"She, gue sama Maxim putus. Dia selingkuh"
Sheila menghela napas berat. "Jodoh emang gak ada yang tau, Feb. Walaupun hubungan kalian udah bertahun-tahun, tapi kalau Tuhan udah bilang enggak, ya enggak"
"Lo bener. Gue sampe mikir, ternyata gue udah buang-buang waktu selama tiga tahun. Padahal umur gue udah segini, udah waktunya mikirin nikah"
"Lo ngapain mikirin nikah, Feb? Lo santai aja, kalau udah waktunya lo pasti nikah" Sela Satria memberi sedikit wejangan agar tidak berperan menjadi patung hidup diantara dua gadis itu.
"Dah lah! Gue males mikirin yang kayak gini. Pokoknya gue nggak mau pusing sendiri! Mending kita makan di kantin!"
Satria dan Sheila menatap Febi yang sudah berdiri di tengah-tengah mereka yang masih duduk.
"Lo serius masih bisa makan di saat patah hati kayak gini?" Tanya Sheila tak habis pikir.
"Emangnya kenapa? Menurut lo, orang yang patah hati nggak boleh makan?"
Sheila menggeleng lemah. Ia mengacungkan dua jempol tangan sembari tersenyum getir.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com