webnovel

Terungkapnya Suatu Hubungan

Saat ini adalah kelas seni dan kebetulan sekali pelajaran kali ini adalah seni musik, aku memang tidak berbakat bermain musik, tetapi aku sangat mencintai bernyanyi. Sejak hari dimana Dewa memintaku untuk biasa saja ketika bermesraan didepan umum pun hubungan kami menjadi semakin baik, sangat jarang bagiku untuk merasa sesenang ini, karena bagiku tidak banyak hal yang bisa membuatku tertarik. Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian guru yang sedang mengajar, guru tersebut kemudian menghampiri seseorang yang ternyata adalah wali kelasku. "Permisi, saya lupa mengatakan pada kalian semua kalau kita harus menyusun pengurus kelas sesegera mungkin, karena akan ada event untuk merayakan ulang tahun sekolah kita." ujar wali kelasku, guru seni kamipun memilih duduk dan ikut memperhatikan dari tempat duduknya. Akupun tak kalah memperhatikan sang wali kelas walau malas, sesorang-namanya Lili, mengangkat tangannya untuk berbicara pada wali kelas kami. Setelah mendapat persetujuan Lili mulai mengutarakan apa yang ingin ia katakan, "Maaf sebelumnya karena sudah menyela ibu, tapi kami sudah punya ketua dan wakil ketua kelas. Hanya ada kosong untuk sekretaris dan bendahara saja, Bu."

"Kalau begitu....." aku merasa khawatir karena sepertinya wali kelas itu mencari orang secara acak, terutama yang menduduki barisan depan. "Ah...kalau begitu kalian berdua saja, putuskan posisi apa yang akan kalian ambil. Ibu harus pergi dulu mengurus beberapa masalah, terimakasih semuanya. Terimakasih Bu Anna," wali kelas pun meninggalkan ku yang masih terdiam karena ia baru saja berbicara pada aku dan Dewa, AKU. Dewa sedikit tertawa melihatku yang kesal sendiri, hey ayolah di tahu aku tidak pernah suka untuk mendapatkan tanggung jawab seperti itu. Aku mendesah keras yang mungkin menarik perhatian anak anak kelas, bisa kulihat Lili di meja sebelahku hanya tersenyum karena merasa bersalah. "Hm....kalau gitu kamu ambil bendahara aja ya. Biar kesekretariatannya aku yang ngurus." dengan wajah merajuk aku mengangguk kecil, "Akh...Dewa!" pekikku saat pipi kananku ditarik kuat oleh laki laki yang menyandang status sebagai kekasihku itu.

"Jangan merajuk seperti itu, kamu makin lucu buat dicubit." ingin rasanya aku menarik rambutnya dengan kuat saat ini, apa yang lucu dari kekesalanku. "Ehm...berhubung sekarang aku yang jadi bendahara, aku minta tolong sama kalian buat bayar kas kelas tepat waktu atau paling lambat masih dalam minggu yang sama. Kas aku minta setiap hari Selasa sebanyak 3.000 rupiah. Terimakasih." beberapa orang menatapku tidak suka karena mengambil keputusan sendiri, tetapi apa boleh buat. Bagiku kekuasaan itu ada untuk mengatur dengan kewenangannya sendiri. "Pacarku ini tegas sekali," aku memberikan tawa kecil lantas balas mencubit pipi kirinya lumayan keras, Sadewa tidak memekik kesakitan justru tawanya semakin lepas. Pembicaraan mengalir secara lancar diantara kami, Sadewa yang punya banyak kisah untuk diceritakan dan aku yang selalu mendengarkan dengan khidmat. Sampai aku bertanya sesuatu padanya, "Ini sudah satu minggu sejak kita masuk sekolah, kenapa murid baru itu belum juga masuk?" Dewa tersenyum dan menawarkan sepotong coklat, aku mengambilnya dengan senang hati. Dewa terlihat ingin menjawabnya, "Oh...anak baru itu, namanya Adrian Mananta. Dia itu atlet judo yang baru saja memenangkan juara pertama tingkat internasional. Adrian itu sahabatku sejak kecil bahkan kami merasa seperti saudara kandung saking dekatnya. Maka dari itu, aku senang saat dengan dia akan bersekolah di SMA Bintaro."

Aku tersentak, "Benarkah? Kenapa kamu tidak bilang sejak kemarin!?" Dewa mengangkat bahunya acuh, "Kamu ngga tanya kan, baru tanya hari ini aja."

Dasar Sadewa menyebalkan, untung saja aku belum sempat mencibir anak baru itu, kalau tahu aku menjelek jelekkan sahabatnya bisa saja hubungan kami memburuk sekarang juga. "Kalau dia sudah masuk, kamu aku kenalin sama Adrian, tapi yang sabar ya....dia orangnya agak pendiam." ujar Sadewa yang sudah berdiri dan bersiap pergi dari kelas entah kemana. Seringai tipis kutunjukkan kepadanya, "Aku juga bisa jadi sosok yang hampir sama seperti Adrian, jadi kamu tenang saja."