webnovel

CHAPTER 3: KEBETULAN, KECELAKAAN

Aku membaca komentar - komentar yang masuk dari penonton siaranku dengan senyum kecil. Mataku menangkap sebuah pertanyaan yang cukup menarik, membuat suaraku keluar membacakannya cepat

"pertanyaan ini menarik!" Sahutku.

Aku menatap ke arah kamera lurus "dari ID SummeRain," aku kembali memutar mataku membaca pertanyaan yang di ajukan sambil membuka mulutku cepat "menurutmu lebih baik kehilangan atau menghilang?" Bacaku. Aku mulai memutar mataku sambil menghembuskan nafas kecil, memikirkan jawaban yang tepat atas pertanyaan itu. Senyumku mengembang kecil

"menghilang?" Timpalku cepat.

Pertanyaan - pertanyaan langsung membanjiri kolom komentar, setelah jawaban itu keluar dari mulutku. Aku pun melepaskan tawa kecill sambil menaikkan kedua bahuku "menghilang akan memberi jawaban yang pasti. Jika aku menghilang, seseorang yang aku sukai akan mencariku, aku pun mengetahui dia juga merasa kehilangan. Jika aku kehilangan, belum tentu seseorang aku sukai merasakan hal yang sama," jawabku logis.

Pujian kecil pun langsung bermunculan dalam kolom komentarku. Aku menyunggingkan senyum kecil, membaca setiap komentar yang tertangkap mataku. Aku pun membuka mulutku cepat "hmm, cinta pertamaku?" Tanyaku membaca komentar seseorang yang menanyakan tentang cinta pertamaku. Aku menggeleng kecil

"aku tidak tahu dia dimana sekarang..." jawabku cepat.

Tawaku pecah membaca kolom komentar yang semakin ramai karena jawaban singkatku. Ponselku yang tiba - tiba bergertar kecil membuatku melirik pelan, keningku berkerut melihat nama "Zoe" sebagai pengirim pesan. Aku menggetuk layar ponselku cepat membuka pesan itu

"jangan lupa pertemuan dengan agensi iklan siang ini!" Tulis Soo Ra mengingatkan.

Aku langsung membuka mulutku hampa kaget, aku benar - benar melupakannya. Aku langsung mengakhiri siaran langsungku setelah mengucapkan salam penutup, bangkit dari kursiku cepat meraih tas dan jaketku berlari meninggalkan Rumah secepat mungkin.

000

Aku berjalan masuk ke sebuah Restoran mewah yang tidak terlalu ramai siang ini, mataku berputar ke sekeliling Restoran mencari pewakilan agensi iklan yang menjadi tugasku hari ini. Aku dan Soo Ra memang memiliki kepribadian yang sedikit berbeda, namun kami bisa bekerja sama dengan baik dalam beberapa hal.

Soo Ra yang tidak punya selera seni yang bagus selalu mempercayakan keperluan iklan dan desain perusahaan kepadaku. Namun, aku mengerjakan semua itu sebagai dirinya. Aku tidak pernah mengungkap identitasku pada siapapun untuk urusan perusahaan.

Kakiku terus melangkah semakin masuk ke dala Restoran, tiba - tiba seorang pria dengan setelan jas rapi berdiri dari kursinya lalu mengangkat tangannya sambil menatapku lurus

"Ahn Daepyo (1)!" Sapanya sopan.

Aku pun menyunggingkan senyum kecilku menangkap panggilan itu, langsung melangkahkan kakiku cepat menghampiri meja pria muda itu. Aku membungkuk kecil menyapa pria yang juga membungkukkan badannya di hadapanku sopan. Pria itu mengeluarkan selembar kartu nama dari dompet tipisnya, lalu menyodorkan kartu nama itu padaku. Aku pun menerima Kartu nama itu cepat membaca nama pria itu

"Lee Jung Hyun -ssi (2)," panggilku sopan.

Pria itu menunduk kecil dengan senyum lebar, aku pun mengangguk pelan melebarkan senyum di bibirku "senang bertemu dengan anda," sahutku. Lee Jung Hyun tampak membuka tangannya pelan

"silahkan duduk!" Sahutnya mempersilahkan.

Kami pun duduk berhadapan nyaman, memulai pembicaraan bisnis kami serius.

000

Langkah Woo Jin terlihat gagah melewati pintu kaca Restoran mewah yang di kunjunginya. Langkahnya terhenti sejenak, matanya menatap tajam ke sekeliling Restoran mencari seseorang yang akan di temuinya dengan teliti. Wajah yang di carinya tidak terlihat, membuatnya kembali melangkahkan kaki sambil menghembuskan nafas pelan, menuju meja kosong yang menjadi incarannya.

Aku menoleh kecil menatap kedatangan pelayan Restoran yang menghantarkan secangkir teh pesananku. Tiba - tiba seorang anak kecil yang berlari ke arah mejaku, menabrak pelayan itu membuat cangkir berisi teh panas terlepas dari tangannya cepat. Aku yang melihat teh panas itu akan mengguyur anak kecil yang terjatuh di lantai itu, dengan gerakan cepat menepis cangkir teh itu cepat berusaha melindungi anak itu.

Aku langsung mengibaskan tanganku yang memerah terkena percikan teh panas itu. Namun, mataku melebar kecil melihat cangkir teh, yang mendarat di lantai membasahi sepatu hitam seorang pria. Aku pun mendongak cepat menatap pria asing yang terhenti di depan mejaku.

Mata tajam pria itu menatapku lurus seakan menusukku dengan emosinya yang mendidih. Tiba - tiba ibu anak itu langsung menghampiri mejaku sambil meminta maaf dengan rasa bersalah yang besar. Aku pun berdiri cepat sambil membungkuk kecil

"tidak apa, saya baik - baik saja..." sahutku menenangkan wanita paruh baya itu.

Wanita itu pun langsung menarik anaknya hendak meninggalkan mejaku, namun suara Woo Jin terdengar menghentikan langkahnya "tunggu!" Tahannya cepat. Wanita itu pun berbalik perlahan menatap Woo Jin, lalu menurunkan pandangannya mengikuti arah jari pria itu menunjuk.

Ibu dari anak itu pun langsung membungkuk dalam meminta maaf, namun pria kasar itu menghembuskan nafas besar meluapkan emosinya

"jika semua masalah selesai dengan kata maaf, dunia ini tidak memerlukan polisi!"

Melihat perlakuan kasar itu, aku langsung berdiri melipat tanganku di depan dada "jika semua orang di dunia ini tidak punya hati nurani seperti anda, dunia ini tidak ada kedamaian!" Timpalku menantang.

Mata pria asing itu terlihat menyipit kesal, menatapku lurus. Aku yang tidak mau kalah pun semakin menaikkan daguku sombong membalas tatapannya sinis. Tiba - tiba seorang pria dengan kacamata kotak menghampiri pria arogan itu, membisikkan sesuatu ke telinganya.

Pria itu pun berbalik cepat, meninggalkan Restoran. Aku yang tidak terima dengan sikap itu melangkahkan kakiku hendak mengejar pria itu. Namun, pria berkaca mata yang tiba - tiba datang itu langsung bergerak menghadang langkahku.

Pria itu membungkuk sopan "maaf atas kejadian ini Nona," sahutnya.

Aku menghembuskan nafas besar lalu menggeser tubuhku cepat "minta maaflah pada Ibu dan anak ini, jangan padaku!" Timpalku cepat.

Pria itu pun membungkuk sopan di hadapan wanita paruh baya di belakangku, mengucapkan maaf dengan sopan. Nafas kecilku terhembus kecil, mataku kembali berputar menatap punggung pria kasar yang tidak tahu sopan santun itu. Namun, entah mengapa punggung itu terasa berbeban berat dan lemah.

***

1. CEO

2. Partikel dalam bahasa Korea untuk menunjukkan rasa hormat.