webnovel

충족 - Met

~10.00 Kst.~

Dorm BTS yang semula nampak sunyi dan sepi kini, terasa sangat bising akibat, suara serak Nam Joon yang menggema di seluruh penjuru. Leader BTS ini, sedang berusaha membangunkan para member yang masih tertidur lelap di kamar mereka.

Nam Joon berjalan mengetuk kamar para member. "Semuanya... ayo bangun, hari ini kita punya jadwal rekaman radio." teriaknya.

Tidak ada jawaban dari para member. Mereka semua kelelahan dan masih terlelap dalam alam mimpi. Latihan rutin yang mereka jalani setiap harinya, membuat mereka enggan meninggalkan kasur.

"Ayo bangun, semuanya." teriak Nam Joon sekali lagi. Pria itu, berjalan menghampiri kamar Jimin dan Ho Seok yang terletak di samping kamarnya.

Ia mengetuk pintu kamar itu beberapa kali, sambil membangunkan penghuni kamar yang masih tidur.  "Jin hyung... bantu aku membangunkan Yoon Gi hyung dan Tae Hyung." ucap Nam Joon saat melihat Jin keluar dari dalam kamar mereka dengan menggunakan piama biru laut bermotif RJ.

Jin tidak merespon. Pria dengan bahu lebar itu, berjalan lesu ke arah dapur. Setelah sampai, Jin menarik kursi tinggi yang ada di depan mini bar dan duduk di atasnya.  Lalu, Jin merapikan rambut berantakannya dengan mengunakan tangan kanannya.

Di tatapnya Nam Joon yang masih berusaha membangunkan Jimin dan Ho Seok, yang bahkan tidak bergeming sedikitpun walaupun sudah di teriaki cukup keras oleh Nam Joon. Jin tertawa pendek melihatnya. Usaha Nam Joon membangunkan ke lima member yang masih tidur, sangat lucu baginya.

Nam Joon yang masih berdiri di depan kamar Jimin dan Ho Seok, menoleh ke belakang dan menatap Jin datar. "Hyung... berhentilah tertawa dan bantu aku..."  ucap Nam Joon, saat melihat Jin yang hanya duduk menontonnya.

Jin masih tertawa pendek. "Baiklah, Nam Joon-ah." Pria itu, beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju kamar YoonTae.

Setelah sampai di depan pintu, Jin langsung mengetuk kuat-kuat pintu kamar YoonTae dan Jung Kook yang letaknya bersebelahan. Tidak ada respon dari Jung Kook, kamarnya terasa sepi. Sedangkan di kamar Yoon Gi, pria berkulit putih susu itu membuka matanya kesal dan berteriak sesaat.

"Ah... siapa yang mengetuk pintu sekeras itu!" ucap Yoon Gi kesal seraya bangkit dari kasur miliknya dan bergerak menghampiri tempat tidur Tae Hyung dan membangunkan Tae Hyung yang masih tertidur sambil memeluk bantal guling.

"Tae Hyung cepat bangun." Yoon Gi menepuk pantat Tae Hyung tiga kali. Tapi, tidak ada respon dari Tae Hyung, malahan pria yang menggunakan piama merah ini mengigau tidak jelas dalam tidurnya.

Yoon Gi yang tidak kunjung mendapat respon dari Tae Hyung, memilih berjalan menuju pintu untuk melihat pelaku yang sampai saat ini masih mengetuk pintu kamar dengan sangat kencang.

"Siapa... siapa yang mengetuk pintu kamar ini dengan keras!." tanya Yoon Gi kesal setelah membuka pintu kamar.

Jin yang berdiri di depan pintu kamar Yoon Gi, memandangi pria berkulit putih susu itu datar. "Aku." jawab Jin santai. "Wae?"

Awalnya, Yoon Gi ingin memarahi pelaku itu setelah ketangkap tapi, saat tahu kalau Jin, orang yang mengetuk keras pintu kamarnya. Yoon Gi hanya merespon dengan seruan kecil. Yoon Gi, tidak bisa memarahi Jin karena usia Jin lebih tua darinya.

Yoon Gi berlalu pergi menuju dapur dan meneguk segelas air di sana. Sedangkan Tae Hyung baru berjalan keluar dari kamar setelah mendengar teriakan Yoon Gi yang cukup kencang. Mata Tae Hyung masih terasa berat.

"Hai hyung." sapa Tae Hyung setengah tidur saat melihat Jin berdiri di depan pintu. Ia pun berjalan melewati Jin dan menghampiri Yoon Gi di dapur sambil menyeret kakinya.

"Hyung... berikan aku segelas air." ucap Tae Hyung sambil memaksakan matanya untuk terbuka.

Yoon Gi menuangkan segelas air di cangkir milik Tae Hyung, lalu mendorong gelas itu ke hadapan Tae Hyung yang sekarang tertidur dengan posisi duduk dan mulut menganga.

Jimin dan Ho Seok akhirnya keluar setelah pintu kamarnya di gedor cukup kuat oleh Jin dan Nam Joon. Sedangkan Jung Kook, pria ini baru keluar setelah semua member berkumpul di mini bar sambil menyantap sereal.

"Apa kau sudah bangun dari tadi?" tanya Nam Joo saat melihat Jung Kook sudah rapi, tidak seperti ke enam member lain yang masih mengunakan piama tidur dan kaus oblong.

Jung Kook mengangguk ringan. Ia menghampiri Ho Seok dari belakang yang sedang menyantap sereal di dalam mangkuk. Tanpa meminta terlebih dahulu, Jung Kook langsung mengambil sendok dari genggaman Ho Seok dan melahap sereal itu.

Ho Seok hanya bisa diam saat sereal miliknya di curi oleh Jung Kook. Ia memandangi kelakuan maknae di hadapannya dengan datar. Ini hal biasa yang selalu di rasakan Ho Seok setiap pagi.

Ho Seok mendorong mangkuk sereal ke arah Jung Kook yang berdiri di sampingnya. "Kau boleh menghabiskan itu."

Nam Joon menghabiskan pisang di tangganya dalam sekali gigit dan mulai memarahi Jung Kook, setelah pisang di mulutnya habis. "Ya! Jung Kook, seharusnya kau membantuku membangunkan member yang lain."

"Hyung tidak meminta bantuan ku." jawab Jung Kook datar sambil menguyah sereal dalam mulutnya. "Bagaimana aku tahu, hyung butuh bantuan atau tidak?"

Nam Joon mendesah. "Kau tidak dengan suara serak ku?, dan kekacauan pagi yang aku buat?" tanya Nam Joon kesal.  "Baiklah, besok giliran Jung Kook yang membangunkan semua member, sampai Hong Ki hyung bisa bekerja normal seperti biasa." usul Nam Joon.

"Tidak bisa seperti itu hyung!" protes Jung Kook.

Kenapa harus Jung Kook yang membangunkan semua member besok pagi. Jung Kook tahu betul betapa sulitnya membangunkan para member. Bukankah, setiap member bisa memasang alarm di kamar mereka masing-masing.

"Kau selalu bangun pagi Jung Kook." ucap Nam Joon memberi alasan. "Dan yang terpenting, kau maknae di sini... jadi, apa salahnya kau membantu hyung mu ini, oke?" sambung Nam Joon dengan ulasan senyum manis.

Jung Kook meletakan sendok perak yang sedari tadi ia pegang ke atas meja. Lalu, matanya menatap tajam pada Nam Joon yang  sekarang sedang beranjak dari kursinya. "Tidak bisa hyung!. Bangun pagi hari ini dan besok itu berbeda... hari ini, aku tidak bisa tidur karena itu, aku bangun pagi dan mencari kesibukan di kamar. Tapi besok, siapa yang tahu aku akan bangun pagi atau tidak! Pokoknya tidak bisa! Aku menolak ini hyung!" protes Jung Kook.

Nam Joon hanya tersenyum  sambil memamerkan lesung pipinya ke arah Jung Kook. " Aku mohon bantuannya... Jung Kook." ujar Nam Joon. "Semuanya, siap-siap, kita berkumpul di ruang tamu setengah jam lagi." teriak Nam Joon sambil berjalan meninggalkan dapur.

Mendengar perintah dari sang leader membuat semua member yang berada di mini bar, satu per satu mulai pergi dan berjalan menuju kamar mereka untuk mempersiapkan diri.

Jimin mengacak rambut coklat Jung Kook sekilas. "Aigo... selamat atas tugas barumu Jung Kook-ah." ucapnya dengan candaan, dan pergi meninggalkan Jung Kook dengan tawa lepas. 

Jung Kook menatap kepergian semua member dengan kesal. "Aku tidak akan melakukan itu!" teriaknya yang hanya di tanggapi tawa oleh para member lain.

***

Mobil Van hitam telah menunggu para member di tempat parkir apartemen. Manajer Lee Hong Ki yang baru bisa hadir karena sibuk mengurusi anak kembarnya yang baru lahir, buru-buru menghampiri Nam Joon saat ke tujuh member BTS, sampai ke lapangan parkir.

"Kau sudah bekerja keras Nam Joon... gomawo." ucap Hong Ki sambil menepuk pundak Nam Joon.

"Ne, hyung." balas Nam Joon singkat dengan senyum simpul.

Sebelum masuk ke dalam mobil, para member menyapa Hong Ki terlebih dahulu. Setelahnya, mereka masuk ke dalam mobil dan mobil itu berangkat menuju lokasi rekaman.

Di dalam mobil, Jimin dan Tae Hyung duduk bersebelahan. Mereka bermain game bersama melalui ponsel milik Jimin. Sesekali, mereka berseru ringan saat berhasil menyelesaikan setiap stage dalam permainan.

Sedangkan Yoon Gi, asik mendengarkan lagu dari ponselnya melalui earphone sambil memandangi jalanan dari balik jendela mobil. Sementara, Ho Seok dan Nam Joon duduk di baris depan, mereka sibuk mengobrol dan membahas lagu terbaru Ho Seok yang sebentar lagi akan diluncurkan. 

Jin yang duduk di belakang bersama Jung Kook. Memilih terus, menganggu Jung Kook yang masih kesal dengan usul Nam Joon beberapa jam yang lalu.

Sepanjang perjalan menuju gedung SBX. Hong Ki, mendapatkan kabar dari salah satu staf Radio melalui panggilan telepon, kalau acara rekaman akan di undur sampai jam makan siang berakhir.

 

Hong Ki yang duduk di samping Pak Han sebagai supir, menoleh ke arah member yang duduk di kursi penumpang. Di tatapnya semua member yang masih asik dengan aktivitas mereka masing-masing.

"Perhatian semuanya." Suara Hong Ki membuat semua member menatap ke arahnya. " Barusan, staf SBX menghubungi hyung, dan mengatakan kalau acara radio akan di undur sampai jam satu siang, karena ada beberapa hal yang masih harus merasa persiapkan." ucap Hong Ki menjelaskan situasi.

Hong Ki melirik arloji di pergelangan tangan kirinya sejenak. "Karena sekarang masih lama dan perjalan untuk kembali ke dorm lumayan jauh. Ada baiknya kita mampir ke salah satu cafe di dekat sini dan menghabiskan waktu di sana, setuju?." usul Hong Ki dengan mata mengamati para member.

"Setuju!" seru Tae Hyung, Jimin dan Ho Seok berbarengan.

Mereka bertiga terlihat sangat antusias. Sedangkan member yang lain, hanya mengangguk ringan, menyetujui usul Hong Ki.  Tak lupa, Hong Ki mengingatkan para member untuk memakai masker sebelum keluar dari dalam mobil yang sudah terparkir di depan cafe.

Cafe Haven yang terletak tuju blok dari gedung SBX, menjadi pilihan bagi para member untuk bersantai, menikmati waktu siang, sambil menunggu jadwal mereka yang sempat tertunda.

Untung saja, cafe yang mereka pilih, sepi pengunjung. Maklum, ini masih jam sibuk bagi para pekerja. Hanya terdapat beberapa siswi yang sedang asik nongkrong di pojokan cafe.

Setelah para member masuk ke dalam cafe, mereka mencari tempat yang cukup untuk di duduki ke tujuh member. Mereka memutuskan untuk duduk di bagian tengah cafe.

Para member kemudian melepas masker. Lalu, melihat menu pesanan yang tertera di meja barista berjarak sekitar empat meter dari meja mereka.

Butuh waktu, sekitar lima menit lebih bagi semua member untuk menentukan pesanan yang ingin mereka santap lantaran, menu yang terpasang menyajikan banyak sekali hidangan.

Hong Ki yang duduk dengan para staf BTS lain, berangsur menuju meja BTS yang letaknya bersebrangan dari mejanya setelah, melihat Nam Joon menoleh padanya.

"Apa ini semua pesanan kalian?" tanya Hong Ki memastikan setelah menerima selembar kertas berisi pesanan para member dari Nam Joon.

Semua member mengangguk beberapa kali. "Baiklah... akan hyung pesankan semua ini untuk kalian." Hong Ki berlalu dari meja BTS menuju meja barista di depan.

"Akan segera kami siapkan." ujar Lay setelah ia menerima pesanan dari Hong Ki.

Awalnya, Lay terlihat cekatan menyiapkan semua pesanan sendirian. Tapi, lama kelamaan Lay kewalahan, ia butuh Mirae untuk membantunya sekarang. 

"Apa Mirae masih lama membuang sampah." gumam Lay dengan mata  tertuju pada pintu cafe sedangkan tangganya sibuk membuat kopi. 

Kabar mengenai kunjungan para member ke cafe Haven dari salah satu pengunjung cafe di akun sosial media miliknya. Membuat orang-orang yang sedang berada di kawasan ini memenuhi area depan cafe.

Jimin dan Ho Seok terlihat sesekali melambai pada para Army yang berjubel di depan cafe. Para member lain juga melakukan hal sama. Mereka terlihat senang saat melihat fans mereka begitu bersemangat menyambut ke datangan mereka.

"Wah... ramai sekali di luar." seru Yoon Gi sembari menyeruput ice americano di tangan kanannya.

"Benar hyung, aku tidak menyangka akan seramai ini." balas Ho Seok tak percaya.

Jin mengambil garpu di atas meja. Lalu, tangannya bergerak memotong kue di hadapannya, kemudian Jin melahap kue itu beberapa kali. Sebelum akhirnya, ia kembali meletakan garpu itu ke atas meja bundar di depannya. 

"Selamat atas kesuksesan kalian." ujar Jin sambil menepuk bergantian pundak setiap member yang balik menepuk pundaknya di akhiri tawa ringan oleh mereka.

Setelah bercanda sesaat, mereka kembali menyantap kue pesanan mereka dan menikmati waktu luang yang jarang bisa mereka dapatkan di jadwal padat mereka setiap harinya. Tak lupa, sesekali para member berinteraksi dengan Army di luar.

Di luar cafe, Mirae yang baru kembali dari membuang sampah terlihat heran dengan banyaknya orang berdiri di depan cafe tempatnya bekerja paru waktu.

"Kenapa banyak sekali pelanggan." ujar Mirae sambil melihat-lihat kerumunan di depannya. "Lay, pasti kesulitan sekarang." sambungnya.

Mirae berusaha menerobos kerumunan yang menutupi pintu masuk cafe. Tapi, usahanya sia-sia. Mirae tidak berhasil masuk ke dalam cafe, karena terus saja di dorong mundur oleh orang-orang di depannya.

Bahkan, kerumunan yang semula hanya berjumlah sekitar tiga puluhan, terus saja bertambah. Membuat Mirae semakin kesulitan untuk dapat masuk.

"Permisi... permisi, aku harus masuk." ucap Mirae berusaha menerobos kerumunan.

Tapi, lagi - lagi usahanya menerobos kerumunan sia-sia. Yang ada, Mirae malah mendapatkan goresan sayatan di wajah mulusnya. Akibat, cincin yang di kenakan oleh seorang wanita di depannya, tidak sengaja menggores wajahnya.

"Aish!" umpatnya saat, Mirae menyentuh goresan di wajahnya yang mengeluarkan darah. Sekuat tenaga Mirae menerobos kerumunan. Ia berhasil menyalip di barisan tengah. 

Sementara itu, Lay masih saja sibuk menyiapkan kopi pesanan dari staf BTS. Tapi, saat matanya melihat Mirae sedang berjuang memasuki cafe. Lay meninggalkan pekerjaannya dan berlalu menuju pintu cafe sambil berlari kecil.

Lay sudah tiba di depan pintu. Ia meminta semua orang menyingkir. Lalu, tangannya menarik Mirae masuk ke dalam cafe. Butuh upaya ekstra bagi Lay untuk menarik Mirae masuk.

Aksi protes di layangkan oleh semua Army, saat Mirae berhasil masuk ke dalam cafe. Mereka semua kesal, karena tidak dapat masuk ke dalam cafe sedangkan Mirae bisa.

"Aku pegawai di sini." jelas Mirae ketus, dengan mata melotot sambil menunjuk pin nama pengenal pegawai di dada kirinya.

Lay geleng-geleng kepala melihat tingkah Mirae. "Sudahlah Mirae, jangan mencari ribut di tempat kerja." Lay menarik tangan wanita itu menuju ke meja barista. "Kau tidak ingin di pecat, kan?"

Setelah sampai, Lay langsung memberitahu Mirae semua pesanan yang belum sempat di selesaikan olehnya sendiri. Tapi, tidak di tanggapi oleh Mirae. Wanita itu, hanya mendesah kasar sambil menatap kerumunan di depan cafe kesal.

"Mirae?." Lay menyikut lengan Mirae, saat melihat wanita ini, hanya diam tak bergeming membantunya.

"Ya!, aku butuh bantuan mu sekarang... pesanan menumpuk." ujar Lay kesal.

"Iya... iya..." balas Mirae cuek.

Mirae berjalan malas, menuju tempat pemanggang di samping, mesin pembuat kopi dan mulai memanggang roti di sana.

Setelah selesai, Mirae membantu Lay membuat kopi dan menyiapkan kue pesanan dari pelanggan. Kemudian Mirae mengantar pesanan itu ke meja staf BTS.

Butuh sekitar lima belas menit lebih bagi Mirae dan Lay menyelesaikan semua pesanan. Baru saja mereka ingin merehatkan diri. Jin datang menghampiri meja barista. Perutnya masih terasa lapar dan ia ingin makan kue lagi.

Matanya melirik berbagai kue yang tersusun rapi di dalam etalase. "Tolong, satu potong ukuran besar." ujar Jin sambil menunjuk cake redvelved.

"Ne."

Mirae mengambilkan pesanan Jin dan memberikan kue yang telah ia letakan di atas piring ke pada Jin. "Silakan di nikmati." ucap Mirae datar.

Jin mengambil piring dari tangan Mirae. "Teri.." baru saja, Jin ingin mengucapkan terima kasih, ia melihat pipi Mirae berdarah. Spontan, Jin memberitahu Mirae.

"Ada darah di pipimu." ujar Jin, sambil menunjuk tulang pipinya. Memberi tahu Mirae letak luka wanita itu.

Mirae menyeka darah dengan kemeja putih yang ia kenakan. "Terima kasih." ucap Mirae pada Jin. Wanita ini berlalu dari hadapan Jin dan mendudukkan diri di samping Lay. Sementara Jin, pria itu pergi membawa pesanannya menuju meja.

"Pipimu berdarah?" tanya Lay sambil mengamati wajah Mirae.

"Oh.."

Lay mendesah ringan. Ia heran, kenapa Mirae selalu saja terluka saat bekerja. Apa wanita ini tidak bisa menjaga dirinya dengan baik?.

Jin kembali menyantap kue yang baru saja ia pesan dan membaginya dengan para member lain. Beberapa detik kemudian, Jin berjalan menghampiri Hong Ki.

"Hyung... apa kau punya plester luka?" tanya Jin.

Hong Ki menoleh ke arah Jin. "Apa kau terluka?, dimana?" tanya Hong Ki khawatir.

"Bukan aku... tapi," ucapan Jin terhenti.  Lebih baik, Jin tidak perlu memberitahukan ini pada Hong Ki. Ia hanya butuh plester luka sekarang.

"Tapi apa?" tanya Hong Ki penasaran.

Jin menyentuh bahu Hong Ki. "Tidak perlu di pikirkan hyung, intinya hyung punya tidak plester luka?"

Hong Ki, merogoh kantung jaket yang ia kenakan. Di keluarkannya plester luka motif Pororo yang tidak sengaja di masukan salah satu anak kembarnya tadi pagi.

"Ini." ujar Hong Ki, menyerahkan plester luka ke pada Jin.

"Gomawo hyung."

Saat Jin ingin memberikan plester luka itu pada Mirae. Wanita itu terlihat melepas celemek nya dan meninggalkan meja barista sambil membawa tas dukung hitam. Mirae berlari kecil meninggalkan cafe sambil sesekali melirik arloji di pergelangan tangan kirinya.

Jin hanya bisa menatapi kepergian Mirae sambil memegang plester di tangannya. Tak lama kemudian, Jung Kook menyentuh bahu Jin.

"Ayo pergi hyung." ujar Jung Kook. "Kita sudah harus pergi ke SBX."

Semua member sudah berdiri dari tempat duduk mereka begitu pun dengan Hong Ki dan para staf. Waktu rekaman sudah akan di mulai. Mereka pun pergi meninggalkan cafe.

"Mari bertemu lagi..." gumam Jin kecil di akhiri seulas senyum simpul. 

***

Hai, ini versi revisi dari Love Maze. Jangan lupa komen, ulasan, vote dan batu kuasanya. Aku harap kalian bakalan suka dengan versi revisi ini. See You. Aku janji, kalau di revisi ini antusiasnya bagus, aku bakalan update besok atau lusanya.

Makasih untuk ke setiaan kalian menunggu revisi Love Maze, See You.

Army_VJcreators' thoughts
Next chapter