Hari pertama pun berakhir.
Saat itu Amelia telah menyelesaikan seluruh pemotretan dengan sangat sempurna.
Wanita itu berjalan dengan anggunnya penuh percaya diri, menghampiri Aiden yang saat itu sedang berdiri dengan kedua tangannya yang dilipat sambil menatap dirinya.
"Hehehe, Aiden aku sudah selesai."
Aiden saat itu menatap wajah Amelia yang terlihat sangat bahagia, karena menurutnya dia telah melakukan sesuatu yang sangat luar biasa dalam kehidupannya.
"Ya, selamat. Kau sudah melakukan yang terbaik."
"Hehehe, ya tentu sa-" tiba-tiba saja Amelia pun terbelalak, ketika ia hendak melanjutkan apa yang ia ucapkan saat itu, Aiden dengan santainya melangkahkan kakinya kemudian langsung mengacu pipi kanan Amelia dengan senyuman tampan Yang terukir pada wajahnya.
Cup!
"K-kau!" Amelia memegang pipinya itu dengan mata yang masih terbelalak, bingung dengan apa yang sedang terjadi padanya.
Sementara itu bagi orang yang baru saja memberikan kecupan singkat pada kekasih bohongannya itu, malah terlihat menikmati semua yang telah ia lakukan bahkan dengan senyuman yang sama sekali belum pernah ia berikan kepada wanita manapun.
"Hehe," pria itu pun mendekati telinga Amelia kemudian berbisik dengan suara seksinya di sana. "Apakah kau sama sekali sudah lupa, sekarang status kita adalah pasangan kekasih yang saling mencintai satu sama lain. Sebuah kecupan kecil tentu tidak ada salahnya, bukan?"
Deg!
Amelia menatap pria itu bingung. Di dalam hatinya tiba-tiba saja muncul sesuatu yang aneh, perasaan aneh itu memenuhi perutnya. Kemudian pada akhirnya dia pun harus bersandiwara mengikuti apa yang pria itu inginkan.
Dia pun tersenyum canggung "Haha, t-tentu saja."
"Kan?" Aiden seakan telah mendapatkan apa yang ia mau. "Kalau begitu ... Ayo pulang!" Kemudian menyadarkan tangannya agar digandeng oleh wanita yang saat itu masih mengenakan gaunnya.
Amelia pun menatap tangan yang saat itu diulurkan padanya. Tangan kekar dari pria tampan yang saat itu tersenyum manis padanya seakan-akan dia mencintai dirinya akan tetapi semua itu hanyalah kebohongan semata, membuat perasaan wanita itu pun berdebar seakan-akan merasakan sesuatu.
"Y-yah!" Amelia pun menangkap tangan pria tampan itu kemudian digandeng dan dibawa ke ruangan ganti untuk berganti pakaian terlebih dahulu di sana, sebelum mereka pun memutuskan untuk pulang ke rumah.
***
Setelah hari itu, hari pun berlalu seperti biasanya.
Kegiatan mengantar dan juga menjemput dari kekasih tercinta, selalu diperankan dengan sempurna oleh Aiden.
Amelia juga memberikan kontribusi terbaiknya, agar bisa mengikuti alur dari permainan Tuan muda tampan itu.
Hingga pada suatu hari, tepatnya satu minggu setelah dia mendapatkan kontrak dengan investor ternama yang mudah dan juga tampan itu, Aiden mendapatkan panggilan bisnis yang mengharuskannya untuk ke luar negeri selama beberapa hari.
Malam itu, malam di mana ia harus mendapat panggilan telepon untuk segera berangkat ke Amerika, dia pun langsung memberitahukannya pada Amelia.
Tok! Tok! Tok!
Amelia mendengar suara ketukan pintu di kamarnya. Wanita yang saat itu sedang memakai masker, sontak langsung melangkahkan kakinya dan segera membuka pintu untuk melihat siapakah di.
Kriiet!
"Eh ..." Berdirilah dengan stelan lengkapnya, Aiden Rhivano sambil memegang beberapa dokumen pada tangan kanannya. "Kenapa malam-malam kok sudah rapi?" Amelia sedikit bingung saat itu, apalagi dia tidak pernah pergi begitu saja meninggalkan Amelia ketika malam hari. Dan saat itu posisinya mereka sudah harus tidur untuk segera berangkat ke pemotretan di tempat lainnya esok.
Aiden refleks tersenyum. "Aku ada dinas di Amerika. Untuk beberapa hari kedepan, aku tidak bisa mengantarmu ke pemotretan. Apakah ... Kau baik-baik saja pergi ke sana sendirian?"
Deg!
Setelah mendengarkan apa yang baru saja pria tampan itu katakan dengan dirinya yang sama sekali tidak melangkah masuk ke dalam kamar Amelia, Amelia memang sedikit terkejut akan tetapi dengan santainya ia pun mengangguk.
"Oh, tentu saja aku tidak apa-apa pergi ke sana sendirian. Memangnya mau apa lagi?"
"Baguslah!" Aiden kontak tersenyum setelah mendengar jawaban dari Amelia. "Kalau begitu aku akan berangkat ke sana sekarang juga." Aiden hendak melangkahkan kakinya dan segera turun ke lantai bawah untuk berangkat ke airport, akan tetapi Amelia Putri menahan tangannya.
"Eh, memangnya pergi sekarang juga? Malam ini juga? Detik ini juga?" Tanyanya bertubi-tubi.
Aiden sontak mendekatkan wajahnya itu pada wanita yang saat itu wajahnya ditutupi oleh masker. "Ya, aku harus berangkat saat ini juga karena besok pagi aku akan langsung menyiapkan proposal bisnis dengan klien. Kenapa?" Tiba-tiba saja pria itu pun tersenyum nakal. "Apakah kau merindukanku?"
"A-apa?" Amelia benar-benar terperanjat saat itu. Dia tidak pernah menyangka bahwa beberapa hari terakhir ia habiskan sejak ia menjadi kekasih pura-pura Aiden, akan mengubah pria dingin yang bagaikan es di kutub Utara itu menjadi pria yang lumayan mesum.
"Astaga, m-mana mungkin. Bahkan kalau kau pergi berbulan-bulan sekalipun aku sama sekali tidak akan pernah menantikan kepulanganmu. Tahu tidak?" Elaknya, yang sontak membuat Aiden pun tersenyum.
"Benarkah? Ya sudah kalau begitu. Aku sama sekali tidak bisa lama-lama lagi di sini dan harus segera berangkat ke airport sekarang juga."
"Ah, iya! Ya sudah! Pergi ... Lah!" Seiring dengan ucapan pergilah yang keluar dari mulut Amelia, wanita itu pun tak bisa berhenti terbelalak saat jemari lentik dari pria tampan yang saat itu berada tepat dihadapannya malah menjatuhkan masker yang menutupi wajahnya itu dengan sengaja. Kemudian perlahan mendekatinya, dan memberikan kecupan singkat pada pipi kanan Amelia tanpa sadar.
Cup!
"Aku berangkat!" Aiden pun pergi begitu saja setelah memberikan kecupan yang sudah tak asing lagi baginya.
Ya, setiap hari ia mengacu pipi Amelia seperti itu ketika mereka pergi dan selesai pemotretan.
Melihat Tuan muda tampan yang saat itu telah pergi meninggalkannya, selaras dengan jatuhnya masker yang saat itu menutupi wajahnya ke lantai, Amelia sama sekali tak bisa berkedip dan langsung memegang pipi kanannya itu dengan telapak tangannya.
"A-astaga! Sebenarnya apa yang telah ia lakukan?" Wanita cantik itu bertanya dengan bingungnya. Hingga beberapa saat kemudian ia pun tersadar dari lamunannya itu dan berlari ke balkon kamarnya.
Hhh!
Wanita itu sedikit menghelan apa setelah melihat pria yang biasanya mengantar dirinya pergi ke pemotretan telah masuk dengan sempurna ke dalam mobil untuk segera berangkat ke airport.
"Dia sudah pergi!" Wanita itu hanya bisa bergumam dengan tangan yang terus saja memegang pipi bekas kecupan Aiden, yang saat itu telah menjauh dengan mobilnya.
Ada perasaan yang aneh yang dirasakan di hati wanita cantik itu. Namun, dia sama sekali belum menyadarinya, bahwa ternyata ia telah jatuh cinta pada pria dingin yang selalu saja mempermainkannya dan menjadikannya sebagai kekasih palsu untuk menyembuhkan dirinya sendiri.
"Ada apa dengan jantungku?" Tanyanya sambil memegang dadanya, yang saat itu berdebar tanpa henti.