webnovel

part 4 pertemuan kembali

*****

" Hiks hiks hiks mas jangan pergi, jangan tinggalkan aku, nanti kalau aku mimpi buruk,ada hujan dan petir siapa yang akan memeluk ku '' tangis Alena memeluk erat dan mencengkram kuat jaket yang dikenakan Steve.

" hentikan Alena, kemarin kau menangis tidak karuan karena tak mau ikut mas , sekarang mas ingin berangkat kenapa kau menangis seperti itu juga?''-tanya Steve berusaha melepaskan pelukan Alena yang terlampau kuat sehingga membuatnya sulit bernafas.

"pokoknya, mas tidak boleh pergi titik " – Alena. Steve menghela nafas frustasi, baju yang kini dikenakannya sudah tak beraturan.

"Alena sayang, kamu tidak boleh begitu sebentar lagi pesawatnya akan berangkat, lagi pula Steve kesana untuk bekerja bukan jalan-jalan ,bukankah kemarin katamu kamu akan tinggal bersama tante? " – Claudya mencoba membujuk dan menarik Alena dari Steve.

" tidak mau, pokoknya mas steve harus pulang denganku, tak boleh kemana-mana" tangis Alena semakin pecah dan menjadikan mereka sebagai tontonan disana.

"Alena" panggil Steve lembut, dia menarik dagu Alena untuk menatapnya. Wajahnya memerah dan basah.

" dengerkan mas,kamu ingat kan keputusan kamu untuk tetap tinggal disini ? jadi kamu harus konsisten, tunjukan kepada mas kalau kamu memang sudah dewasa seperti katamu kemarin " bujuk Steve

" tapi mas "

" tidak ada tapi-tapi. Sekarang lepaskan mas dan pulang sama tante Claudya oke " lanjut Steve.

Alena kembali terisak, melihat Alena yang menangis seperti itu sudah pasti hatinya sangat sakit, namun dia tidak bisa mengubah keputusan saat ini, karena dia tak melakukan persiapan apapun untuk Alena.

" sekarang sudah waktunya mas pergi" dengan terpaksa Alena melepaskan Steve

"kamu jaga diri baik- baik ya. Mas pamit " steve mencium kening Alena sebelum melangkah pergi . diiringi isak tangis Alena, Steve berjalan kedepan tanpa menoleh kebelakang lagi, takut bahwa dia akan berubah pikiran dan mengacaukan semua jadwalnya.

" ayo Alena kita pulang" ajak tante Claudya sambil merangkul Alena setelah Steve benar-benar sudah pergi. Alena mengusap wajahnya menggangguk mengiyakan ajakan Claudia.

******

" wah, rumah tante sangat besar " Alena terperangah mengagumi interior rumah bergaya Eropa yang baru dimasukinya. Claudia yang berada didepannya hanya tersenyum.

" sebentar ya Alena tante ambilkan kamu minum, kamu boleh lihat-lihat dulu" – Claudya berjalan kedapur sambil menenteng sebuah kantong belanja setelah mendapat anggukan Alena.

Alena mulai berjalan menelusuri rumah, tak henti-henti memandang takjub isi rumah tersebut , baru kali ini dirinya melihat rumah seperti ini , sibuk melihat ukiran dan lukisan yang tertempel didinding ruang tamu dia tidak menyadari ada 2 tangga kecil yang menghubungkan ruang tamu dan ruang tengah rumah itu dan …

'' awh! " Alena menjerit kesakitan karena baru mendarat sukses dilantai dengan posisi tersungkur.

" aduh sakit " Alena meringis sambil memegangi lututnya yang memerah.

" huahahahahaha Rasakan, makanya jalan itu pakai mata jangan pake kaki ups maksud ku, kau jalan nya pake kaki jangan mata ehh tapikan kau tadi jalan pake kaki ya kok masih bisa jatuh? Aduh, mana yang benar sih ini " ujar seorang lelaki yang tiba-tiba nonggol dari antah brantah sambil mengacak-acak mukanya eh maksudnya rambutnya. Lalu tersadar bahwa baru kali ini dia melihat Alena.

" eh, siapa kau? Kenapa kau masuk rumah orang sembarangan atau kau pembantu baru ya?" lanjut cowok itu menatap curiga Alena.

" pembantu baru, enak saja mana ada pembantu secantik aku" Balas Alena

'' what? Cantik ? cantik juga unta dasar udik" – ejek lelaki itu kemudian dia berteriak memanggil Claudya.

" mom mommy! "

" ada apa sih Joe teriak-teriak?" jawab tante Claudya, dia buru-buru keruang tengah saat mendengar teriakan Joe.

" ini nih mom ada orang yang tak dikenal masuk kerumah kita " – ujar lelaki yang bernama Joe menunjuk-nunjuk Alena.

Claudya menghela nafas, dia lupa memberi tahu kepada anak-anaknya bahwa Alena akan tinggal bersama mereka untuk beberapa waktu. Bagaimana Claudya tidak lupa, akhir-akhir ini kedua anaknya jarang ada dirumah karena disibukkan oleh pekerjaan yang mereka miliki. Dan Claudya pun tak menyangka bahwa Joe hari ini ada dirumah. Kalau dia tahu pasti dia akan memanggil Joe terlebih dahulu untuk memperkenalkan Alena.

" Joe'' panggil Claudya menghampiri Alena.

" ini Alena anaknya tante Yola dan om Aldy tetangga kita dulu waktu kita masih tinggal di daerah R, kamu ingatkan?" – lanjut Claudya.

Joe tampak terkejut mendengar perkataan ibunya, Joe menyipitkan matanya menatap Alena. Dia ingat betul wajah anak manja yang merepotkan itu rupanya dia bisa tumbuh hingga sebesar ini juga.

" mulai hari ini Alena akan tinggal disini " Claudya merangkul pundak Alena.

"APA?NO NO, Aku tidak mau tinggal satu rumah dengan orang luar . apa lagi kayak dia mom " ujar joe menatap sinis Alena, raut wajahnya menggambarkan bahwa dia benar-benar tak menyukai Alena.

"Joe bicaramu itu tidak sopan" tegur Claudya

" mommy tuh munggut orang sembarangan dan dibawa kerumah lagi. pokoknya joe tidak mau tau dia tidak boleh tinggal disini" sambung Joe memilih melangkah pergi, dia takut jika berlama-lama disana dia akan bertengkar dengan ibunya itu.

"JONATHAN!Berhenti dan minta maaf pada Alena, mommy tidak pernah mengajarkan kamu bersikap tidak sopan seperti ini!" – Claudya menegur anak bungsunya namun Joe tak mengubris, Joe menaiki tangga ke lantai dua tanpa menoleh kebelakan sedikitpun.

Sekali lagi Claudya menghela nafas , tak habis pikir Joe bisa bersikap seperti itu.

"maafkan sikap Joe ya Alena. Dia belakangan ini suka uring-uringan tapi kamu tahu sendirikan sebenarnya Joe anak yang baik " jelas Claudya sambil mengelus punggung Alena, dia merasa tidak enak kepada Alena.

"tidak apa-apa tante, mungkin Joe lagi banyak pikiran " jawab Alena tersenyum menenangkan tante Claudya. Padahal yang harus ditenangkan adalah dirinya sendiri. Alena tahu betul bahwa sedari dulu Joe tidak pernah ramah kepadanya. Tapi dia tak menyangka bahwa Joe masih bersikap sama padanya setelah beberapa tahun berlalu.

"ayo, Alena tante tunjukan kamar kamu" Claudya membawa Alena ke lantai 2 rumahnya. Begitu sampai dilantai dua Alena langsung dihadapkan dengan pemandangan menakjubkan . terdapat 4 kamar disana. 1 kamar terletak dekat tangga dan menghadap ke pintu balkon, sementara 3 kamar lainnya berada dalam baris yang sejajar. Didepan kamar yang berjejer ada sofa berwarna coklat terlihat sangat mewah dan diujung terdapat sebuah pintu yang terbuat dari kaca, sebagai pembatas balkon dan ruangan yang ada didalam.

"ini kamarnya Joe" menunjuk sebuah ruangan yang pintunya berwarna merah hati arahnya menghadap balkon.

"ini kamar kakaknya joe dan yang terakhir kamarnya kamu" ucap Claudya sambil menunjuk satu persatu pintu bercat putih yang berjejer, lalu membuka kamar Alena yang terletak paling ujung.

"semoga kamu suka ya Alena, soalnya tante kurang tau selera kamar kamu gimana. Kalau kamu tidak suka interior kamarnya kamu bisa ganti "- Claudya

"alena suka kok tante, kamarnya sangat bagus " ucap Alena sambil tersenyum. Ya dia sangat menyukai kamar berwarna putih tersebut.

"syukurlah kalau kamu suka, tante tau kamu capek, lebih baik sekarang kamu istirahat dulu "- Claudya berjalan kelar kamar.

"ia tante, terima kasih" jawab Alena sambil menutup pintu kamar. Setelah itu Alena membereskan baju-bajunya ke lemari yang tersedia. Setelah selesai Alena tertidur di kasur.

*****

"haacim" Alena bersin dengan kuat sampai-sampai dirinya terjatuh dari tempat tidur.

"huaahahaha" Joe tertawa keras sambil memegangi perutnya aksinya mengerjai Alena berhasil , hanya dengan menggunakan bulu ayam untuk menggelitik hidung Alena, Alena bereaksi sesuai dengan harapannya . Kesal diperlakukan seperti itu Alena meranggkak mendekat kelemari untuk meraih sandal yang tergeletak disana, sandal itu langsung melayang dan mendarat tepat di jidat Joe.

"Awww" Joe menjerit memegangi dahinya.

"hahahahahaha rasakan, kau pikir aku tidak bisa membalas " kini giliran Alena tertawa terbahak-bahak.

"sialan , Awas kau ya" kata Joe kemudian melangkah lebar-lebar kearah Alena dan mencengkram lengan Alena dan menarik paksa Alena untuk berdiri.

"aduh sakit, lepaskan aku " jerit Alena sambil berusaha melepaskan cengkraman Joe.

"JONATHAN!" seru Claudya kaget saat melihat betapa kasarnya Joe memperlakukan Alena.

" apa yang kamu lakukan kepada Alena. Lepaskan dia sekarang juga" perintah Claudya.

Dengan berat hati Joe melepaskan cengkramannya di lengan Alena.

"kamu ya, mommy tadi nyuruh kamu buat bangunin Alena bukannya menyakitinya" lanjut Claudya

"tadi aku udah bangunin dia mom, tapi dia aja yang cari gara-gara. Liat nih jidat aku sampai merah di lempar sandal. Emangnya dia kira muka ku tong sampah" lalu menatap sinis Alena. Alena membalas dengan mencibir, membangun bagaimana batin Alena.

" kamu ini ya banyak ala.." ucapan Claudya terpotong saat anak tertuanya bersuara datang menghampiri.

"ada apa? " Tanya nya, dia merasa terusik saat mendengar suara ibunya memarahi Joe, Entah sejak kapan dia sudah berada di rumah.

"HA,kok ada pak Rex disini?"-batin Alena kaget cepat- cepat dia menundukkan wajahnya.

Rex yang merupakan direktur utama tempatnya bekerja, Rex yang beberapa hari lalu mengancingkan bajunya ada disini? Mengingat kejadian itu muka Alena kembali memerah. Betapa memalukan dirinya saat itu. Dan sekarang mereka berada dalam satu rumah dalam atap yang sama? Apakah ini sebuah ilusi Batin Alena berperang. Lalu dengan hati-hati mengangkat wajahnya untuk mengintip sedikit wajah Rex, siapa tau dia memang sedang berhalusinasi. Namun ketika matanya menangkap wajah Rex, lelaki itu pun juga menatapnya. Alena gelagapan rasanya dia ingin melompat ketempat tidur dan bersembunyi di bawah selimut sama ketika dia berlari dari ruang Alvin.

Rex mengangkat sebelah alisnya ketika melihat ada Alena

"kenapa dia ada di sini ?" Tanya Rex menatap ibunya menuntut penjelasan.

"Ya, tadi aku juga bertanya hal yang sama ketika bertemu dengan makhluk ini" celetuk Joe yang mendapat pelototan dari sang ibu.

WHAt?.dia manggil aku makhluk? Makhluk apa coba yang dia maksud. Alena menggerutu dalam hati.

Oh aku tau pasti makhluk yang paling sexy. Itukan aku sekali batin Alena menghibur diri sendiri.

"eh Rex, mommy tak mengira kamu pulang begitu cepat hari ini" ujar Claudya. Dia juga bingung kenapa situasinya menjadi seperti ini, sangat canggung.

" kamu lebih baik istrahat dulu sambil bersih-bersih setelahnya kita makan malam bersama sekalian mommy mau jelasin tentang Alena. Begitu juga dengan kamu ya Alena" – ajak Claudya mengiring Rex keluar dari kamar Alena.

"Joe ikut mommy" seru Claudya , Joe mengekor ibunya sebelum benar-benar keluar dari kamar dia

melayangkan tatapan sengit kepada Alena, Alena hanya diam tak merespon.

*****

Alena terbangun dari tidurnya dan kaget mendapati dirinya bukan dikamar miliknya. Namun kemudian bernafas lega setelah mengingat kejadian semalam. Ini kamar barunya di rumah Claudya.

Dia tidak pernah menyangka bahwa keluarga Claudya orang yang kaya raya seperti ini, padahal ketika mereka masih bertetangga mereka sangat sederhana, sama seperti keluarga Alena.

Alena menatap jam didinding yang menunjukkan waktu subuh dia memutuskan untuk mencuci muka dan menggosok gigi sebelum turun kebawah. Rumah itu masih sepi menandakan sebagian penghuni rumah itu masih terlelap, satu-satunya suara berasal dari dapur pertanda ada orang yang sedang bekerja disana.

Alena berjalan menuruni tanga menuju dapur dan medapati bik Imah yang bekerja sebagai asisten rumah tangga disana sedang sibuk membereskan sisa makan malam mereka semalam.

" nona apa nona butuh sesuatu?" Tanya bik Imah kepada Alena yang duduk di meja pantry. Alena menggeleng sambil tersenyum

" bibi lanjutkan saja pekerjaannya" ujar Alena ketika bik Imah hendak bersuara kembali. Dengan tatapan bertanya-tanya bik kembali keaktivitasnya semula.

" apa ini untuk sarapan?" Tanya Alena meraih beberapa sayuran hijau yang terletak dihadapannya. Bik Imah menoleh.

" tidak itu untuk makan siang, biasanya nyonya dan tuan-tuan hanya makan roti , susu atau teh untuk sarapan" jawab bik Imah.

" apa disini dilarang untuk makan nasi dipagi hari?" Tanya Alena cemas, bik Imah tertawa kecil melihat raut khawatir Alena.

" apa nona takut tidak bisa makan nasi saat pagi hari?" Tanya bik Imah.

Alena mengangguk karena dia biasa makan nasi ketika sarapan, jika yang lain makan roti bagaimana dengan dirinya.

" tidak apa-apa, nona bisa makan apapun yang nona suka disini" jawab bik Imah.

" benarkah?, apa tidak masalah?" – Tanya Alena memastikan kembali. Bik Imah mengangguk

" keluarga nyonya dan para tuan sudah terbiasa hidup diluar negeri, jadi walaupun mereka pindah kesini mereka tetap tidak bisa menghilangkan kebiasaan mereka selama diluar negeri, termasuk masalah sarapan" bik Imah menjawab kekhawatiran Alena.

" jadi nona ingin makan nasi pakai apa pagi ini?" Tanya bik Imah tersenyum lembut.

" apa saja, aku bisa makan hanya dengan telur rebus saja, atau aku akan memakan apapun yang bibik masak" jawab Alena ceria, bik imah sekali lagi tersenyum.

" baiklah selagi bibik menyiapkan sarapan nona bisa kembali ke kamar dan datang kembali saat waktu sarapan" – bik Imah.

Alena menggeleng seperti anak kecil.

" tidak bisakah aku membantu bibik disini?" Tanya Alena membuat bik Imah terkejut dia buru menjawab, " tidak nona, mana bisa nona membantu saya disini, kalau nyonya tahu saya akan dimarahi"

" aku akan menjelaskannya ke tante Claudy, lagi pula aku sudah tidak bisa tidur lagi kalau jam segini" jawab Alena. Biasanya jam segini dia akan membantu Steve membuat sarapan, bersih - bersih rumah lalu berangkat kerja.

Bik Imah menatap Alena sejenak, entah kenapa dia sangat menyukai gadis ini.

" baiklah jangan salahkan saya kalau tangan nona menjadi kasar"

" tidak akan" jawab Alena cepat membuat bik Imah terkekeh.

Alena membantu bik Imah menyiapkan sarapan, mereka sangat asik mengobrol seperti seorang ibu dan anak yang sudah lama tak bertemu, Alena menceritakan bahwa dulu dia sering membantu ibunya memasak, biasanya ketika membantu, ibunya hanya akan memarahinya karena sering mengacau.

"hai sayang, kenapa pagi-pagi begini di dapur?" tanya Claudya menghampiri Alena duduk dipantry

"pagi tante, iya Alena mau bantuin bik Imah menyiapkan sarapan"-Alena

"tidak usah repot-repot begitu Alena, anggap saja ini rumah kamu sendiri, biarkan bik Imah mengerjakan pekerjaanya sendiri" ujar Claudya , dia tidak ingin membuat Alena merasa tidak nyaman dan malah membuat gadis itu merasa harus ikut bekerja dirumah karena telah tinggal disini dengan Cuma-Cuma.

"udah biarkan saja mom, kalau orang udik itu kan biasanya didapur" tiba-tiba Joe sudah nonggol saja di dapur dengan kata-kata pedasnya membuat suasana pagi yang sejuk menjadi panas.

"JONATHAN, jaga ucapan kamu" tante claudya sambil memelototi Joe.

"tidak apa-apa kok tante, orang yang mulutnya tidak pernah di sekolahkan memang begitu " jawab Alena tak kalah pedas

"udik-udik, dimana-mana mulut itu tidak pernah di sekolahkan. Yang disekolahkan itu otak, supaya pintar nggak bodoh kayak kamu" ucap Joe semakin menjadi-jadi membuat Alena kesal bukan main.

"JONATHAN, kamu ini benar-benar keterlaluan. Kamu sudah tidak mau mendengar kata-kata mommy lagi?" Claudya

"iya iya belain aja dia terus" jawab Joe berjalan menuju ruang makan dan duduk disana. Mulutnya komat-kamit tak bersuara seperti pantan ayam.

"kenapa?" Tanya Rex melihat ekspresi Joe yang jeleknya bukan main ketika dirinya duduk di ruang makan. Joe tidak menjawab dia hanya cemberut sambil menyandarkan kepalanya di meja.

Alena terperangah menatap Rex , dengan hanya menggunakan kaos putih polos dan celana pendek selutut Rex tampak sangat santai dan tampan disaat bersamaan

"selamat pagi pak Rex" sapa Alena dengan gaya centil. Rex hanya menatap dingin Alena. Dia tidak suka menghadapi wanita centil yang menjadikannya objek fantasi. Suasana yang tadinya panas berubah menjadi dingin karena Rex

"ehem lebih baik kita sarapan saja, ayo" Claudya memecah keheningan dan membawa Alena keruang makan. Mereka makan dengan hening, tidak seperti makan malam semalam yang penuh dengan ketegangan karena Joe menentang keras Alena tinggal disana, Rex yang awalnya juga kurang setuju hanya bisa diam.

Alena melirik Rex diam- diam, lelaki itu makan dengan santai sambil memandangi ponselnya, sementara Joe memakan rotinya dengan sadis sambil menatap Alena sinis.

" Alena lain kali kalau sedang di rumah kamu panggil Rex jangan pake pak lagi ya, panggil mas aja biar lebih akrab " pinta Caudya

Alena menatap Rex sejenak namun pria itu seperti tak peduli.

"iya tante" jawab Alena

"nah kalau mau manggil aku baru pake pak" ucap Joe sambil tersenyum mengejek

"Joe" tegur Claudya untuk kesekian kalinya kepada anak bungsunya ini

"yaudah panggil aku mas saja, eh kesannya sudah tua sekali. Hm gimana kalau abang, eh tidak- tidak deh nanti dikira abang tukang ojek, gimana kalau kakak, eh tidak-tidak kesannya seperti cewek. Ya sudah panggil aku mas saja lebih enak di dengar walaupun aku masih muda" jelas Joe panjang .

Alena hanya menatap ganas Joe, siapa juga yang mau manggil dia mas, manggil namanya aja males.

Setelah sarapan dan mandi Alena menghampiri bik Imah didapur.

" bik " panggil Alena

Bik Imah mengalihkan tatapannya dan fokus ke Alena. Alena kini telah mengenakan baju kerja yang rapi rambutnya yang panjang dan hitam dibiarkan terurai begitu saja. Riasan tipis diwajahnya membuat gadis itu semakin terlihat cantik dan segar.

" nona butuh sesuatu?" Tanya bik Imah tersenyum lembut.

" bik boleh Alena minta sesuatu?" Tanyanya sedikit malu.

" apa yang bisa bibik bantu?" Tanya bik Imah.

Alena meremas jarinya lalu menatap kesekelilingnya memastikan tidak ada orang disana selain mereka berdua.

" gini bik" ujar Alena, dia takut jika ucapannya membuat bik Imah marah lalu memandangnya aneh.

" non tidak usah takut jika bibik bisa bantu bibik bantu" – ujar bik Imah menatap keengganan Alena.

" bik bisa tidak, kalau bibik mengelus kepalaku sekali saja" ujar Alena menunduk dengan suara lemah, jika saja bik Imah tidak fokus ke Alena mungkin dia tidak akan bisa mendengar Alena.

" aku aku hanya sedikit merindukan ibu ku, bibik tidak usah khawatir aku akan pergi" ujar Alena cepat melihat bik Imah hanya diam tak merespon.

" tunggu nona" panggil bik Imah cepat saat Alena sudah berbalik hendak melarikan diri. Dengan sedikit canggung Alena kembali keposisinya semula.

" semoga hari ini semua pekerjaan nona lancar" ujar bik Imah sambil mengelus kepala Alena, bukan Cuma sekali tapi berkali-kali.

Alena mengangguk bahagia, matanya tiba-tiba dipenuhi air mata. Sudah lama dia tidak merasakan sentuhan seperti ini .

" terimakasih banyak bik" ucap Alena suaranya bergetar.

Bik Imah tersenyum lembut, dia tidak tahu apa yang terjadi dengan Alena namun gadis ini seperti sangat merindukan ibunya. Dia dapat merasakan dari tatapan Alena yang memandangnya diam- diam sejak pagi tadi.

Setelah meninggalkan dapur dan menenangkan emosinya yang bergejolak Alena naik kelantai dua untuk menelpon Steve dan menanyakan kabar kakaknya, dia menceritakan kegiatannya hari ini termasuk dengan bik Imah. Steve hanya memberi nasehat untuk menjaga diri dan jangan terlalu terbawa emosi setelahnya dia pamit untuk bekerja Sambil menghapus air mata di sudut matanya, Alena berjalan ingin mengambil tas kerjanya kekamar. Tetapi saat berbalik dia menabrak seseorang dan ternyata itu adalah Joe

"aduh kenapa kau berdiri disitu " ucap Alena kesal dengan kehadiran Joe

"suka-suka aku dong mau berdiri dimana.ini kan rumahku" jawab joe santai tanpa memperdulikan kekesalan Alena

"ish" geram Alena. Sepertinya Joe tau kalau alena akan melakukan sesuatu yang buruk kepada dirinya. Dengan sengaja Joe menyingkir dari tempatnya ketika Alena akan mendorongnya

"huahaaaaa"tawa Joe

Alena binggung kenapa Joe malah tertawa seharusnya dia kan kesakitan atau marah-marah. Karena penasaran Alena menoleh ke atas dan waw ternyata Alena dengan sukses mendorong perut Rex bukan perut Joe. Alena menjauhkan diri ketika melihat Rex menatap tajam ke arahnya " Waduh tamatlah riwayatmu Alena" –batin Alena menepuk jidatnya sendiri.