Matahari yang hampir tenggelam dijadikan pemandangan indah untuk dua pemuda yang duduk berdampingan di sebuah bangku taman saat ini.
Si pemuda manis park jimin menyandarkan kepala pada dada bidang kekasih barunya jeon wonho yang merangkul bahunya.
Keduanya menikmat suasana senja ditaman itu. menghabiskan waktu berdua.
"Lihatlah indah sekali pemandangan sore ini." Ucap wonho pada jimin yang masih setia bersandar padanya.
Jimin pun mendongakkan kepalanya menatap wajah kekasihnya dan tersenyum tipis dia tak menyangka akan hadirnya wonho yang baru saja ia temui dan sekarang telah menjadi kekasihnya.
Sadar akan tatapan jimin, wonho menurunkan pandangannya dan menatap mata kekasih mungilnya.
"Kenapa menatapku seperti itu hum?" Ucap wonho dengan nada menggoda.
"Tidak apa-apa, hanya tak menyangka saja kita yang baru bertemu dan sekarang kita sudah menjadi sepasang kekasih." Ucap jimin yang sudah merona.
"Hm, sebenarnya aku juga tak menyangka kalau kau akan menerimaku."
"Ne wonho-ah meski ragu tapi aku juga merasakan hal yang sama denganmu. Yah mau bagaimana lagi menolak pun sayang." Ucap jimin yang di iringi kekehan
"Oke terserah!" Wonho mengalihkan pandangannya sedikit kesal setelah mendengar perkataan jimin.
"Marah eoh.. Hum!!?" Goda jimin sambil jari telunjuknya mencolek pipi wonho.
"Oh ya sayang, apa benar kau tak mengenal pria tadi?" Wonho sangat heran kenapa hyungnya tadi bisa tahu jimin.
"Tidak, aku sama sekali tak mengenalnya. Meski sebelumnya pernah bertemu karena kejadian tak mengenakkan."
"Hm, bagaimana kalau kita pulang sekarang? Mungkin hyungmu sudah menunggu. Aku tak mau dibunuh hyungmu kalau memulangkan adik kesayanganya ini terlambat." Ucap wonho pada jimin sambil mencubit pucuk hidungnya. Jimin pun tersenyum malu kemudian dia menyembunyikan wajah meronanya ke dada bidang kekasihnya.
"Ne, kita pulang sekarang."
Keduanya pun beranjak dari tempat itu menuju mobil wonho. Kemudian wonho menjalankan mobilnya meninggalkan taman dan menuju rumah jimin.
Tak terasa setelah dua puluh menit mereka pun sampai di depan gerbang rumah jimin. Wonho menghentikan mobilnya dan membuka seatbelt.
"Sampai jumpa besok wonho-ah!"
"Ne baby, jangan tidur terlalu larut ne.."
"Uhm.." Gumam jimin dengan senyum manis dibibirnya. Jimin pun segera membuka pintu mobil dan beranjak masuk ke dalam rumah.
Namun, sebelum jimin sempat membuka mobil sebuah tangan menarik lengannya dan tubuhnya langsung masuk kedalam dekapan hangat kekasihnya. Wonho menarik dagu jimin keatas mendongak sejajar dengan wajahnya.
"Bolehkah?" Jimin yang tahu maksud kekasih tampannya langsung menganggukkan kepalanya malu-malu.
Setelah mendapat ijin, tanpa membuang waktu dengan cepat wonho meraup bibir berisi jimin mengecupnya dan menyesapnya dengan lembut. Tangannya kanannya mulai mengarah ke tengkuk jimin menekan dan memperdalam ciumannya.
Bibirnya mulai bergerak liar. Menghisap menggigit dan melumat. Tangan kirinya yang sudah berada pada pinggang jimin mulai menarik tubuh jimin memdekat padanya.
Setelah lima menit berlangsung jimin mulai kehabisan udara dan mendorong pelan bahu wonho.
Ciuman pun terlepas dan wonho memberikan beberapa kecupan pada bibir jimin untuk kesekian kalinya sebelum berpisah.
"Maaf baby, kalau terlalu kasar." Ucap wonho yang merasa bersalah melihat jiminnya terengah-engah.
"Tidak apa-apa sayang. Baiklah sekarang aku masuk dulu ne.. Kau berhati-hatilah saat dijalan.." Ucap jimin yang meletakkan tangannya pada rahang wonho.
"Ne sayang.. Cup.." Kecupan pada kening diberikan pada jimin sebelum kekasih mungilnya keluar dari mobil.
Wonho pun segera pergi dari sana dengan jimin yang masih berdiri di depan gerbang dengan senyum yang masih tercetak pada bibirnya menunggu sampai mobil wonho menghilang dari pandangannya.
Waktu menunjukan pukul tujuh malah. Dan jimin pun berjalan ke rumahya. membuka pintu rumahnya dan terkejut mendapati jaehyun yang dikursi single sofa yang langsung menghadap pintu.
"E-eoh hyung, selamat malam.."
"Baru pulang hum.. Dari mana saja kau?" Ucap jaehyun dengan raut wajah marah dan melipat tangan kedadanya. Jimin yang takut melihat hyungnya yang marah mulai menundukkan kepalanya.
"K-kami.. Kami tadi.."
"Eoh sudah pulang jim, bagaimana kencannya hum..?" Entah darimana munculnya tiba-tiba kyuhyun sudah berada di samping jimin dan merangkul bahunya. Jaehyun yang mendengar itu membulatkan matanya. Dengan wajah merona jimin menjawab ucapan hyungnya malu-malu
"Ish.. Hyung kau ini..!"
"Benarkan.. Hahaha.."
"Kyuhyun-ah jangan menggoda adikmu lihat wajahnya sampai semerah itu. Sampai kapan kau biarkan jimin di depan pintu? Cepat bawa jimin masuk udaranya semakin dingin malam ini." Ucap tuan park yang sudah mendudukkan diri disofa dengan senyum lebarnya. Kyuhyun pun membawa jimin masuk dan mendudukkannya ke sofa di dekat sang ayah.
."apa benar yang dikatakan hyungmu kyuhyun hum?"
"Eh, tentang apa appa?"
"Kencan itu. Apa benar kau sudah punya kekasih?hum?"
"Appa ish.. Ada saja yang ditanyakan." Jimin sangat malu atas pertanyaan tuan park sekarang wajahnya sudah sangat merah. Tanpa mereka tahu jaehyun yang ikut duduk disana wajahnya mengeras karena tak terima kalau jiminnya dimiliki orang lain. Perasaan cintanya pada jimin benar-benar tak bisa hilang memang sangat sulit tapi ini sudah mendarah daging rasanya.
"Bawalah ke rumah jim, kenalkan pada appa. Ajaklah dia makan malam dirumah. Besok appa akan pulang cepat"
"Ne?"
"Iya jim, appa menyuruhmu membawanya kerumah. Kalau tidak biar hyung yang menyeretnya sendiri." Mendengarnya itu jimin membulatkan matanya.
"Tidak.. Tidak perlu biar aku yang membawanya kesini. Aishh.." Sadar dengan ucapannya jimin berlari kekamarnya karena malu.
Mereka yang melihat tingkah jimin pun tertawa kecuali jaehyun yang diam dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Lihatlah appa kelakuannya seperti anak gadis saja.."
"Dia mirip sekali dengan mendiang eomma kalian, ah.. Aku jadi merindukannya." Ucap tuan park sambil menatap wajah mendiang istrinya pada foto keluarga yang terbingkai indah didinding ruang tamu.
Malam semakin larut masing-masing telah kembali kekamar. Dan mereka telah terlelap. Namun tidak dengan jaehyun yang masih dengan pikirannya.
"Ah Sialan!! Kenapa sulit sekali menghapus perasaan ini." Ucapnya sambil mengusak rambutnya kasar.
•••
Ditempat lain seorang pemuda tampan bergigi kelinci merasa frustasi akan seseorang.
"Aku harus mendapatkannya!" Seru jungkook pada dirinya sendiri yang berada dikamarnya setelah melakukan sesuatu yang terbilang seperti orang yang terobsesi akan satu hal. Ya, dia merasa jimin sudah menjadi obsesinya. Benar-benar membuatnya seperti orang tak waras.
"Kau milikku jimin,hanya milikku.."
𝙏𝙗𝙘