Sindiran Bagus begitu telak mengenai Nosa. Kalau saja Wibisono tidak segera menariknya, entah apa yang akan terjadi.
Tangan Nosa yang telah mengepal segera dipegangi oleh Wibisono. Ia tahu, bahwa cepat atau lambat perseteruan mereka tidak akan berakhir begitu saja.
"Hei, kamu tidak perlu marah. Kalau memang begitu, kamu mestinya introspeksi diri, bukan malah sebaliknya."
Bagus mengertakkan rahang dan gigi-giginya yang saling beradu mengeluarkan suara. Ia tampak marah kali ini.
"Jaga mulutmu, Bagus! Aku tidak pernah mencampuri urusanmu, jadi, lakukan hal yang sama!" seru Nosa dengan suara tinggi yang tertahan. Ia tidak ingin membuat keributan di Rumah Sakit.
"Mungkin mulutku terlalu lugas untuk menebak secara langsung jalan pikiranmu, Sobat. Kamu hanyalah seorang lelaki yang sangat memegang teguh janji, rupanya."
Sindiran yang dilontarkan Bagus kali ini lebih kepada hujatan pada Nosa. Siapa orangnya yang tidak akan tersinggung atau pun kecewa bila mendengar ucapan Bagus.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com