webnovel

Bujuk Rayu Bara

"Baiklah, bagaimana dengan ini?" Tanya Anna sambil mengulurkan ponsel kepada Bara.

Tadi, ia sempat memfoto pesan yang Bara kirim kan kepada Kara itu.

Sementara Bara ia langsung melebarkan matanya saat menatap foto chat antara ia dan Kara.

"Ayo jelas kan sekarang." Lanjut Anna lagi.

Sejak tadi ia sudah mencoba untuk menahan dirinya tapi sepertinya ia tak mampu lagi untuk tetap bersikap seolah semuanya itu biasa saja.

"Anna, ini tidak seperti apa yang kamu bayangkan."

"Oh ya? Lalu?"

Bara menarik napas nya dalam-dalam dan kemudian ia keluarkan pelan-pelan. Ia melakukan itu berkali-kali untuk menetralkan rasa di hatinya itu. Membuang rasa gugup dan cemas yang menguasai dirinya.

"Kenapa kamu diam? Tidak bisa jawab?" Tanya Anna lagi.

Ia benar-benar ingin menangis saat ini juga, semua yang dikatakan oleh Bara saat ia kembali Ternyata tidak benar.

Ia tak ingin hadir lagi dalam hidup Bara jika tahu seperti ini akhirnya. Bukankah sudah ia katakan bahwa ia tak ingin berbagi atau apapun. Tapi kemarin Bara lah yang mengatakan bahwa ia akan menceraikan Kara tapi menunggu waktu yang pas dulu untuk mengatakan nya.

Hal seperti perceraiannya ini merupakan hal yang begitu sensitif, apalagi selama ini Kara dan tak pernah menuntut ini dan itu, bisa diKatakan juga bahwa selama ini hubungan rumah tangga mereka baik-baik saja. Tak pernah sama sekali mereka berdebat seperti pasangan lainnya.

Jika ada perbedaan pendapat Kara pasti akan mengalah agar tak terjadi pertengkaran yah akan mempertaruhkan rumah tangga mereka.

Ia tahu dan sangat tahu bagaimana Kara mencintainya selama ini. Wanita itu benar-benar tak bisa jika tidak tanpa dirinya.

Bara duduk di sofa dan kemudian menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa tersebut.

"Sebenarnya, ini hanya bentuk satu hal yang tidak berarti sama sekali Anna." Jawab Bara akhirnya setelah beberapa saat terdiam.

Anna menaikkan alisnya, "Maksudnya?" Tanya Anna.

"Iya, ini hanya lah sebuah hal yang tak berarti apa-apa. Sebenarnya semalam pagi mama mengirimku pesan untuk menceraikan Kara karena tidak memberikan sebuah kejelasan."

"Lah, Bukannya itu hal yang bagus bukan? Kamu tidak perlu repot-repot menyusun kata untuk membereskan semuanya ini?"

Bara Mengangguk kan kepala nya mendengar apa yang dikatakan oleh Anna barusan itu.

"Aku sependapat dengan kamu jika seperti itu Sayang, tapi sayang nya saat ini konsep seperti itu tak bisa untuk digunakan. Jika aku bercerai dengan kara Begitu saja tanpa menimbang kan apapun maka aku tak mendapatkan apapun itu. Kami tahu kan kalau selama ini perusahaan itu bertahan karena ada asupan dana dari Kara bukan? Aku harus membuat Kara menyerahkan Semuanya padaku lebih dulu semua nya ini. Ada satu surat yang masih dipegang oleh Kara." Jelas Bara panjang lebar.

Mendengar itu Anna langsung terdiam, ia menatap Bara dengan tatapan penuh selidik untuk memastikan apakah yang dikatakan oleh Bara itu benar atau hanya sebuah alasan saja untuk menghindari pertengkaran dengan dirinya.

"Ayolah sayang, jangan pernah meragukan cintaku ini yang memang hanya untuk kamu. Aku bahkan tak bisa jika tidak dengan kamu. Hidup yang aku jalani terasa begitu hambar Sekali. Seperti Masakan tanpa garam." Lanjut Bara lagi untuk lebih meyakinkan Anna.

"Apakah benar hanya untuk sebuah surat yang ada di tangan Kara saja?" Tanya Anna, ia butuh jawaban saat ini.

Bara mengangguk kan kepalanya, ia berdiri dari duduknya dan kemudian berjalan ke arah Anna yang berada di hadapannya itu.

"Apakah kamu tidak mempercayai bahwa aku begitu mencintaimu hm? Apakah selama ini semua yang kita lewati bersama tak ada arti sama sekali untuk mu?"

Anna masih terdiam, ia mencoba untuk bertanya dengan hatinya apakah ia harus memaafkan Bara ataupun tidak.

Bara tahu bahwa Anna sedang bingung, ia menarik tangan Anna dan kemudian menggenggamnya dengan erat. Kedua matanya menatap ke arah Anna.

"Anna, aku mencintaimu dan kamu tahu itu kan? Hatiku ini tak ada nama lain selain kamu. Kamu segalanya bagiku Anna jadi berhenti mencurigai ku seperti itu."

"Aku bukan mencurigai mu Bara, selama ini aku begitu mempercayai kamu kan? Tapi melihat bagaimana cara kamu menyapa Kara itu benar-benar membuat aku sakit Bar. Kamu tak mengerti bagaimana jadi aku. Andai saja kamu berada di posisi ku pasti kamu tahu bagaimana perasaan ku ini." Jawab Anna, setelah lama terdiam akhirnya ia mengeluarkan semua yang ada di Hatinya itu.

"Kamu tidak tahu bagaimana rasanya menjadi selingkuhan. Kamu tahu, bahkan dari kecil aku tak dididik mengambil kepunyaan orang. Entah kenapa sudah besar seperti ini aku malah menjadi manusia tak terdidik hanya karena mengikutinya keinginan hati ku saja." Lanjut Anna lagi air matanya jatuh tanpa bisa ia tahan.

Melihat itu Bara langsung menarik Anna masuk ke dalam pelukannya itu.

"Maaf, maaf karena telah membuat kamu menjadi seperti ini Anna. Tapi percayalah, suatu saat nanti aku pasti akan mengganti air mata kamu ini dengan bahagia."

Anna tak berbicara ia hanya diam saja sambil menangis dalam pelukan Bara. Ia mencintai Bara lebih dari apapun hingga ia rela menjadi selingkuhan dari pria yang sudah memiliki istri.

"Tolong tepati janji kamu itu Bar, aku akan menantinya. Aku ingin kamu dan juga Kara segera berakhir. Aku tak ingin menjadi yang kedua ataupun di dua kan. Aku tak suka berbagi."

Bara menganggukan kepalanya sebagai jawaban, ia mengeratkan pelukannya pada tubuh Anna itu.

Dalam hatinya ia benar-benar berjanji bahwa nanti ia akan Mengganti setiap tetes air mata yang jatuh ini menjadi sebuah kebahagiaan yang tak akan pernah dilupakan selama hidup Anna.

"Iya aku janji Anna, aku janji demi cinta kita berdua. Setelah semua yang aku inginkan tercapai maka aku akan segera mengakhiri hubungan ku dan Kara. Kita akan segera menikah setelah nya. Bagaimanapun aku tak ingin pergi begitu saja dan mengajakmu hidup susah di atas kata cinta. Hidup rumah tangga tak hanya butuh cinta tapi juga butuh harta untuk hidup yang lebih baik lagi." Ucap Bara, ia menguraikan pelukannya pada Anna dan langsung menghapus air mata yang terus saja jatuh membasahi wajah putih mulus Anna.

Anna mengulurkan jari kelingking nya ke arah Bara, "Janji." Ucap Anna.

Bara yang sedang sibuk menghapus air mata Anna itu pun kemudian tersenyum. Ia mengaitkan jari kelingking nya ke jari kelingking Anna. "Janji Sayang." Jawab Bara sambil tersenyum.

Setelah itu, Anna langsung kembali masuk ke dalam pelukan Bara, seperti nya ia benar-benar sudah lebih baik dari sebelumnya.

"Aku mencintaimu Bara, sangat!" Gumam Anna namun masih bisa didengar oleh Bara dengan sangat baik. Laki-laki itu hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dari pernyataan Anna barusan itu.