webnovel

Love Scenario Gerani

Kim Gerani hell Mahendra seorang gadis yatim piatu pewaris tunggal rumah sakit terbesar di Indonesia, rumah sakit Mahendra seorang yang menjelma sebagai gadis cantik, cerdas dan bertanggung jawab. nyatanya memiliki seribu kesedihan di dalam hidupnya ketika usai sepuluh tahun gadis itu telah di abaikan pamannya. Robert Mahendra adalah paman gadis itu yang merawatnya sedari kecil, hingga suatu saat gadis itu bertemu dengan Justin seorang dokter terhebat di dunia yang begitu angkuh dan sombong menjadi bumerang dalam pekerjaannya. Dengan sifat gadis itu yang selalu di hormati karena merupakan pewaris tunggal rumah sakit Mahendra tidak berlaku dengan Justin sama sekali. Hingga tanpa gadis itu ketahui nyawa nya dalam bahaya ketika dengan sombongnya gadis itu membawa lambang bahwa gadis itu pewaris tunggal rumah sakit Mahendra. apakah Justin bisa menjadi pendamping? atau bahkan sebaliknya?

Mayada_Saptyani17 · Urban
Not enough ratings
7 Chs

LSG

Kita tidak pernah mengetahui alur takdir. Hidup hanya mengikuti alur dan mensyukuri setiap apa yang Tuhan hadir kan dalam hidup.

~Gerani~

Sinar keemasan itu kini telah mengusik ketenangan tidur seorang gadis, jengah rasanya.

Gerak gerik bulu mata lentik lah yang menyambut terpaan sinar itu.

Keengganan untuk terbangun adalah suatu hal membahagiakan bagi gadis itu.

Tidak akan ada suara gemuruh dari seorang ibu saat pagi hari, tidak ada suara pemberontak dari seorang anak.

Tapi kini, menopang perasaannya akan jauh lebih berarti dari pada  hanya selalu berkubang dalam masa lalu.

Ada hal yang akan dicapai dan akan ada hal yang hilang. Itulah hidup.

Perlahan irisnya mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk, beberapa detik terdiam sembari mengumpulkan roh yang telah beranjak dari dirinya.

Jam menunjukkan pukul tujuh pagi.

Gadis itu bersiap dengan penampilan yang seperti biasanya, setibanya dikantor langsung dibalut dengan sebuah jas kewibawaan.

Jas putih. sebuah jas penolong untuk orang orang yang menahan sakit dan berusaha menjadi angel titisan tuhan.

Namun satu, gadis itu tidak pernah bisa melwan takdir.

"Good morning my princess" sapa Aurel.

Aurelia Devi Aldiva, seorang sahabat Gerani yang satunya gadis itu milik setelah paman dan bibinya.

"Morning too my prince, tumben ceriah banget hari ini"

"Hehe tadi malam abis jalan sama Leon , kapan nyusul ran"

"Udah ah malas aku ngomong, duluan yah bye"

"Yeelah main tinggal aja, baper banget sih"

Setibanya di rumah sakit gerani langsung ke ruang kantornya,Gerani menghela nafas kasar.

Tok..tok..tok..

"Iyah silahkan masuk"

"Ada apa Roy"

"I...itu dok emm anu i...itu"

"Tolong bicara yang jelas sebentar lagi saya akan ada jadwal operasi"

"T..tapi dok"

"Cepat katakan"

"Operasi nya d.. ditolak"

"Apa? Maksudnya apa ini"

"Dok tunggu"

Gerani, langsung beranjak pergi meninggalkan perawat tersebut, dengan amarahnya gadis itu segera beranjak ke departemen hematoma, mengetahui alasan apa yang membuat mereka menolaknya.

Gadis itu berlari-lari sekuat mungkin menuju departemen yang jaraknya jauh dari ruang kantor nya dan tak sengaja menabrak seseorang.

Brukk

"Hei!!"

"Aku sedang terburu-buru, perhatikan jalanmu"

"Hah? Apa dia tidak punya mata? Jelas jelas dia yang menabrak ku" monolog nya.

Sedangkan gadis itu perlahan hilang dari pandangan nya.

"Pasien ini bisa dioperasi, saya katakan pada kalian saya bisa mengoperasinya"

"Dengan tumor yang ada didalam pankreas, kemungkinan telah menyusup pembuluh ke pembuluh darah celiac dalam kasus pasien seperti ini hasil CT sangat tepat—" tanggap dokter Andre.

"Hasil CT menunjukkan kalau pengangkatan tumor bisa dilakukan, lihat dengan benar!!"

"Itu tidak mungkin, jika membuka tubuh pasien tumor akan bergerak langsung masuk ke pembuluh dara celiac lebih dalam dari hasil CT itu. Pasien ini harus disinari dengan radiasi, dikombinasikan dengan kemoterapi" balas dokter Andre lagi

"Apa menurut mu itu akan baik bagi pasien?" Balas Gerani dengan lantang.

Rumah sakit Mahendra, adalah rumah sakit kanker yang terbesar. Sebelum dioperasi, jika menemukan suatu keganjalan maka departemen dan konsultan bisa menghentikan jalannya operasi.

"Apakah dokter Andre mengalami kesulitan, memahami apa yang saya katakan sekarang?" Dengan menyedekapkan tangannya diatas dada memandang dokter Andre sinis.

"Saya tahu bahwa ini adalah diskusi terbuka. Tapi jangan lupa akan dasar dari sopan santun dokter Gerani" Tukas dokter Andre dengan menantang.

"Pertama saya minta maaf, sekarang secara hipotesis kita katakan kalau hipotesa tumor itu akan menyebar lebih dalam, jika aku memisahkan pembuluh darah secara bertahap—"

"Pemisahan apa?" Cetus lelaki itu.

"Siapa kau? Berani beraninya masuk kedalam ruangan ini"

"Em maaf sebelumnya saya belum mengenalkan nya. Beliau adalah dokter Justin Hirata Wijaya yang akan menjadi manajer Tim Bedah satu Hepatobiliary and pancreatic(HPB)".

"Apa manajer tim Bedah satu? Anda tidak bercanda kan?" tukas Gerani kaget.

Sontak semua orang kaget mendengar namanya, Dokter Justin  Hirata Wijaya adalah seorang dokter mudah berbakat dia telah berkenala dengan kemampuan nya diberbagi penjuru dunia.

"Dokter yang ada diatas podium" tunjuk lelaki itu mengarah pada Gerani.

"Namaku Gerani, Dokter Kim Gerani Hell Mahendra"balasnya sengit menatap jengah lelaki itu.

"Tahap apa yang akan anda ambil dalam kasus seperti ini?. Tidak ada metode seperti itu didunia ini, jika anda melihatnya dari sudut pandang pembedahan, pemotongan sangatlah mustahil. Jadi apa radiasi dan kemoterapi adalah tindakan yang tepat?. Tidak itu jugak tidak akan tepat karena hati tidak akan bertahan" jelasnya panjang lebar membuat perawat dan dokter wanita lainnya berdecak kagum melihatnya.

"Lalu apakah kamu memiliki solusi alternatif?" Tukas dokter Albert

" Operasi Appleby. Ketika tumor menjadi sulit dijangkau karena berada di lokasi pembuluh dara celiac pembedahan menjadi tidak bisa dilakukan dan banyak dokter cenderung untuk menyerah. Namun dengan menggunakan metode Appleby anda hanya bisa menyingkirkan pembuluh dara celiac"

"Jika kau melakukan ini, hati tidak akan ada lagi pembuluh dara yang memasok dara" tukas Gerani

" Spinal Muscular Atrophy(SMA)  akan menyediakan dara kedalam pembuluh dara sebelah kanan pada hati jadi tanpa pembuluh darah celiac darah akan tersedia. Ingat selalu ada pembuluh darah disebelah kanan" perjelas nya

"Tapi, Appleby terlalu beresiko dan—

"Kenapa kamu takut melakukan nya atau kamu hanya membaca konsepnya saja, tidak pernah MELAKUKAN!" Tegas Justin yang menekankan kata melakukan. Dengusan kesal yang saat itu terpaut diwajah Gerani.

Setelah berani beraninya lelaki itu mempermalukan nya secara tak kasat mata dipodium.

Setelah apa yang terjadi Gerani lebih memilih menenangkan diri di ruang nya bersama dengan sahabat nya.

"Rel kenapa gak belain gue tadi haa?" Tukas kesal Gerani

"Ya maaf, kan dokter Andre atasan gue ran, bisa kenak semprot gue. Rani kenapa kamu tusuk saya dari belakang" balasannya menirukan suara dokter Andre.

"Jadi maksud Lo kita musuh saat dilapangan?" Tanyanya emosi

"Em Mungkin begitu"

"Baiklah kalau begitu saat ini bendera perang telah kukibarkan"

"Maaf ran, maaf. Jangan marah marah aja kenapa sih, emosian Mulu cepat tua baru tau rasa. Sensian amat sih pms lu?"

"Lu buta ya?. Gimana coba gue enggak emosi secara dokter yang namanya Justin itu mempermalukan gue secara tidak langsung, sungguh berani sekali dia padaku"

"Santai kali mbak, ngegas amat ngomong nya lu–gua lu–gua segala ga sopan tau, dia manajer Lo jugak kan?"

"Bodo, baru kali ini ada orang yang berani beraninya mempermalukan gue di depan umum, gue enggak pernah ngerasa punya manajer bentukan kek dia"

Setelah panjang lebar Gerani mengeluarkan unek-uneknya, terdengar suara dari ruangannya.

"Ehemz" lelaki itu hanya berdedem

"OOO dokter Justin yang terhormat, oh maksud saya adalah MANAJER, apakah anda tidak memiliki tangan untuk mengetuk dahulu?" Gerutunya sinis menatap Justin, tetapi laki-laki itu malah bersikap datar dan dingin.

"Disini saya manajer nya, jadi terserah saya. Keruangan saya sekarang!" Balasnya tak kalah dingin. Meninggalkan Gerani yang terdiam menganga akibat coletah Justin yang amat lancang.

"Waahhh apa lagi sekarang? Sungguh menyebalkan. Awas saja gue kasih pelajaran tunggu saja" monolog Gerani, dengan mengangkat sebelah alisnya menatap licik kepergian punggung tubuh Justin.

"Ran gue saranin elu jangan gega—"

"Yeelah belum jugak selesai ngomong malah ditinggalin"

Angan angan pergi dengan senyum licik dan berniat memberi balasan pada lelaki yang berani beraninya mempermalukan nya, malah permintaannya ditolak oleh pamannya.

"Paman, pokoknya Gerani mau paman pecat Justin !"

"Kenapa?. Dia itu dokter yang berbakat tidak mungkin paman melepaskannya begitu saja suatu kehormatan dia bisa berada dirumah sakit kita"

"Tapi paman, dia sama sekali tidak sopan!"

"Paman harap kamu bisa berdamai dan menjadi rekan yang baik, paman yakin kamu akan maju jika serekan dengan nya dan kelak kamu bisa mewarnai rumah sakit ini dengan sempurna"

"Paman!!!"

"Sudahlah paman ada kerjaan lagi, paman tinggal dulu"

Beberapa detik saat pamannya meninggalkan Gerani, dering telepon mengema disaku jasnya. Membuat emosinya padam.

Kring...

"Selamat siang dengan Kim Gerani Hell Mahendra ada yang bisa dibantu?" Sapanya selembut mungkin.

"Lupa untuk keruangan saya?"

Jadi ini sih songong itu. Batin nya

"Cepat keruangan saya sekarang!"

"What?. Berani beraninya dia mengatur saya dan sekarang dia berani mematikan sambungan secara sepihak, tunggu pembalasan ku!" Monolog gerani

Alih-alih panggilan telepon asing itu dapat meredakan amarahnya malah justru menjadi jadi setelah mengetahui siapa dibalik suara dingin tersebut.

                 .         ***

ini Justin Hiarata Wijaya 😚

followig@ mayadasaptyani38