webnovel

#04 : Boleh?

" Briell, " teriak Avariella

" Iya maa sebentar, " balas Aleeza lalu bergegas untuk turun kebawah menemui Mamanya

" Papa udah telpon kamu? " tanya Avariella saat melihat Aleeza sudah berada di depannya

" Engga ma, papa ga ngechat Briel apa - apa, " jawab Aleeza sambil mengecek ponselnya

" Bener - bener dah si Jay gengsinya gede banget, " gumam Avariella

" Yaudah kamu ganti baju, mama tunggu dibawah, " kata Avariella yang langsung dituruti oleh Aleeza

" Iya ma, sebentar, " balas Aleeza lalu berlari keatas untuk mengganti pakaiannya.

.

.

" Hallo Jay? Lo dimana? Gue udah di rumah sakit sama Briel nih, " kata Avariella berbicara ke Jayden lewat poselnya

" Kalian keruangan aku aja, entar aku tunggu disana, " balas Jayden yang ada di seberang sana.

" Okei, awas lo kalo lama, " ancam Avariella lalu memutuskan panggilannya dengan Jayden

" Yuk Briell, kita tunggu di ruangan Papa, " ajak Avariella lalu menggandeng tangan Aleeza dan membawanya menuju ruangan khusus milik Jayden

Baru saja mereka melangkahkan kakinya memasukki rumah sakit, banyak mata memandang mereka dengan tatapan yang sulit di artikan. Beberapa staf juga menyapa Avariella dengan senyum yang ramah. Lain lagi dengan beberapa staf perempuan yang tak menyukai kehadiran Avariella karena mereka tau Avariella adalah istri dari Jayden.

" Kok kita diliatin sih ma, " kata Aleeza yang merasa risih karena menjadi perhatian banyak orang.

Avariella yang mendengar perkataan anaknya tekekeh, " Kamukan anaknya Jayden pemilik rumah sakit ini, yaiyalah diliatin, aneh - aneh aja kamu, " balas Avariella

" Lah? Sejak kapan papa punya RS sendiri? " tanya Aleeza

" Mangkanya jangan cowok mulu di otak kao, " ucap Avariella lalu menyentil kening anaknya

" Yaudah ayo buruan keruangan, entar dicariin papa, " sambung Avariella dan membawa Aleeza pergi dari sana menuju ruangan khusus milik Jayden.

.

.

" Jay, astagah udah hampir 2 jam kita disini dan kalian berdua masih diem - dieman, " ucap Avariella frustasi

Pasalnya, mereka bertiga sudah berada di ruangan itu sekitar satu jam lebih dan Jayden belom melontarkan sepatah katapun. Bahkan sejak saat mereka masuk tadi, Jayden hanya melirik sekilas ke arah mereka dan kembali lagi fokus ke arah laptop didepannya.

" Mama pergi dulu ada panggilan dari kantor, " kata Avariella sehabis ia menganggkat panggilan tadi dan langsung pergi meninggalkan Jayden dan Aleeza berduaan di dalam sana.

" Aleeza, " panggil Jayden

Aleeza yang namanya dipanggil langsung keringet dingin. Karena biasanya Jayden akan memanggil dia dengan sama Briella, tapi sekarang . . . Aleeza hanya bisa berharap bahwa Mamanya kembali lagi keruangan Papanya itu dan mengajaknya keluar dari sana,

" I-iya pa? " balas Aleeza dengan keadaan gugup

Jayden membereskan berkas pasiennya lalu memanggil seseorang masuk kedalam ruangan mereka. Karyawan yang dipanggil Jayden masuk dengan membawa Cookies dan susu kesukaan Aleeza dan membawa secangkir kopi untuk Jayden. Setelah memberikan makan dan minuman itu, karyawan itu keluar dengan membawa berkas - berkas yang sudah Jayden periksa tadi.

Jayden beranjak dari kursi depan laptopnya lalu duduk di sofa yang berhadapan langsung dengan Aleeza. Sungguh Aleeza sangat panik sekarang karena tatapan tajam Jayden yang selalu dilontarkan untuknya.

Setelah cukup lama dalam keheningan dengan rasa panik Aleeza karena tatapan dari Jayden. Jayden tersenyum hangat ke arah putri satu - satunya itu, " Briell sini papa kangen, " kata Jayden sambil membuka tangannya lebar - lebar.

Aleeza yang peka maksud Jayden langsung berpindah tempat disebelah Jayden dan memeluk Papa kesayangannya itu. " Briell kira papa marah sama Briell, " ucap Aleeza dengan nada yang sangat kecil namun masih bisa di dengar oleh Jayden.

" Siapa? Papa? Marah sama anak - anak papa? " kata Jayden diselangi tawanya,

" Ga mungkin Papa bisa marah lama sama anak - anak papa, kecuali kesalahan mereka fatal, " lanjut Jayden sambil memeluk dan mengelus surai anaknya lembut

" Jadi . . . ? " tanya Aleeza sedikit ragu

" Kita omongin di rumah sama Mama nanti ya, " balas Jayden dengan senyuman khasnya sambil mengacak - acak rambut Aleeza.

.

.

" Maa, Paa, " panggil Aleeza yang mengintip lewat pintu kerja Avariella dan Jayden.

Avariella dan Jayden yang mendegar panggilan anaknya langsung memberhentikan pekerjaan mereka dan duduk disofa yang ada disana.

" Sini masuk sayang, " suruh Avariella sambil menepuk sofa kosong di tengah - tengah dirinya dan Jayden.

" Jadi gimana, kamu beneran mau kerja disana? " tanya Jayden

" Mau banget paa, " balas Aleeza antusias

" Kamu taukan papa ga– "

" Jayden " tegur Avariella memotong ucapan Jayden

Jayden menghembuskan napasnya lalu menatap ke arah Aleeza. " Oke papa izinin, " ucap Jayden singkat.

" Papa serius? Papa ga terpaksakan ngomongnya? " tanya Aleeza menatap Papanya untuk mencari kebohongan disana

" Kamu ini diizinin malah nanya - nanya, kalo ga dizinin rumah kebanjiran, maunya apasih? gemes mama tuh, " geram Avariella lalu mencubit kedua pipi Aleeza hingga memerah

Aleeza mengusap kedua pipinya, " Ya lagian papa gitu ngomongnya, benerankan pa? " tanya Aleeza memastika keputusan Papanya itu.

Jayden hanya menganggukan kepalanya sambil tersenyum paksa. Aleeza yang melihat itu langsung memeluk Jayden dengan erat dan mengucapkan kata terima kasih berkali - kali.

" Huaaa makasih papii, papi emang the best !! " seru Aleeza yang masih setia memeluk Jayden. Jayden membalas pelukkan Aleeza melihat ke arah Avariella dan Avariella hanya tersenyum menanggapinya.

" Udah sana kamu istirahat ke kamar, besok kita cari apartmen buat kamu dan minggu depannya kamu pindah kesana, " kata Avariella

Aleeza langsung melepaskan pelukkannya pada Jayden dan kembali ke sisi Avariella untuk mengecup pipi Mamanya itu lalu pergi menghilang di balik pintu ruang kerja Avariella dan Jayden.

" Vaaa . . . " rilih Jayden, Avariella yang mengerti maksudnya langsung pindah kesebelah Jayden dan memeluknya.

" Aleeza itu anak yang mandiri Jay, dia juga anak yang abisius. Dia bakal ngelakuin segala cara sampai dia mendapati apa yang dia mau, " ucap Avariella sambil mengelus pungung Jayden guna menenangkannya

" Percaya sama aku, gadis yang kita besarin bareng - bareng, dia udah jadi sesosok perempuan hebat yang mirip sama papanya ini, " sambung Avariella diselangi tetawa pada akhir kalimatnya

" Aku serius Avariella, " ucap Jayden yang masih berada dalam pelukkan Avariella

" Siapa yang bercanda, udah ah pelukkannya kerjaan aku masih banyak, kamu juga belom nuntasin dokumen pasien kamu tuh, " kata Avariella lalu mulai berdiri dan kembali ke meja kerjanya

" Ya aku harap dia sesuai apa yang kamu ucap tadi Va, " guman Jayden sebelum ia kembali duduk di meja kerjanya