webnovel

LOVE IN THE PAST LIFE

Surya Dewangga memiliki keluarga yang lengkap. Rumah tangganya sempurna seperti impian semua pasangan. Istri yang pengertian dan dua anak manis melengkapi kebahagiannya. Namun, dunianya tergoncang saat ia satu persatu bertemu dengan jiwa keluarga dari kehidupan sebelumnya. Mereka seperti bereinkarnasi bersama lagi. Sesuatu yang tak mudah untuk dipercayainya. Mulai dari anak-anaknya yang lain hingga sosok perempuan yang dulu menjadi istrinya. Dan nyatanya perasaan itu masih sama. Tak berubah! Sungguh membingungkan dan tak masuk logika. Tugas terberatnya adalah menyelesaikan urusan masa lalunya tanpa bertabrakan dengan alur hidupnya saat ini. Mampukah?

Dione_Vee · Realistic
Not enough ratings
31 Chs

Itu Kamu ... Hans!

Hargus melangkah meninggalkan kafe. Henny mengikutinya di belakangnya. Ia seperti terdorong untuk membuntutinya dan ingin memastikan pemuda itu pergi dari tempat itu dengan baik.

Hargus mengambil motor butut milik temannya yang ia parkir tak jauh dari pintu masuk.

"Itu motor temanmu?" tanya Henny. "Motor yang kamu pinjam itu?" imbuhnya lagi.

Hargus menoleh kaget, ia tak tahu kalau masih diikuti oleh Henny, calon bossnya.

"Iya. Ini motor teman aku, kenapa memangnya, Bu?" Kali ini Henny mendengar pemuda itu memanggilnya 'Bu'.

"Nggak apa-apa, cuma ingin tahu saja," ucapnya.

"Motor lama, Bu. Semoga tidak mogok di jalan nanti," ujar Hargus.

"Bensinnya masih banyak?" tanya Henny. Ia sendiri heran kenapa menanyakan hal-hal semacam itu, seolah ia berbicara pada anaknya saja.

"Masih banyak, Bu. Tenang saja, cukup sampai di rumah nanti," jawabnya.

"Oke, hati-hati di jalan kalau begitu," pesan Henny.

Hargus mengangguk dan segera menghidupkan motor itu. Butuh beberapa kali upaya hingga kendaraan beroda dua itu mau hidup dan bisa berjalan.

Hargus melambaikan tangan pada Henny dan segera menghilang di kelokan jalan.

"Anak yang aneh," gumam Henny.

Wanita itu segera masuk lagi ke dalam kafe. Tapi ia tak ingin berlama-lama di sana. Ia bohong saat mengatakan tak takut apapun, nyatanya saat sendirian di dalam kafe, ia buru-buru ingin cepat pulang.

Saat sendirian itu Henny merasakan ada banyak mata yang tak terlihat seolah mengawasinya. Bulu kuduknya berdiri. Ia merinding.

Henny cepat-cepat berlari melintasi jalan dan menyeberang, hendak menuju rumahnya. Karena tak konsentrasi Henny melintas saja saat sebuah sepeda motor dari arah yang berlawanan melaju kencang ke arahnya.

Pengendara sepeda motor tak bisa menguasai dirinya, dia tak sempat menghindari Henny yang sedang berjalan melintas.

Henny menjerit kaget saat dirinya terpelanting ditabrak oleh motor itu. Henny jatuh terpelanting di tengah jalan aspal.

Sebuah mobil juga melaju kencang ke arahnya. Beruntung sang pengemudi mampu mengedalikan kendaraan itu dan menginjak pedal rem pada saat yang tepat.

Kendaraan roda empat itu berhenti tepat beberapa jengkal dari tubuh Henny yang sudah diam tak bergerak!

***

"Ayaaah!!" teriak Zacky sesaat sebelum mobil mereka menabrak sesosok tubuh yang terlempar ke jalan raya.

Mobil berdecit kencang akibat rem yang diinjak terlalu dalam. Kendaraan berhenti. Surya berpandangan dengan Zacky.

"Yah, sepertinya ada kecelakaan di depan kita," ucapnya.

"Benar, untung saja rem mobil ini pakem, kalau tidak, entah bagaimana nasib orang itu," ujar Surya. "Ayo turun! Lihat kondisinya,"

Surya dan Zacky turun dari mobil. Mereka berlari membangunkan wanita korban tabrakan itu.

Sementara pengendra sepeda motor sudah bisa bangun sendiri dan kendaraanya diamankan oleh pengemudi lainnya kebetulan lewat. Orang-orang itu mengamankan orang itu agar tidak lari dari tanggung jawab telah menabrak orang. Beruntung ia tidak dipukuli, hanya ditahan supaya tidak kabur.

Sebagian orang mengangkat tubuh wanita itu dan meletakkannya di pinggir jalan raya. "Masih bernafas, mungkin pingsan karena kaget," kata orang-orang.

"Perlu dibawa ke rumah sakit ini," kata orang-orang itu lagi.

Surya dan Zacky berjalan mendekat dan melihat lebih dekat kondisi wanita itu.

Alangkah terkejutnya Surya saat melihat wajah si korban. Ia tak akan lupa raut muka wanita yang sudah menawarinya paket wisata mistis di area pekuburan. Surya melihat ke sekelilingnya. Benar saja, ia tak jauh dari lokasi itu.

Wanita itu adalah Henny. Surya menatap Zacky.

Zacky pun rupanya masih teringat. "Ayah ini wanita itu, wanita pemilik kafe itu, 'kan?" tanyanya.

Surya mengangguk.

Orang-orang yang menolongnya juga mengenalnya. "Ini Mbak Henny, aduh kasihan amat. Nyebrang tidak hati-hati jadi keserempet motor ngebut," ujar mereka.

"Bapak mau periksa dia ke rumah sakit?" tanya seorang penolong pada Surya. Kebetulan saat itu sepi, hanya mobil Surya yang berhenti.

"Iya, tolong Mbak Henny, kasihan," ujar yang lain.

Surya kembali menatap anaknya. "Bagaimana?" tanyanya.

"Ya sudah bawa saja, Yah."

"Oke, ayo diangkat!"

Henny dimasukkan dalam mobil Surya yang kemudian melarikannya ke rumah sakit terdekat.

Ini adalah hari ketiga Surya berada di kota Malang. Sebenarnya ia sama sekali tak berniat untuk datang ke tempat itu lagi, ia hanya sedang melewatinya. Tadinya ia bermaksud mengantarkan Zacky ke tempat temannya untuk urusan kuliah. Siapa sangka ia malah bertemu wanita itu lagi?

Sampai di rumah sakit Henny dilarikan ke ruang ICU. Pemeriksaan dilakukan oleh tim dokter yang berpengalaman dengan cekatan.

Tak berapa lama, Henny sudah tersadar. Wajahnya masih pucat pasi. Ia merasakan kepalanya sangat pusing.

Dokter memanggil Surya yang membawanya. Mereka menjelaskan kalau Henny menderita gegar otak ringan di kepalanya akibat terbentur aspal. Tapi secara keseluruhan ia tak menderita luka yang serius, hanya saja mungkin ia kan mengalami hilang ingatan sebagian.

Surya mendengarkan penjelasan dokter itu dengan baik. Ia tak mengenal Henny, tapi takdir mempertemukan mereka lagi.

Selesai berurusan dengan dokter Surya bermaksud mengecek kondisi Henny dan jika sudah memungkinkan akan mengantarkannya pulang.

"Hallo, Mbak Henny. Kita ketemu lagi," sapa Surya dengan sopan.

Sebaliknya Henny bengong saja menatap Surya. Wajahnya yang masih pucat pasi seperti berusaha mengingat sesuatu.

"Aku di mana? Hans?" tanyanya.

Surya kaget mendengar apa yang didengarnya. 'HANS?'

"Aku Surya, kita pernah bertemu saat aku mampir minum kopi," jelas Surya. Ia ingin meluruskan ingatan Henny.

"Ooh, iya Pak Surya. Maaf merepotkan. Aku kenapa ya?" tanya Henny yang ingatannya mulai kembali lagi.

"Mbak Henny tadi keserempet motor, terus kepalanya membentur aspal. Sampai pingsan. Kebetulan saya sedang jalan melintas, jadi saya bawa periksa ke rumah sakit," jelas Surya.

Henny mulai memahami situasi meskipun kepalanya masih terasa sangat berat. "Oh begitu ya. Terima kasih, Pak."

"Apa aku bilang pulang sekarang?" tanya Henny lagi.

"Sebentar aku tanyakan ke dokter dulu," ujar Surya. Ia segera bertanya pada dokter yang memeriksa Henny apakah wanita itu sudah bisa pulang.

Dokter mengatakan Henny bisa pulang, hanya saja jika nanti terjadi muntah atau sakit kepala hebat, dia harus kembali lagi ke rumah sakit. Dokter juga memberinya obat pereda nyeri.

Henny ingin menunjukkan kalau ia baik-baik saja, maka dia menolak ketika suster mau memapah jalannya ke mobil. "Aku bisa sendiri," ujarnya.

Surya mengantarkan Henny sampai ke depan rumahnya.

"Istirahat dulu di rumah, Mbak Henny. Jangan kemana-mana dulu. Ingat pesan dari dokter kalau terjadi muntah atau sakit kepala hebat harus segera balik ke rumah sakit untuk diperiksa lagi," ujar Surya.

Henny tersenyum mengangguk setengah membungkuk.

"Baik, Pak Surya. Terima kasih, jangan khawatir. Saya baik-baik saja," ucapnya. "Maaf sudah merepotkan," imbuhnya.

"Santai saja, Mbak, Namanya takdir tidak ada yang tahu, eh tahu-tahu kita ketemu lagi di jalan," kelakar Surya.

"Iya, Pak. Tidak mampir ke rumah saya?" tanya Henny menawarkan Surya untuk mampir ke rumahnya.

"Terima kasih, Mbak, Saya mau mengantarkan Zacky anak saya ini, dia sudah janji ke tempat temannya," jawab Surya.

"Iya, maaf ya Mas Zacky. Gara-gara saya jadi tertunda perjalanannya," ucap Henny.

"Tidak apa-apa, Tante. Cepat sembuh ya!" kata Zacky.

Surya dan Zacky segera berlalu dari kediaman Henny.

Selepas kepergian Surya, Henny buru-buru masuk rumah lagI. Kepalanya terasa berdenyut sakit lagi.

"Hans, Hans … itu kamu Hans!" gumamnya.