Bus yang membawa tubuh Davira juga Adam kini tegas membelah padatnya jalanan kota. Sesekali berhenti kala lampu merah menyala kemudian kembali berjalan kala hijau datang menyapa. Lajunya pun tak tetap. Kadang cepat lalu sedang, juga kadang kala sedang lalu diperlambat. Gadis yang naik bersama seorang remaja itu sengaja memilih kursi di barisan kedua dari belakang sebab Davira tak suka duduk di paling depan. Toh juga, kursi di barisan paling awal sudah di isi oleh nenek tua yang duduk rapi bersandar ditemani oleh cucu laki-lakinya.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com