Kamar yang dipilihkan untuk seorang Khansa adalah kamar yang seharusnya ditempati oleh Ibunya. Khansa terihat bingung, sesekali dia mengusap tempat tidur itu, tempat tidur yang sangat luas hanya untuk ditiduri sendirian.
"Terlalu mubazir, kamar ini tidak membuatku merasa nyaman." bisik Khanza. Dia benar-benar mengantuk, tapi melihat suasana kamar yag tidak familiar membuat dia memilih untuk menggelar selimut di pojok sofa. Khansa terlelap di sisi sofa, bukan diatasnya. Dia sangat terganggu dengan kamar yang terang benderang. Tampaknya itulah kenapa dia memilih tidur di balik sofa, bukan di atasnya.
Pagi sekali Khansa sudah bagun, seperti kebiasaan dia saat di kampung nelayan, dia berolah raga terlebih dahulu. Dengan berlari mengelilingi area halaman rumah, sudah membuat keringat bercucuran di keningnya. Halaman rumah kakek teramat luas. Saat dia duduk menyender di pinggir pagar rumah megah sang kakek, seorang lelaki berperawakan tinggi tegap menghampirinya.
"Kalau sedang mabuk jangan di depan rumah orang mbak, pergi gih" usir lelaki itu sembari menatap sinis kepada Khansa.
"Hei Mas, situ waras ngga? bisa bedain ngga orang mabok dengan orang kelelahan habis olah raga!" sembur Khansa sewot. Gadis cantik yang sangat energik itu kembal8 berlari, tapi kali ini hendak masuk ke dalam rumah.
"Eit .... ngapain mau masuk? kamu pikir rumah nenek moyangmu? seenak jidatmu saja masuk tanpa permisi." Lelaki tinggi tegap dan terlihat sangat tampan dengan model rambut ikal bergelombang namun hitam legam itu menatap tajam dengan mata elangnya.
"Emang ini rumah nenek moyang saya, kenapa? heran? situ siapa berani banget melarang saya masuk!" ucap Khansa cuek. Ketika Lelaki itu menarik bahu Khansa, replek Khansa menarik tangan itu dan de han sigap membanting lelaki itu ke lantai.
"Eh Busyet, kamu siapa sih sebenarnya mau ngelamar menjadi satpam di rumah ini, bela diri kamu boleh juga, ayo kita jajal, mampu ngga melangkahi aku, kalo mampu, its oke bakalan aku bantu rekomendasiin ke kakek biar jadi pengawal pribadi nenek dan satpam di rumah ini."
Khansa menyeka peluhnya dengan handuk yang tergantung di lehernya.
"Banyak ngomong ah, Khansa melenggang masuk namun kembali di halangi oleh lelaki musa itu.
"Minggir! atau ku banting kamu!" ucap Kansa yang mulai kehilangan kesabarannya. Dan terjadilah duel diantara keduanya.
Prok ... prok ... prok ....
terdengar suara tepuk tangan, ternyata Kakek yang datang. Kami menghentikan perkelahian.
"Baru ketemu sudah seperti tom dan jery, Padahal kalian bakalan tiap hari ketemu, tiap hari ...."
"Maksud Kakek apa? Masa iya saya ketemu gadis udik tak punya etika.ini di sini tiap hari? dia anak pembantu Kakek?"
Khansa terlihat sangat kesal mendengar dirinya disebut sebagai gadis udik.Mulutnya mengerucut.
"Khansa, kesini berdiri di dekat Kakek." titah Kakek tampak berwibawa.
Khansa mendekat berdiri di samping kakek Bisma.
"Reza ini cucu kakek Khansa Naura namanya. Kalian pasti sudah salah faham kan?"
Khansa tersemyum penuh kemenangan.
"Jadi maksud Kakek?" Reza terperangah.
"Dia yang harus ku masukkan kuliah Kek?" tanya Reza seolah kesal melirik ke arah Khansa.
Kakek mengangguk kepada Reza sambil tertawa tergelak.
"Khansa, lelaki teman kamu duel pagi ini namanya Reza. Dia putra dari sahabat Kakek. Dia yang akan membantu kamu untuk masuk perguruan tinggi.Kalian harus akur dan saling memudahkan satu sama lain. Anggaplah duel kalian pagi ini sebagai langkah pertama perkenalan kalian, oke? Kakek mau ke dalam dulu untuk bersiap berangkat ke perusahaan,"
Kakek tiba-tiba menahan langkahnya dan kembali berbalik kepada Khansa.
"Khansa, mulai hari ini kakek akan datangkan guru private untuk kamu agar bisa segera menguasai pengetahuan tentang bisnis dan managemen perusahaan, semuda apa pun kamu, harus bisa mewakili wajah perusahaan. Nanti setelah sarapan guru kamu datang."
Kakek kemudian kembali pergi memasuki rumah, tanpa perduli dengan cucunya yang terlihat sangat shock mendengar titahnya.
Khansa terlihat sangat tak menyukai titah kakeknya. Wajahnya melukiskan rasa tak nyaman itu.
Reza tersenyum sembari berjalan melewati Khansa.
"Nikmatilah hidup penuh aturan dan membosankan ini, menjadi orang kaya tidak semudah halusinasi kamu!" ejeknya sambil masuk menyusul kakek ke dalam rumah.
Khansa menyandarkan punggungnya pada tiang rumah nan megah bak istana itu.
"Aku rindu suasana desa nelayan, melaut dan melatih bela diri, bermain di hamparan pasir putih dan berburu kerang di dasar laut yang dangkal." bisik Khansa.
Tapi kehidupan itu telah tercerabut darinya, tiba-tiba saja dia adalah cucu tunggal pewaris dua kerajaan bisnis besar yang saling bermusuhan. Tiba-tiba saja dia adalah pewaris tunggal karena hanya dia yang merupakan keturunan langsung kakek dan neneknya.
Bersambung