"Kak Randy!" seru Ditya. "Sejak kapan kakak ada disini?"
"Hmm . . . Memangnya kenapa? Sepertinya kalian memang sedang membicarakan aku ya?" tanya Randy curiga.
"Nggak kok, Ran. Kita cuma kaget aja, perasaan di tadi nggak ada siapa-siapa tiba-tiba ada kamu. Mungkin karena kami keasikan ngobrol, jadi nggak merhatiin sekitar kita. Iya kan, Dit?" tanya Sarah.
"Iya bener. Lagipula untuk apa kita ngomongin Kak Randy. Dasar kepedean." ledek Randy.
Randy menyentil kening Ditya dengan pelan. "Mulai berani ngeledekin aku ya."
"Aduuh!! Sakit kak!" Ditya mengeluh sambil mengusap-usap keningnya. Sarah tertawa melihat mereka berdua.
"Bagaimana kak, bimbingannya? Udah ACC?" tanya Ditya.
"Hmm . . ." Randy menunjukkan wajahnya yang sedih.
"Belum ACC ya, Ran?" tanya Sarah.
"Ya udah nggak apa-apa. Nggak usah sedih and manyun gitu. Jelek kelihatannya." kata Ditya sambil menepuk-nepuk bahu Randy.
"Perasaan hari ini kamu seneng banget ngeledekin aku." protes Randy.
Ditya menjulurkan lidahnya.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com