webnovel

Aura lolos sidang kuliah nya

"Astaghfirullah, iya Dek, bahagia banget memang, tapi ternyata tanpa kita sadari itu semua termasuk zina ringan Dek, semoga Allah mengampuni dosa kita yang telah lewat ya Dek," jawab Faisal.

"Subhanallah Mas, Kamu memang imam yang baik, semoga Aku pantas di sandingkan dengan pria Soleh seperti Kamu Mas," ujar Aura, Air matanya terus menetes dengan sendirinya.

"Amin, Adek juga wanita yang baik, udah jangan nangis dong, nggak enak sama Ibu loh Mas, nanti dikira di apa-apain sama Mas," tegur Faisal yang mendengar suara Isak tangisnya.

"He he ... iya Mas," Aura mengusap aura matanya.

"Oh iya, Mas lagi dimana ini?" tanya Aura.

"Mas masih di pesantren Dek, ini mau ngajar di pesantren tapi masih belum mulai," Aura semakin Kagum mendengar nya.

"Mengajar? Ngajar apa Mas?" tanya Aura.

"Bukan ngajar sih, belajar Bersama lebih tepat nya, He he, maaf Mas salah ucap tadi," jawab Faisal.

"Hemb ... iya-iya," Aura mengangguk-angguk.

"Ya sudah ya Dek ini Kakak sudah mau mulai belajar nya, nanti titip salam sama Ayah dan Ibu," pamit Faisal.

"Oh iya Mas, nanti Adek sampein, Assalamualaikum Mas," ucapnya.

"Iya waalaikumsalam bidadariku," Aura sangat bahagia hari itu,setelah selesai telefon ia langsung berlari keluar sambil teriak-teriak memanggil-manggil ibu nya.

"Ibu .. ibu.." ibunya yang sedang duduk-duduk di teras pun langsung berdiri.

"Ada apa kok lari-lari Aura?" tanya Ibu.

"He he ... ibu dapat salam dari mas Faisal, dia barusan nelfon Bu," jawab Aura.

"Huumb ... ibu kira ada apa kok Sampek teriak-teriak histeris gitu Kamunya, ya Wa'alaika alaihi salam," jawab Ibu.

Aura masuk kembali, ia bersiap-siap kembali ke kampus untuk melakukan sidang setelah selesai mengerjakan tugas skripsi.

Karena memang jarak antara rumah dan kampusnya tidak terlalu jauh.

"Bu ... Aura pamit dulu ya, hari ini insya Allah Aku mau sidang hasil skripsi Aku dan sidang nya pakai bahasa Inggris, doakan Aku agar di beri kelancaran ya," pamit Aura, wajah nya sangat santai tidak kelihatan cemas atau gemetar sama sekali.

"Iya semoga semuanya di beri kelancaran ya sayang," jawab Ibunya.

"Amin .. makasih ya Bu," Putri mencium tangan nya kemudian cium pipi kanan dan kiri ibunya.

"Ayah kemana ya Bu, Aku mau pamit kok sudah nggak ada di depan tv," tanya Aura .

"Ayah pergi kerumah Mbah yai Hasan sayang, Ayah sedang menentukan tanggal buat acara kamu, jadi Kamu yang semangat ya kuliah nya," badan Aura langsung panas dingin mendenganya.

"Ya Allah ..yang benar Bu? Semoga dapat tanggalnya gak lama lagi ya Bu, Aku sudah ingin segera hidup bersama mas Faisal," Aura sudah di atas motornya tapi tetap saja ngomong tak ada hentinya.

"Sudah cepat berangkat sana, Ibu mau masuk dulu," ujar Ibu.

Aura mulai berangkat, di sepanjang jalan ia tak lupa selalu membaca solawat, Karena mengingat pesan dari orang tua nya, sejak kecil selalu di ingatkan kalau sedang berkendara jangan lupa solawat jangan putus-putus, agar di mudahkan segala urusan nya.

"Aura," panggil Clara teman dekat Aura.

Clara baru selesai mengerjakan skripsi nya.

"Eh Clara, bagaimana skripsi nya? Sudah di revisi? Gak di tolak lagi kan?" hasil skripsi Clara berkali-kali di tolak Dosen karena kurang tepat katanya.

"Alhamdulillah sudah, he he, seneng banget Aku, akhirnya bisa lulus juga, tinggal nunggu sidang saja," tampak bahagia di wajah Aura.

"Aku hari ini nih mau sidang," ucap Aura.

"Oh hari ini, waah ... mudah-mudahan lancar ya, Aku jadi ikut deg-degan deh rasanya," ujar Clara.

Aura tersenyum dan memegang tangan Clara.

"Ih tangan Kamu dingin banget Ra, Kamu takut?" tanya Clara.

"Aku tadi sebenarnya biasah aja Clar, tapi sampai sini langsung gemeter nih badan Aku, mudah-mudahan Aku bisa nanti ya," tangan Aura mengeluarkan keringat dingin, dahinya pun di basahi oleh keringat.

"Hei lihat itu dahi kamu, ya Allah, di buat santai saja dong, bismillah ya," Clara menguatkan Aura agar lebih tenang.

"Ya sudah Aku masuk ya," ujar Aura.

"Oke... good luck," Aura masuk dan terus membaca solawat.

Saat yang lain mempelajari materi buat bekal di persidangan, Aura malah asyik main handpone nya.

"Heh ... Aura, Kamu kok bisa santai banget sih, nggak takut gagal nanti?" tegur fajar teman satu kelas Aura.

"Buat apa serius-serius banget, yang penting kita yakin bisa aja, dari pada tegang-tegang nanti di dalam malah blank," cetus Aura.

"Aura," panggil Dosen yang keluar dari ruangan sidang.

"Ha? Saya Pak?" Aura terkejut.

"Iya, Kamu yang namanya Aura bukan?" jawab Dosen tersebut.

"He he ... baik Pak,"

'Bismillah ya Allah, mudahkan lah semuanya' batin nya sebelum memasuki ruangan.

Ruangan terasa sangat dingin, gelap, hanya ada 5 orang di dalam, sungguh suasana di dalam membuat setiap mahasiswi yang merasa tegang.

Persidangan di mulai, tanya jawab antara dosen dan Aura pun di mulai.

Aura dengan lancar menjawab setiap pertanyaan dari master-master di dalam.

Akhirnya selesai juga, setelah sekitar Satu jam setengah Aura di dalam, suasana yang sangat membuat jantung terasa mau copot, kini Aura bisa bernapas lega, tinggal menunggu hasil nya.

Saat Aura keluar langsung di sambut dengan semangat sama Clara.

"Selamat ya Aura, Aku ikut seneng, akhirnya perjuangan mu telah berhasil sekarang," sambil berpelukan.

Tak terasa buih-buih air bening keluar dari mata Aura, ia tak sanggup lagi membendung nya.

"Terimakasih ya Clara, Kamu teman yang baik, Kamu yang selalu memberi Aku semangat, uumb .. jadi terharu aku tuh," ucap Aura sambil mengusap Air mata yang tak bisa lagi di bendung.

"Semoga hasil nya memuaskan ya Aura, tapi Aku yakin banget pasti nilai Kamu A deh, Kamu kan semart orang nya,"

Clara memuji sahabat nya itu.

"Amiin, semoga Kamu segera menyusul ya Clara," mereka sangat merasakan bahagia dan akan merayakan atas keberhasilan nya.

"Kita makan yuk, biar Aku yang traktir, buat merayakan telah selesai sidang ku," ajak Aura.

"Oke ... Aku paling semangat kalau ada traktiran," jawab Clara dengan senang.

Kemudian Mereka pergi ke kantin kampus untuk membeli makanan.

Mereka berjalan sambil bercanda-canda hingga akhirnya.

"Bruk,"

Aura menabrak Dosen Rafael.

"Aduh ... maaf Pak," ucap Aura.

Aura membantu Dosen nya membereskan kertas-kertas yang berserakan karena kesalahannya.

"Kamu lagi, uugh, selalu membuat ulah, ini sudah yang kesekian kalinya Kamu menabrak saya," ujar dosen Rafael sambil menunjuk Aura dengan ekspresi geram.

"Iya pak maaf," Aura merasa bersalah, ia merunduk tidak berani mengangkat pandangan nya.

"Lain kali lebih hati-hati, sekarang Kamu harus bantu saya untuk menyatukan lagi lembaran-lembaran ini," tegur dosen Rafael