webnovel

LOSING YOU - Mengejar Angin

Peyvitta sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain pasrah sama keputusan yang sudah Devian ambil, karena keputusan Devian sudah tidak bisa diganggu gugat.

"Gue ke apartemen lo sekarang," ucap Devian.

"Jangan!" larang Peyvitta.

Devian sedikit bingung saat tiba-tiba Peyvitta langsung melarang dirinya saat dirinya akan datang ke apartemennya.

Hal ini sedikit membuat Devian curiga akan alasan kenapa Peyvitta tidak mengizinkan dirinya untuk datang ke apartemennya.

"Kenapa?" tanya Devian.

Devian tidak terpikirkan alasan kenapa Peyvitta tidak mengizinkan dirinya untuk datang ke apartemennya.

"Karena aku sedang tidak ada di apartemen."

Peyvitta menjawab pertanyaan yang sudah Devian berikan dengan menggunakan nada yang sedikit turun dari nada awalnya berbicara.

Peyvitta sedikit takut kalau Devian marah, karena malam-malam seperti ini Peyvitta sedang tidak berada di apartemennya.

"Lo lagi di mana sekarang?" tanya datar Devian.

Peyvitta sudah menduganya kalau Devian pasti tidak suka saat dirinya tahu kalau malam ini Peyvitta sedang tidak ada di apartemennya.

"Aku lagi di depan rumah Kak Dev," jawab Peyvitta.

Peyvitta semakin lama semakin menurunkan nada bicaranya, karena Peyvitta bukan sedikit takut, tapi Peyvitta benar-benar takut kalau Devian marah.

"Depan rumah gue?" Devian bertanya seperti itu, karena takut dia salah mendengar soalnya Peyvitta menjawab dengan nada yang terdengar sangat pelan.

"Iya Kak." Peyvitta mengakui dan dengan Peyvitta yang menjawab hal ini berarti membuat Devian yakin kalau dirinya tidak salah mendengar.

"Ngapain?" Devian tidak tahu apa alasan yang membuat Peyvitta datang ke Rumahnya sekarang.

"Aku niatnya mau ngomong sesuatu sama Kak Dev, tapi sampai ke rumah Kak Dev gak ada."

Peyvitta menjawab dengan jawaban yang apa adanya. Peyvitta datang ke rumah Devian, karena dirinya ingin membicarakan hal itu.

"Kenapa gak kasih tahu gue dulu kalau lo mau ke rumah?" tanya Devian.

"Aku gak kepikiran kalau Kak Dev lagi gak ada di rumah, hehe." Peyvitta tertawa dengan polos di ujung kalimatnya.

Sebenarnya alasan kenapa Peyvitta tertawa seperti itu agar dirinya tidak terlalu merasa takut atau khawatir jika Devian akan marah.

"Ya udah, tunggu gue. Sekarang gue balik."

Devian tidak mengizinkan Peyvitta datang ke basecamp-nya dan juga tidak mau membuat Peyvitta menunggu, maka dari itu Devian lebih memilih untuk langsung pulang.

"Iya Kak, hati-hati."

"Lo sekarang di depan atau di dalam?" Entah karena hal apa, sekarang Devian terpikir akan hal itu.

"Aku lagi di depan rumah Kak Dev," jawab Peyvitta jujur. Peyvitta sekarang memang sedang duduk di atas jok motornya.

"Tunggu gue di dalam," ucap Devian.

"Gak perlu Kak, nanti aku masuk pas Kak Dev udah datang aja."

Peyvitta tidak mau masuk sebelum Devian datang, karena orang yang Peyvitta tunggu juga masih berada jauh di dari rumah.

"Gue bilang, tunggu gue di dalam."

Devian berucap dengan begitu serius. Devian tidak mungkin membiarkan Peyvitta sendirian di depan rumahnya.

"Ya udah, iya aku sekarang masuk."

Peyvitta sudah tidak bisa membantah apa yang sudah Devian ucapkan, karena Peyvitta tahu kalau Devian bukan orang yang suka kalau apa yang sudah dia katakan tidak dituruti.

"Iya."

Sambungan telepon ini sudah terputus. Peyvitta sekarang berjalan ke arah pintu rumah Devian.

Peyvitta mengetuk pintu itu terlebih dahulu sebelum dirinya memutuskan untuk benar-benar masuk ke dalam rumah itu.

Tok tok tok

"Iya tunggu sebentar," ucap seseorang dari dalam. Orang itu adalah asiten yang ada di rumah ini.

"Non ada apa?" tanya orang itu.

"Kata Kak Dev aku disuruh nunggu dia di dalam," jawab Peyvitta.

"Oh kalau seperti itu silakan langsung masuk Non," ucap orang itu yang kemudian mempersilahkan Peyvitta untuk masuk.

"Makasih Bi," ucap Peyvitta dengan nada yang terdengar cukup sopan.

"Sama-sama."

Peyvitta akhirnya melangkahkan kakinya masuk diikuti oleh orang itu. Peyvitta duduk dengan santai di salah satu kursi yang ada di ruang tamu.

"Non mau minum apa? Nanti Bibi siapkan."

"Apa saja Bi, bebas."

Peyvitta tidak mau merepotkan orang itu dengan meminta minuman yang khusus. Peyvitta tidak terbiasa untuk merepotkan orang lain.

"Tunggu sebentar ya Non, saya siapkan minumnya terlebih dahulu."

"Iya Bi."

Setelah itu Bibi itu melangkahkan kakinya ke arah dapur dan Peyvitta duduk santai di sini sambil menunggu Devian kembali.

Beberapa menit berlalu, Bibi itu kembali dengan membawa segelas minuman di atas nampan yang dia bawa dan kemudian dia simpan di meja.

"Silakan diminum Non," ucap Bibi itu.

"Makasih ya Bi."

"Sama-sama."

Peyvitta sedari tadi banyak mengucapkan kata terima kasih setelah orang lain melakukan suatu hal.

Peyvitta memang tergolong ke dalam orang yang cuek, acuh terhadap lingkungan dan cenderung jutek, tapi tidak jika orang yang berhadapan dengannya memperlakukan Peyvitta dengan perlakuan yang sopan.

Peyvitta akan menghargai orang itu, bahkan menghormati orang itu. Peyvitta tahu bagaimana menghormati orang lain, karena Peyvitta mempunyai attitude yang cukup baik dalam hal ini.

Saat sedang asyik bermain dengan handphone-nya, Peyvitta mendengar kalau ada suara mobil yang masuk ke pekarangan rumah ini. Peyvitta berharap kalau itu adalah Devian.

Saat pintu terbuka, terlihatlah seorang laki-laki yang tengah berjalan dengan langkah kaki yang begitu tegap menuju ke arah di mana dirinya berada.

"Vitt?" ucap Devian saat melihat kalau Peyvitta sekarang tengah duduk santai di sofa.

"Iya Kak, duduk dulu." Peyvitta mempersilahkan sang pemilik rumah untuk duduk. Devian duduk di samping Peyvitta.

"Ada apa?" tanya Devian.

"Lepas dulu jaketnya, masih cape kan? Membahas hal itu nanti saja."

Peyvitta tahu kalau habis bepergian itu pasti cape, meski perginya menggunakan kendaraan, tapi tetap saja merasa cape.

Peyvitta dengan santainya membantu melepas jaket yang semula belum Devian lepas. Peyvitta bersikap dengan begitu lembut pada Devian.

Sepertinya apa yang Peyvitta lakukan ini semakin lama malah semakin membuat Devian kesulitan untuk memilih pergi ke Australia.

Sikap Peyvitta yang seperti ini yang membuat Devian merasa betah bertahan lebih lama lagi dengan Peyvitta.

Devian merasakan bagaimana Peyvitta menyayanginya, bagaimana Peyvitta memperhatikannya dan bagaimana Peyvitta mencoba untuk mengerti dirinya.

"Kak Dev keringetan, habis ngapain sih?" tanya

Peyvitta saat memperhatikan ada sebuah butiran air yang sekarang tengah keluar dan turun dari jidat Devian mengikuti alur pipinya.

"Ngejar angin."

Dengan entengnya Devian menjawab pertanyaan Peyvitta tanpa ada rasa bersalah dan memasang ekspresi yang begitu polos.

"Ngapain angin dikejar?" tanya Peyvitta.

Peyvitta tahu kalau jawaban yang sudah Devian berikan adalah jawaban yang tidak pantas untuk dipikirkan dengan menggunakan pemikiran yang serius, tapi Peyvitta tetap ingin menanyakan hal itu.

"Tadinya mau gue bungkus terus gue kasih buat lo."

Peyvitta dengan seketika tersenyum lebar, bahkan sedikit tertawa saat mendengar alasan kenapa Devian mengejar angin.

"Ngapain aku dikasih angin?" tanya Peyvitta lagi. Peyvitta rupanya senang mempertanyakan masalah ini pada Devian.

"Biar lo bisa terbang."

"Kenapa gak kasih aku sayap?" tanya Peyvitta. Kalau alasannya supaya Peyvitta bisa terbang, bisa saja kan Peyvitta diberi sayap, bukan diberi angin?

"Gak ada sayapnya."

"Mana anginnya?" tanya Peyvitta lagi.

"Gak ada, dia kabur."

Peyvitta tertawa dengan begitu ringan saat Devian mengatakan hal itu. Devian ikut tersenyum saat melihat Peyvitta yang begitu ceria.

 

 

 

 

Next chapter