"Kenapa si, ga Papah, ga Mamah, sama aja. Semuanya paksa gua gitu aja. Emangnya gua benda mati apa yang bisa di kuasai gitu aja," ucap Aksa.
Namun walaupun begitu Aksa tetap menuruti apa perkataan Mamahnya tadi. Karena biar bagaimana pun Aksa sebagai anak, apalagi Aksa adalah anak semata wayang dari kedua orangtuanya, sudah pasti Aksa juga ingin melihat kedua orangtuanya bahagia. Walaupun Aksa sebenarnya tidak menyukai berada di posisi ini, tetapi hanya ini yang bisa Aksa lakukan untuk membahagiakan kedua orangtuanya kali ini.
Aksa lansgung masuk ke dalam kamar mandi. Setelah itu Aksa bersiap-siap dengan menggunakan pakaian terbaiknya. Aksa berdiir di depan kaca lemarinya sambil berkata :
"Siapapun itu orangnya, mau secantik apapun dia, aku bakalan tetap cinta sama kamu Cantika. Karena hanya kamu yang bisa merebut hati aku selama ini. Dan aku ga mandang kamu dari harta, tahta ataupun jabatan. Aku mencintai kamu tulus dari dalam hati aku," ucap Aksa di dalam hatinya sambil meyakini dirinya sendiri.
Setelah itu Aksa menuruni anak tangga rumahnys. Aksa menghampiri Papah dan Mamahnya di lantai bawah.
"Kamu udah siap Aksa?" tanya Papahnya.
"Siap ga siap Aksa harus siap kan? Kalo Aksa bilang ga siap, pasti Papah sama Mamah juga bakalan tetap paksa Aksa buat ikut kan?"
"Kamu ini di tanyainnya malah jawabnya seperti itu. Ga ada sopan santunnya sama orangtua."
"Orangtua yang kaya gimana dulu yang harus di kasih sopan santun."
"Udah, udah. Kok malah jadi bertengkar kaya gini. Lebih baik sekarang kita berangkat aja yu. Ga enak kan kalo di tungguin kelamaan," sambung Mamah Aksa.
"Aksa naik mobil sendiri."
Aksa langsung pergi ke garasi rumahnya. Aksa memutuskan untuk pergi dengan menggunakan mobil pribadinya daripada ikut bersama dengan kedua orangtuanya dalam satu mobil. Papah dan Mamah Aksa pun menyetujuinya. Karena yang penting bagi mereka adalah Aksa mau ikut dengan mereka.
*****
Bukan hanya keluarga Aksa yang sedang bersiap-siap untuk pergi pada hari ini. Tetapi keluarga Cantika juga. Bedanya Cantika sudah mengetahui jika dia akan bertemu dengan Aksa kali ini. Namun Cantika menyembunyikan semuanya dari Aksa. Karena Cantika mengira jika Aksa sudah tahu juga akan bertemu dengannya hari ini. Kali ini Cantika, kakaknya dan kedua orangtuanya sedang berada di ruang keluarga sambil berbincang-bincang.
"Cantika. Kamu haru ini ga ada acara kan?" tanya Papahnya.
"Engga, Pah. Kenapa emangnya?"
"Kita pergi keluar yu. Kita makan di luar. Papah mau kenalin kamu sama Putra teman Papah."
"Apa? Papah mau kenalin aku sama Putra teman Papah? Maksudnya apa ya Pah? Apa aku mau di jodohin sama Putranya teman Papah itu?" tanya Cantika dengan perasaan yang sangat terkejut.
"Engga juga si. Papah sama Mamah cuma mau kenalin kamu aja sama Putra teman Papah. Kalo kamu cocok, boleh di lanjut. Kalo engga, ya ga apa-apa."
Ternyata Papah Cantika tidak memaksa Cantika untuk menjodohkannya dengan Aksa. Sangat berbeda dengan kedua orangtua Aksa yang sangat memaksa Aksa untuk bisa menikah dengan Cantika. Karena kedua orangtua Cantika tidak mau memaksa kehendak mereka kepada Cantika. Yang penting Cantika bahagia dengan pilihannya saja itu udah cukup bagi mereka berdua. Namun tetap saja Cantika merasa terkejut mendengar itu semua dari mulut Papah dan Mamahnya.
"Apa? Di jodohin? Papah sama Mamah yang benar aja. Aku kan baru masuk SMA. Masa udah di jodohin aja si? Kaya ga ada cowok lain aja di dunia ini."
"Sayang. Kamu ga boleh bicara gitu dong sama Papah kamu. Kamu tau ga Putra teman Papah yang Papah maksud itu siapa?" jawab Mamahnya sambil menenangkan Cantika yang terlihat sangat emosi kali ini.
"Siapa emangnya?"
Mamah Cantika menatap mata suaminya terlebih dahulu sambil tersenyum. Baru setelah itu Mamahnya memberi tahukannya kepada Cantika.
"Aksa."
"Apa? Aksa? Aksa teman sekolah aku?"
"Hmm, teman apa teman?"
"Ihh Mamah. Aku serius tanya."
"Iya. Aksa teman sekolah kamu. Yang pernah kamu ceritain ke Mamah dan pernah kamu bawa ke sini."
"Mamah apaan si. Bikin aku malu aja."
"Jadi gimana? Kamu mau kan kalo sama dia? Udah pasti mau."
Cantika hanya tersenyum mendengar ledekan dari Mamahnya. Kedua pipinya sedikit memerah karena merasa malu dengan Mamah, Papah dan juga kakaknya.
"Yaudah kalo gitu mamu siap-siap gih sekarang. Helmi, kamu juga ikut kita ya," ucap Papahnya.
"Ga usah lah, Pah. Helmi di rumah aja."
"Jangan gitu dong. Sambil kita makan bersama di luar, ya."
"Yaudah deh kalo gitu."
"Yaudah. Kalian berdua siap-siap dulu gih sana."
"Iya, Pah."
Cantika dan kak Helmi pun kembali ke kamar mereka masing-masing. Mereka berdua akan bersiap-siap untuk pergi bertemu dengan keluarga Aksa hari ini. Cantika masih merasa tidak menyangka jika orang yang ingin di kenalkan oleh kedua orangtuanya adalah Aksa. Laki-laki yang selama ini dekat dengannya.
Di dalam kamar Cantika, dia terus mengecek isi handphonenya. Berharap jika Aksa memberikan kabar kepadabya tentang pertemuan kedua keluarga ini. Tetapi sayangnya kali ini Aksa tidak memberikan kabar apapun kepada Cantika. Sehingg membuat Cantika merasa over thinking dengn Aksa.
Setelah beberapa lama Cantika, kak Helmi dan kedua orangtuanya bersiap-siap, kini mereka semua sudah berkumpul di ruang tamu rumahnya. Mereka semua akan segera berangkat ke tempat saat ini. Mamah dan Papah Cantika menghampirinya.
"Kamu udah siap nak?" tanya Mamahnya Cantika.
"Udah, Mah."
"Cantik banget si anak Papah yang satu ini," sambung Papahnya.
"Papah bisa aja."
"Yaudah kalo gitu kita berangkat sekarang aja yuk."
"Ayo."
Cantika bersama kedua orangtuanya pun berangkat ke tempat janjian yang sudah Papahnya dan Papah Aksa sepakati. Cantika juga bukan hanya datang dengan kedua orangtuanya kali ini, tetapi kakak dari Cantika yang bernama Helmi juga datang. Namun di sepanjang perjalanan Cantika terus melamun.
"Kenapa Aksa ga bilang ya ke gua kalo hari ini dia mau ketemu sama gua dan keluarga gua? Apa dia ga senang mau ketemu sama gua?" pikir Cantika di dalam hatinya.
Mamahnya yang melihat Cantika sedang melamun pun langsung merasa khawatir dengannya. Karena Mamahnya takut jika Cantika sakit.
"Kamu kenapa sayang? Kok melamun kaya gitu? Kamu sakit?"
"Eh, engga kok Mah. Aku cuma ngantuk aja kayanya."
"Oh gitu. Yaudah kalo gitu kamu tidur aja dulu. Lumayan kan supaya kamu ga pusing."
"Iya, Mah."
Cantika hanya mengiyakan perkataan Mamahnya. Cantika merasa malu jika dirinya harus jujur dengan Mamahnya tentang perasaannya dengan Aksa saat ini. Cantika pun melanjutkan perjalanannya.
-TBC-