webnovel

Pandangan Pertama

Keesokan harinya, Ditya sedang berada di mini market KOPMA. Dia membeli beberapa makanan ringan dan minuman. Awalnya dia hanya membeli sedikit makanan sehingga dia tidak membawa keranjang belanjaan. Tapi ternyata teman-temannya menitip beberapa makanan, jadi dia harus mengandalkan kedua tangannya untuk memegang semua barang belanjaannya.

Ketika dia mengambil sebuah roti coklat dan berbalik untuk membayar semua belanjaannya di kasir, tiba-tiba dia menabrak seorang laki-laki.

"Aaaww . . ." pekik Ditya. Semua barang belanjaan Ditya berhamburan di lantai.

"Ya ampun, maaf ya." kata laki-laki itu. Laki-laki ini memiliki tinggi yang sama dengan Ditya, kulit putih, mata sipit, dan ada sedikit jerawat di wajahnya. Walaupun begitu, dia terlihat cukup . . . manis. Dia langsung pergi menuju kasir dan membawa sebuah keranjang belanjaan. Lalu dia menghampiri Ditya kembali, membantunya membereskan belanjaannya dan memasukkannya ke dalam keranjang.

"Maaf ya, saya nggak sengaja." kata laki-laki itu lagi.

"Nggak apa-apa kok. Saya yang salah udah teledor. Dan saya juga nggak pakai keranjang belanjanya, jadi berantakan begini deh." ucap Ditya.

Melihat laki-laki ini begitu sigap membantunya, dia jadi merasa tidak enak terhadap laki-laki itu. Padahal dia yang menyebabkan kekacauan ini.

"Biar saya aja yang beresin." kata Ditya.

Tapi laki-laki ini tidak bergeming dan memasukkan barang terakhirnya ke dalam keranjang. "Udah selesai, kok." jawabnya singkat sambil tersenyum.

"Terimakasih banyak, ya atas bantuannya. Maaf saya sudah merepotkan."

"Kalau begitu saya permisi dulu." katanya.

"Iya. Sekali lagi terimakasih." kata Ditya sambil membungkukkan badannya.

"Jangan sungkan." Lalu laki-laki itu meneruskan belanjanya sementara Ditya pergi ke kasir untuk membayar barang belanjaannya.

Selagi menunggu di kasir, Ditya menoleh lagi ke arah pria itu dan memandangi dirinya yang sedang memilih-milih makanan. 'Siapa, ya, dia?' batin Ditya.

"Totalnya jadi Rp 58.500, teh." suara petugas kasir memecah lamunan Ditya.

"Oh iya, teh. Ini uangnya." kata Ditya sambil memberikan selembar pecahan 50 dan 10 ribu. Petugas kasir mengambil uang itu dan menyerahkan kembaliannya.

"Ini kembaliannya. Terima kasih, teh."

"Iya sama-sama."

Ditya bergegas keluar dan menghampiri teman-temannya yang sedang berkumpul di taman dekat gedung jurusan mereka.

"Itu dia, Ditya!" seru Anisa.

"Ditya kok, lama sih? Kita lapar nih." keluh Triana.

"Sabar, dong. Kan disana antriannya lumayan banyak." kata Ditya.

"Dit, titipan aku mana?" tanya Akbar.

Ditya menepuk keningnya, "Ya ampun! Aku lupa, Bar! Gara-gara kejadian tadi aku jadi nggak fokus. Perasaan udah aku beli semua. Maaf ya?" kata Ditya, "Kamu makan roti aku aja, nih. Biar nggak lapar."

"Terus kamu makan apa?" tanya Akbar.

Taufik menyerahkan rotinya kepada Akbar sambil berkata, "Kamu makan ini aja, Bar. Aku mau makan keripik kentang aja."

"Jangan! Udah makan roti aku aja. Aku nggak lapar kok. Serius." Ditya menyodorkan rotinya ke Akbar.

"Bener, nih? Aku makan, ya?" tanya Akbar sekali lagi. Ditya mengangguk.

"Eh, kalian udah mengerjakan tugas Bu Lisa?" tanya Lukman.

"Yang mana?" tanya Akbar.

"Kamu, mah, nggak pernah tau kalau ada tugas, Bar!" ledek Taufik.

"Tugas merangkum dan menceritakan kembali cerita naratif, kan?" tanya Niar.

"Aku sih, udah." kata Ditya.

"Kamu cerita tentang apa, Dit?" tanya Triana.

"Ehem . . . Maaf permisi." kata seorang laki-laki yang ternyata adalah orang yang sama yang menabrak Ditya di KOPMA tadi.

"Ada apa ya?" tanya Yuni.

"Ini dompet kamu, kan?" tanya dia pada Ditya.

"Oh iya. Ya ampun! Kok, aku nggak sadar ya." kata Ditya.

"Tadi saya menemukannya di kasir. Penjaga kasirnya berpikir kalau saya kenal sama kamu karena kejadian tadi. Jadi dia memberikan dompet ini ke saya agar bisa dikembalikan." katanya sambil menyerahkan dompet itu ke Ditya.

"Tapi darimana kamu tau saya ada disini?" tanya Ditya penasaran. Karena seingatnya mereka belum pernah bertemu sebelumnya.

"Sebelumnya saya minta maaf karena saya sempat membuka dompet kamu untuk mengecek kartu mahasiswa. Jadi saya tau kalau kamu mahasiswa jurusan ini dan memutuskan mencari kamu disini." jelasnya.

"Terimakasih banyak ya. Hari ini saya benar-benar merasa tertolong dua kali berkat kamu." ucap Ditya sungguh-sungguh.

"Sama-sama. Kalau begitu saya pamit dulu." pamit laki-laki itu.

"Iya. Sekali lagi terimakasih." kata Ditya.

Laki-laki itu pun pergi meninggalkan mereka. Dan tanpa disadari, Ditya terus memandanginya tapi hingga dirinya tak nampak lagi.

"Woy!" kata Triana sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Ditya.

Ditya terkejut dan melihat ke arah Triana, "Ada apa?"

"Kamu yang kenapa? Tiba-tiba melamun dan melihat ke arah laki-laki itu seperti ini." kata Triana.

"Jangan-jangan Ditya tertarik sama laki-laki tadi, deh." ledek Niar.

"Sok tau, nih. Aku cuma heran aja, masih ada pria baik seperti dia."

"Terus kamu pikir kami bukan laki-laki baik, begitu?" tanya Akbar.

"Masih dipertanyakan, sih." kata Ditya sambil tertawa. "By the way dia mahasiswa jurusan mana ya?"

"Tuh, kan! Ditya penasaran . . ." ledek Yuni.

"Loh, memangnya salah kalau aku bertanya seperti itu? Kalian itu terlalu berlebihan." Ditya berusaha membela diri.

Semuanya tertawa melihat tingkah Ditya yang seperti ini. Karena sebelumnya, mereka tidak pernah mendengar atau melihat Ditya penasaran mengenai seorang laki-laki.