iya memang, apalagi kan mama setuju kalau Irfandi dengan Titah dan lumayan bisa buat nambah-nambah uang jajannya", kata ibunya lagi.

"Benar tuh mah, jadi gimana di ?", tanya ayahnya lagi.

"Ya sudah deh, Aldi ambil..", jawab Aldi.

Aku dan Titah pun berangkat, di jalan aku melihat Irfandi dan Arfan yang akan berangkat sekolah, lalu ku hentikan saja mobilku.

Aku turun dari mobil untuk menghampiri Irfandi dan berbicara padanya.

Masih di ruang makan..

"Mah, pak, aku pamit ya", Aldi berpamitan lagi pada ayah dan ibunya.

"Aku juga ya pak, bu..", Titah juga berpamitan pada ayah dan ibunya.

"Iya..", seru ayahnya.

"Hati-hati di jalan ya kalian berdua", sambung ibunya.

"Iya bu..", seru Aldi dan Titah juga.

"Assalamu'alaikum", Aldi dan Titah memberikan salam pada ayah dan ibunya.

"Wa'alaikumussalam", ayah dan ibunya menjawab salam dari Aldi dan Titah.

Di mobil Aldi..

"Di, jalannya jangan ngebut ya", kata Titah.

"Terserah gue dong..", sambung Aldi.

"Iih, Aldi, elu ngebut gue bilang ayah dan ibu loh..", Titah mengancam Aldi.

"Eh, iya jangan, jangan dong dik..", Aldi ketakutan saat Titah mengancamnya.

"Ya sudah buruan..", kata Titah lagi.

"Iya.., iya..", keluh Aldi.

Di gang mawar..

"Fan buruan, sudah jam setengah enam ini, nanti telat", keluh Irfandi pada Arfan yang belum siap untuk berangkat ke sekolah.

"Sabar Fandi..", sambung Arfan.

Di mobil Aldi lagi..

"Itu kaya Irfandi, berhenti dulu deh..", kata Aldi dalam hati yang melihat Irfandi di jalan mawar.

"Eeh, di.., kok berhenti sih..", keluh Titah, saat Aldi menghentikan mobilnya di gang mawar.

"Sttss adik kecil, diam, adik kecil diam di mobil saja ya, hehe..", sambung Aldi yang meminta Titah untuk tetap di mobilnya.

Di gang mawar lagi..

"Assalamu'alaikum", Aldi memberikan salam pada Irfandi dan Arfan.

"Wa'alaikumussalam", Irfandi dan Arfan menjawab salam dari Aldi.

"Eh bang Aldi..", seru Irfandi.

"Iya, emm gue mau kasih kesempatan nih buat kamu", kata Aldi.

"Kesempatan apa bang ?", tanya Irfandi.

"Itu adik kecil gue, Titah, Titah..", jawab Aldi.

"Titah, kenapa bang ?", tanya Irfandi lagi.

"Titah bareng sama gue, ini kesempatan kamu untuk jalan berduaan sama dia, gimana mau gak ?", tanya Aldi juga.

"Mau sih, tapi lik jo ?", tanya Irfandi lagi.

"Tenang saja, Paijo sedang menjemput temannya kok di kampungnya, gimana ?", tanya Aldi lagi.

"Emm boleh bang..", jawab Irfandi.

"Oke, oh ya ini..", Aldi memberikan uang jajan tambahan yang di berikan ayahnya tadi sebelum berangkat.

"Apaan ini bang ?", tanya Irfandi lagi.

"Ini sebenarnya uang tambahan abang, nah karena kamu mau antar jemput Titah ke sekolah hari ini uang tambahan abang untukmu saja", jawab Aldi lagi.

"Oh gitu, ya sudah kalau begitu ya sudah, sekarang Titah nya mana ?", tanya Irfandi lagi.

"Tuh di mobil gue, tunggu sebentar ya", jawab Aldi lagi.

"Iya bang..", seru Irfandi.

"Fandi pegang helmnya dulu ya", pinta Arfan.

"Iya, ada helm dua, Arfan saya suruh naik angkot saja deh, hehe..", kata Irfandi dalam hati.

Di mobil Aldi lagi..

"Kok lama banget sih di ?", tanya Titah.

"Oke kita jalan, yah..", seru Aldi yang tidak menjawab pertanyaan Titah.

"Kenapa ?", tanya Titah.

"Mogok dik..", jawab Aldi.

"Terus gue ?", tanya Titah lagi.

"Itu ada Arjuna mu, dik, hehe..", jawab Aldi lagi.

"Arjuna ku, hemm..", keluh Titah.

"Hehe..", Aldi hanya tertawa.

"Bang kenapa sama mobilnya ?", tanya Irfandi.

"Mobil gue mogok Fandi, emm tah, dik..", jawab Aldi.

"Apa ?", tanya Titah lagi.

"Bareng Arjuna mu saja ya..", jawab Aldi lagi.

"Hemm iya..", keluh Titah.

"Sukses ya Fandi..", kata Aldi dengan berbisik-bisik.

"Oke, makasih ya bang..", sambung Irfandi dengan berbisik-bisik juga.

Di gang mawar lagi..

"Fandi pegang dulu buku ku", pinta Arfan yang tidak melihat kalau yang sedang bersamanya adalah Titah bukan Irfandi.

"Eh Arfan..", Irfandi marah pada Arfan saat Irfandi melihat Arfan yang menyuruh Titah memegang buku miliknya langsung marahi Arfan.

"Iya, eh Titah, maaf ya aku suruh kamu memegangi buku ku, maaf juga ya Fandi, yayang mu..", kata Arfan yang tersadar kalau dia sedang menyuruh Titah untuk memegang bukunya.

"Sudah stop, ini..", keluh Irfandi yang memberikan uang pada Arfan.

"Apaan nih Fandi ?", tanya Arfan.

"Ongkos, kamu naik angkot saja ya..", jawab Irfandi.

"Tapi kan Fandi..", keluh Arfan yang terpotong perkataannya oleh Irfandi.

"Sttss, elu ini kan kakak gue ngalah kenapa sih sama adiknya sehari saja, mumpung gue nya dapat kesempatan", kata Irfandi yang memotong perkataan Arfan dengan cara berbisik-bisik agar Titah tidak mendengar perdebatan Irfandi dan Arfan.

"Kesempatan apaan Fandi ?", tanya Arfan dengan berbisik-bisik.

"Kesempatan untuk pdkt dengan dia, Arfan..", jawab Irfandi dengan berbisik-bisik lagi.

"Oh gitu bilang dong dari tadi Irfandi, ya sudah sana berangkat", kata Arfan masih dengan berbisik-bisik.

"Haa.. jam enam lagi, eeehhh kalian berdua ini mau berdebat terus disini atau mau berangkat sekolah sih, nih lihat sudah jam enam, nanti telat..", kata Titah yang memperingatkan Irfandi dan Arfan untuk berangkat sekolah.

"Oke.., gue naik angkot, mumpung sudah ada tuh angkotnya", kata Arfan yang pergi meninggalkan Titah dan Irfandi berdua di jalan dan sebelum pergi meninggalkan Titah dan Irfandi, Arfan mengirimkan foto pada Irfandi lewat whatsapp ketika Irfandi dan Titah naik motor berduaan.

Aku pun baru bisa pergi setelah Titah, Irfandi, dan Arfan berangkat sekolah, walaupun pada saat itu mobilku tidak mogok.