Davira Faranisa sedang berada di dalam ruang guru. Menghadap si pembimbing basket guna mengatakan sesuatu hal yang penting tak bisa dibicarakan melalui pesan singkat atau surat tertulis. Kalimat penutup obrolannya dengan seorang teman itulah yang sukses mengerakkan sepasang kaki jenjang milik Arka Aditya untuk menyapu ubin demi ubin yang samar memantulkan bayangan tubuh jangkungnya. Menyusuri lorong demi lorong untuk sampai ke tujuannya pagi ini. Ruang guru.
Sekarang Arka paham benar mengapa saat ia menjemput Davira pagi tadi, gadis bersurai pekat dengan tubuh mungil sedikit semampai itu tak ada di dalam rumahnya. Kata sang mama tercinta, Davira udah berangkat pagi buta entah apa sebab dan maksud tujuannya.
Ternyata inilah tujuannya. Menghadap si guru pembimbing yang kalau sedang marah galaknya minta ampun bak seekor mancan yang sedang kelaparan di tengah panasnya gurun sahara.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com