webnovel

MADFIACT

Seorang aktor kelas tiga terlibat utang-piutang dengan seorang rentenir yang di kenal cukup bengis didaerahnya. Tak kunjung mendapat pekerjaan untuk membayar hutang. Rentenir pun datang kerumahnya dan membunuh keluarganya saat ia tak ada dirumah. Melihat keluarganya dihabisi membuatnya sangat marah, tapi justru ia menjadi tertuduh atas pembunuhan istri dan anaknya. Kini di dalam penjara ia mengasah taringnya untuk menggigit mangsanya...

SIXE · Realistic
Not enough ratings
4 Chs

Chapter 4 : Perubahan dan Pertemuan

Cahaya dari luar meredup dan kini seisi sel isolasi menjadi gelap. Clanniel hanya terdiam dengan fokusnya, entah apa yang membuatnya begitu hingga 4 jam lamanya.

Tak hanya di dalam sel isolasi tapi diluarpun juga terdengar sunyi, mungkin para sipir sedang berkeliling penjara lagi. Tak lama Clanniel pun bangkit dari lamunannya dan bersandar di dinding dingin penjara mengucapkan segala doanya pada yang maha kuasa.

"Oh dio! Aku mungkin akan berdosa untuk ke sekian kalinya tapi, tak satupun dari ini semua adalah keinginanku! Ampunilah segala kesalahan hambamu ini sebab-"

Ditengah doanya itu seorang sipir membuka sekat pintu penjara untuk memberinya minum.

"Minumlah Cane!" Ia menumpahkan air itu ke lantai penjara dan menghentikan panjatan doa Clanniel dengan suaranya.

(Cane= Anjing dalam bahasa italia).

Clanniel mengepalkan tangannya dengan sangat erat, menyimpan segala amarahnya di dalam dada dan berkata.

"Sebab! Hamba akan membayar segala penghinaan ini!" Clanniel menggertakan giginya dan menatap kearah pintu penjara dengan begitu beringas.

Pagi pun datang bersamaan dengan sekat pintu sel yang kembali dibuka.

"Bangun! Hari ini dokter kami akan mengecek kondisi kakimu," perintah orang itu kepadanya.

Clanniel pun terbangun dan dengan mata buram ia melihat pintu penjara yang sedang dibuka oleh mereka.

'Krieek!' suara pintu besi tua yang dibuka dengan terseret-seret.

Beberapa penjaga masuk dan mulai mengangkat tubuhnya lalu mendorongnya keluar pintu sel.

"Jalan!" seru penjaga itu dengan nyaring.

Clanniel yang masih linglung hanya mengikuti perintah mereka dengan borgol tangan yang mengekangnya. Dia terus diarahkan melewati lorong-lorong penjara yang tentu sangat asing baginya, tapi tak butuh waktu lama hingga ia sampai ke sebuah ruangan kecil di dekat tempat kepala sipir berada.

"Masuklah!" kata seorang pria tua dari dalam ruangan itu.

Clanniel pun berjalan masuk dengan terpincang-pincang. Ketika dia membuka pintu dia mendapati sebuah ruangan yang bersih dan seorang kakek tua yang terduduk di kursi.

Kakek itu menatapi dirinya beberapa detik, lalu dia menyuruh Clanniel duduk setelahnya. Saat itu sang dokter nampak sibuk mencari sesuatu di lemari kecil dekat tempatnya duduk.

"Lebam di kaki mu cukup parah," ucap dokter itu.

"Ya, ini sangat menyakitkan," balas Clanniel dengan datar.

Beberapa menit kemudian dokter itu menoleh kearah Clanniel.

"Gigit ini," ucap dokter itu sembari memberikan sebuah kain padanya.

Clanniel tampak bingung awalnya namun ia tak peduli dengan apa yang akan terjadi.

Tanpa aba-aba yang pasti, dokter itu tiba-tiba saja menuangkan alkohol ke pergelangan kaki Clanniel.

"Agh!!! Apa-apaan ini!" teriak Clanniel dengan nyaring.

"Sudah kubilang bukan untuk mengigit kain itu!," balas dokter itu dengan gestur kesal.

"Luka akibat borgol kaki ini bisa membuat infeksi parah jika terlambat beberapa jam saja, beruntungnya infeksi yang terjadi tak begitu parah," ungkap dokter itu.

Clanniel pun tak dapat berkata-kata karena rasa sakit yang ia alami dan tentu saja sekarang dia menahan teriakkannya dengan menggigit gulungan kain itu.

Tak lama dokter pun telah selesai membersihkan luka-luka di kaki dan wajah Clanniel tepatnya di pelipis kanannya.

"Tunggu sebentar, akan kuambilkan pain killer untuk meredakan rasa sakitnya," ucapnya.

Clanniel menunggu dengan tenang sembari mengamati ruangan itu dengan cermatnya, melihat kesana kemari seolah sedang merencanakan sesuatu. Dokter itu pun berjalan kearahnya dan memberikan obat itu kepada Clanniel.

Sebelum ia beranjak pergi dokter itu berkata kepada Clanniel.

"Tunggu, minumlah satu disini sebab mungkin kau tidak akan diberikan air bersih nanti," kata dokter itu sembari memberikan Clanniel segelas air.

"Cepatlah dokter! Kepala sipir hanya memberikan waktu 25 menit untuk mu,"

Meski merasa aneh dengan perlakuan dokter itu, Clanniel tanpa curiga meminum obatnya dan ia pun bergegas keluar untuk kembali ke sel.

Disisi lain penjara, tempat dimana para tahanan lain sedang berbincang-bincang dengan serunya.

"Hey, kau lihat kemarin? Si anak baru itu mengalahkan Laori!" ucap orang itu dengan antusiasnya.

"Hmm, tentu saja kau tahukan kalau orang-orang yang di penjara di sel 9 bukanlah orang sembarangan. Hanya ada dua jenis penjahat yang di masukkan kesana, seorang penjahat kelas kakap atau seorang pembunuh bringas yang ditakuti banyak orang," ungkap temannya.

"Tapi mengapa dia dihajar sebelumnya?" cetus salah seorang dari mereka yang penasaran.

"Cih, itu karena Laori menghajar dia dengan teman-temannya" jawabnya dengan sok tahu.

Beberapa orang di belakang mereka yang menguping pembicaraan itu menjadi kesal dan mulai mengutuki Laori dengan bisik-bisik.

"Sialan!, karena dirinya kita jadi dipermalukan begini padahal kita tak membantu dirinya saat si 'anak baru' itu datang ke sel!" bisik orang itu dengan marah.

"Cih! Aku malu satu kelompok dengan Laori yang kalah oleh seekor tikus lemah,"

"Betul, kini wibawa dan ketakutan yang di bawa olehnya akan runtuh sebentar lagi," timpalnya

Berita dan rumor-rumor mengenai Clanniel pun menyebar ke seluruh sel di penjara itu, dan membuat kengerian serta rasa kagum tersendiri bagi orang-orang yang mendengarnya.

Cahaya hangat mentari pun mulai tersinarkan keseluruh bumi, disaat itu Clanniel tampak kesepian dan menyedihkan. Dia hanya duduk bersandar di dinding penjara menatapi langit-langit penjara sambil menunggu waktu makan siang tiba.

Tak lama seorang penjaga membuka sekat pintu sel dan memberikan makanan. Clanniel yang kelaparan pun langsung menyatap semuanya tanpa pandang bulu dan tak butuh waktu lama untuk dia menyelesaikan semua itu.

Waktu makan pun berlalu dan para penjaga mengambil giliran istirahat mereka, sedangkan Clanniel mulai merasakan efek kantuk dari obat yang diminumnya. Sore hari pun tiba tak terasa dan ia terbangun dari tidurnya.

"Hmm, jika aku terlibat pertarungan lagi mungkin aku akan benar-benar mati kali ini. Tubuh terlalu lemah untuk dipacu berkelahi..," ucap Clanniel sambil melihat tangannya yang lemah tak berdaya.

Clanniel pun mengambil langkahnya untuk mulai membentuk dirinya sendiri dan mulai mengajarkan dirinya sendiri untuk bertahan hidup.

-2 bulan berlalu-

Laori pun kembali dari sel isolasinya dan akan mulai menghabiskan waktu di sel 9 tempatnya sebelum perkelahian itu terjadi. Tak diduga sambutan yang di terima hanyalah ejekan belaka dari tahanan lain dan cacian dari orang-orang yang berada di kelompoknya.

Dia hanya terdiam tak membalas omongan mereka, tapi terlukis jelas di wajahnya dendam yang membara untum membalas Clanniel.

Sekat pintu penjara kembali dibuka setelah sekian hari lamanya Clanniel tak melihat mentari.

"K-keluar!" Seru penjaga itu dengan terbata-bata.

Beberapa penjaga sedikit terkejut melihat Clanniel yang tampak lebih bugar dan berotot dari sebelumnya, meski begitu mereka tetap mempertahankan wibawa dan tatapan sinisnya seolah tak mengakui perubahan yang Clanniel alami.

Clanniel berjalan menuju lorong-lorong sel dengan hawa yang mengintimidasi membuat semua tahanan segan dan takut setelah melihatnya, bersamaan dengan segala berita serta rumor yang tersebar di seluruh penjara membuat dirinya semakin mengerikan dimata para tahanan.

Clanniel pun masuk ke sel lamanya dan melihat Mancini serta orang aneh yang menemani ia makan kala itu.

"Wah-wah! Kau terlihat kuat sekarang" ucap orang aneh itu.

Clanniel membalas orang itu dengan tatapan sinis dan berkata.

"Kau, adalah orang yang membuat semua ini terjadi!" ungkap Clanniel dengan penuh amarah sambil mencengkram kerah orang itu.

Ternyata respon para tahanan tak seperti yang dibayangkan olehnya, mereka malah mengatakan hal-hal yang tak pernah terpikirkan oleh Clanniel sebelumnya.

"Lihat! Kini dia malah menantang orang itu!" ucap tahanan itu.

"Habislah sudah! si psikopat gila itu akan membunuhnya!" kata tahanan lain dan membuat Clanniel menjadi ragu.

"KUKUKUKUKUKU! INGIN JADI JAGOAN RUPANYA! MENARIK! SUNGGUH MENARIK!" teriak orang itu dengan suara yang nyaring hingga terdengar keras di penjara.

Clanniel pun merasakan hawa aneh dari orang itu, setelah melihatnya tertawa dengan air liur yang menetes dari mulutnya.