webnovel

LOROLOJO: Lord Rord Lort Journey

Lord, tidak, Lort ... dia adalah seorang pengurung diri yang menyukai video game seperti kebanyakan remaja lainnya. Pada saat ia hendak mencoba untuk mengubah kehidupannya dengan memberanikan diri untuk pergi ke sekolah karena masalah absen yang terlampau banyak, tiba-tiba saja ... kehidupannya berubah dengan sangat drastis... Ia terjatuh ... dan menemukan bahwa dirinya telah dipanggil ke dunia lain. Dan yang berada tepat di hadapannya saat itu adalah seseorang bernama Rord Roardia, gadis pendek dengan tanduk pada masing-masing sisi kepalanya yang mengaku sebagai putri dari raja iblis. Lort yang merasa tidak adil karena telah dipanggil secara sepihak akhirnya mengutarakan perasaannya pada yang memanggilnya, yaitu sang raja iblis itu sendiri. Raja iblis pun mengutuskan Rord, putrinya untuk ikut bersama dalam petualangannya. Petualangan yang bertujuan untuk mengalahkan raja iblis bersama dengan putri dari raja iblis itu sendiri?!

Napid · Fantasy
Not enough ratings
44 Chs

Vol II 2『Tarian Pedang Cahaya』

Setelah berseteru dengan seorang gadis himedere, aku pun menerima sebuah quest agar memiliki alasan untuk dapat menghindari perseteruan tersebut.

Quest yang kami terima adalah permintaan untuk menaklukkan lima Evil Tree.

Tidak seperti permintaan yang kami terima sebelumnya yaitu permintaan untuk menginvestigasi dungeon, permintaan yang satu ini memiliki batas waktu yang cukup lama.

Aku merasa sedikit heran mengapa mereka memberikan waktu selama 14 hari hanya untuk quest penaklukkan saja.

Apa mereka sulit untuk ditemukan?

Evil Tree, seperti namanya, mereka memiliki karakteristik yang sama seperti pohon pada umumnya.

Hanya saja, mereka bisa bergerak dan menyerang penduduk yang lalu lalang tanpa alasan yang jelas.

Mereka hidup di hutan yang letaknya tidak cukup jauh dari kota.

Yah, kurasa ini juga merupakan keberuntungan karena sudah diberikan batas waktu yang cukup lama--

"Oh."

Ini adalah hal yang baru.

Ada dua jalan terlihat di depanku.

Aku tidak tahu mereka akan membawa kami ke mana.

Satu-satunya pilihan adalah hanya dengan menebak dan mencobanya satu persatu, tapi, kurasa itu akan memakan waktu yang cukup lama.

Tidak mengingat jika bisa saja akan ada bahaya yang menanti kami di sana.

Saat aku memikirkannya, terdengar suara langkah kaki dari belakang kami.

Aku langsung menyadari asal dari pemilik suara langkah kaki tersebut ketika aku berbalik.

Itu benar, orang yang sangat tidak ingin kutemui untuk saat ini.

"Oh. Kita berjumpa lagi."

Dia meletakkan tangan kanannya pada pinggulnya.

Masih dengan ekspresi wajahnya yang selalu terlihat kesal saat sedang bertatapan denganku, gadis itu kelihatannya mengambil permintaan yang sama dengan kami.

Benar, Lucia, si Pirang Himedere.

Berbeda dengan pada saat pertama kali kami bertemu, dia terlihat jauh lebih menyejukkan daripada sebelumnya.

Yah, mungkin itu hanya karena dia sedang diam saja.

Jika dia mulai berbicara lagi, aku yakin auranya akan terasa jauh lebih pedas.

Dia mengganti posisinya dan menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Aku sudah dengar, lo, jika dirimu adalah seorang lolicon yang sering menculik gadis-gadis yang ada di kota dan membawa mereka ke gang-gang sempit untuk dinikmati. Bukan hanya itu saja, kau bahkan pernah memegang ekor seorang demi-human dan membuatnya menangis. Yang lebih parahnya lagi, kau bahkan dengan sengaja menyebarkan semua berita itu sendiri."

Si--Siapa yang menyebarkan rumor tidak jelas seperti itu? Dan juga, mereka tahu dari mana? Perasaan aku tidak pernah melakukan hal-hal yang aneh...

Tidak, tunggu. Aku harus tenang.

Bisa saja ini adalah jebakan untuknya menggali informasi dariku agar dapat menghinaku jauh lebih dalam.

Selagi aku memikirkannya, Lucia melihat ke arah Rord yang sedang ada di sebelahku dan menajamkan kembali matanya kepadaku.

"Seperti yang dirumorkan, ternyata memang benar jika kau tidak segan-segan untuk melakukannya, ya. Aku berani bertaruh jika kau berada dalam kasta terendah di antara seluruh umat manusia."

Bicara apa dia ini...?

Jika aku menunggu lebih lama lagi, aku yakin dia tidak akan memberiku kesempatan untuk berbicara.

"Kebetulan sekali, aku tidak menyangka jika kaulah yang akan lebih dulu menyapaku. Apa kau juga mengambil quest yang sama dengan kami? Hentikan, hentikanlah saja. Siapa yang cepat, dialah yang dapat. Di samping itu, kenapa kau hanya sendirian saja? Apa kau tidak bersama dengan party-mu?"

"Hmph! Maaf saja, tapi, aku sedang Solo sekarang.

Solo, ya...?

Aku bisa langsung tahu apa yang sedang terjadi padanya sebelumnya.

"Meskipun kau bilang begitu, tapi, sebenarnya kau ini memang sedang tidak bergabung dengan party manapun, kan?"

"Be--Berisik, tahu! Begini-begini, aku juga pernah bergabung dengan suatu party, tahu!"

Kenapa dia mengatakannya dengan suara bergetar begitu?

"Pernah bergabung?"

"Be--Benar! Hanya saja... mungkin karena kemampuanku yang jauh di atas mereka, pada akhirnya aku dikeluarkan dengan paksa dari party mereka..."

Perlahan demi perlahan, suaranya menjadi semakin pelan sampai ke akhir kata-katanya.

Aku rasa aku tahu masalahnya.

"Asal kau tahu saja, Lucia. Mungkin aku tidak berhak untuk berkata seperti ini, tapi, aku yakin jika sebenarnya karena sikap kasarmu itulah orang-orang jadi tidak ingin berada dalam satu kawanan yang sama denganmu. Kusarakan padamu untuk memperbaiki sifat keras kepalamu itu dan berkembang menjadi pribadi yang lebih dewasa."

"Berisik! Tahu apa memangnya, kau? Padahal kau hanyalah seorang pengecut yang sama seperti yang lainnya."

Mengapa dia malah marah begini...? Padahal aku hanya memberinya sedikit nasihat saja... yah, kurasa tuan putri manapun tidak akan suka untuk diberi nasihat terkecuali orang tersebut adalah sosok yang penting baginya.

"Kuingatkan sekali lagi, Lucia. Ubahlah sikapmu itu. Dengan begitu, mungkin orang-orang akan mau untuk berada dalam satu kawanan yang sama denganmu lagi."

"Hmph! Beradu argumen dengan orang bodoh hanya akan membuang-buang waktumu, maka dari itu aku tidak akan melakukanmya. Kalau begitu, dadah, sampai jumpa lagi, dan kuharap kita tidak akan berjumpa lagi."

Setelah mengatakannya, Lucia lalu pergi ke jalan yang ada di sisi kanan.

"Apa kau yakin ingin pergi sendirian...? Jika kau bersedia untuk menurunkan ego-mu, kau boleh bergabung dengan party kami, lo!"

Aku meneriakannya pada Lucia yang sudah berjalan cukup jauh dari sudut pandangku.

Seharusnya, dia masih bisa mendengarnya.

Tapi...

Dia tidak meresponnya sama sekali dan mencoba untuk mengabaikanku.

Dan juga... bukankah yang tadi itu kata-kataku? Dasar gadis yang keras kepala. Pada akhirnya dia jugalah yang berusaha untuk meniruku.

"Apa kau mengenalnya, Lort?"

"Ceritanya panjang, nanti akan kujelaskan."

"Kalau begitu, pendekkan."

"Ya, aku mengenalnya."

Kami lalu kembali melanjutkan perjalanan dan pergi ke jalur yang berbeda dari Lucia.

***

Di hadapanku, aku dapat melihat monster pohon.

Mereka memiliki ukuran tubuh yang sangat besar, yah, kira-kira seperti pohon yang tumbuh dengan normal.

Hanya saja, mereka dapat bergerak seperti manusia yang memiliki masing-masing kaki serta tangan yang dapat mereka tumbuhkan dari tubuhnya.

Situasinya sangat menegangkan.

Evil Tree, ini adalah pertama kalinya untukku berhadap-hadapan secara langsung dengan monster untuk bertarung.

Ada yang pernah berkata seperti ini di guild, jika Evil Tree adalah makhluk yang berasal dari dunia lain karena bagian tubuh mereka yang tidak terstruktur.

Itu terdengar sedikit aneh di telingaku karena mengetahui fakta jika aku sebenarnya juga berasal dari yang namanya dunia lain.

Dengan sigap, aku berlari ke hadapan monster tersebut dan menghunuskan pisauku ke tubuhnya.

"Slip...!"

Aku dengan sekejap berpindah ke belakang tubuh monster tersebut.

Namun, bukannya tumbang seperti di film-film kebanyakan, monster tersebut bahkan tidak bergeming sama sekali.

"E--Eh? Tidak berefek apa-apa?

Gawat...

Monster tersebut menyadari keberadaanku yang berada di belakangnya dan segera berbalik.

"AAAAAAAAAGG,HHAAAAAA...!"

La--Lari!

Aku melarikan diri dari monster tersebut dan bersembunyi di balik salah satu pohon yang ada di dekatku.

"Pelarian darurat! Pelarian darurat...!"

Aku merasa kelelahan dan kehabisan napas karena selalu memasang posisi tegap, maka dari itu aku memutuskan untuk bersandar.

Namun, saat aku hendak bersandar, tiba-tiba saja aku malah terjatuh ke belakang.

"A--Duh--Duh--Duh... kenapa, sih--? Eh--"

Melihat ke atas, yang terlihat bukanlah langit maupun awan yang putih, namun sesosok pohon yang memiliki bentuk menyeramkan.

"UWAAAaAAAAA,,AAAAAUGHAAA...!"

Ra--Rasanya seperti sedang berada di dalam film horror saja!

Apa-apaan ini? Bukankah seharusnya mereka memiliki kelemahan di suatu tempat pada tubuhnya?

Lagi pula, kalau kupikir-kupikir lagi, mana mungkin pisau kecil seperti ini bisa menembus badan pohon yang terlhat sangat tebal itu...!

Aku mengintip melalui sela-sela semak-semak dan mengetahui jika monster-monster pohon tersebut nampaknya sedang mencari diriku.

Kini, aku kembali bersembunyi di balik suatu pohon, namun, sebelumnya aku telah memastikan jika pohon yang satu ini bukanlah termasuk salah satu monster seperti mereka.

Se--Seram!

"A--Apa mereka sudah pergi...?"

Saat aku menduga semua itu sudah selesai, tiba-tiba saja terdengar suara yang tergesa-gesa dari balik semak-semak yang letaknya ada di hadapanku.

"Hey, Lort."

"UWAA,GHAA--! Hah? Rupanya, Rord, ya. Jangan mengejutkanku seperti itu, oi."

Aku mengambil napas selama beberapa detik untuk menenangkan tubuhku.

"Memangnya kau pikir tadi siapa?"

Rord memasang ekspresi cemberut di wajahnya sembari menanyakan itu padaku.

Aku mengabaikan pertanyaan tersebut dan berbalik bertanya padanya.

"Lupakan itu, jadi, ke mana saja kau dari tadi?

"Aku tersesat, tahu... lagi pula, kau berjalan terlalu cepat! Sehingga aku tidak bisa mengikutimu dan berakhir seperti ini. Tidak mengingat soal hutan yang sudah seperti labirin ini."

Bukankah kaulah yang biasanya terlalu cepat sampai-sampai terus meninggalkanku di belakang...?

Ini baru pertama kalinya terjadi sehingga peristiwa ini terasa aneh menurutku.

Rord berkeringat banyak seolah-olah ia sehabis melakukan lari maraton.

Aku belum pernah melihatnya kehabisan napas seperti ini dan itu membuatku sedikit terkejut.

Aku menyetuh kepala Rord karena merasa geram dengannya akan suatu hal.

"A--Apa? Kenapa kau menyentuh kepalaku...?"

"Tidak... hanya sedang ingin melakukannya saja..."

"Apa-apaan itu...?"

Dia telah berkeringat sampai sebanyak ini hanya karena untuk mencariku.

Aku jadi merasa bersalah padanya.

Sudah kuduga, jika memang benar ada sesuatu yang aneh dengannya hari ini...

"Jadi, bagaimana dengan quest ini, Lort? Apa kau sudah bertemu dengan monsternya?"

"Aku memang sudah bertemu dengan mereka, tapi... sepertinya gagal. Kau bisa lihat sendiri, kan? Yah, tidak perlu berkecil hati. Lagi pula, ini juga adalah kesalahanku karena telah mengambil permintaan dengan tingkat kesulitan yang tinggi."

Meskipun aku berkata seperti itu, sebenarnya, aku yakin jika quest ini termasuk quest yang memiliki tingkat kesulitan lebih rendah dibandingkan dengan yang lainnya.

Aku hanya tidak ingin dia mengetahuinya...

Agak berat hati untuk mengatakannya secara langsung.

"Maaf, ya. Lain kali aku akan berusaha agar kejadian seperti ini tak akan terulang lagi."

Aku mengelus kepala Rord untuk membuat dia tenang.

"Sudah kukatakan, kenapa kau menyentuh kepalaku seenaknya?"

Keseimbangan di dunia ini benar-benar tidak seimbang. Bahkan, pemula seperti aku dan Rord tidak dapat menemukan quest dengan tingkat kesulitan rendah yang harusnya diambil oleh kebanyakan pemula.

Aku mengambil napas yang panjang dan bergumam.

"Untuk ke depannya... kami harus bagaimana, ya...?"

Melihatku, Rord nampak seperti teringat akan sesuatu.

"Oh, benar juga, Lort."

"Ada apa?"

"Tadi, aku secara tidak sengaja melihat gadis yang kita temui sebelumnya."

"Oh, maksudmu Lucia?"

"Aku tadi melihatnya sedang bertarung dengan beberapa monster pohon sendirian."

Itu membuatku sedikit terkejut.

Ternyata dia benar-benar berniat untuk melakukannya secara Solo, ya...

Aku jadi teringat saat aku memaksa diriku untuk melakukan segala hal secara sendirian.

Itu terasa sangat tidak enak, aku jadi bingung mengapa diriku yang dulu sangat ingin melakukannya.

Benar-benar bodoh.

"Apa dia berhasil mengalahkan monster-monster pohon itu?"

"Tidak. Dia langsung kabur, tepat sesaat setelah berhadapan dengan mereka."

Kabur...

Di mana letak 'pertarungan'-nya? Kembalikan ekspektasiku yang berlebihan tadi.

Padahal, kukira dia itu sangat hebat karena memiliki gelar pahlawan...

Tunggu. Pahlawan...?

Aku bangun dari duduku dan berdiri.

"Selanjutnya, kita mau bagaimana?"

Rord ikut berdiri dan menanyakannya padaku.

"Kita akan pulang. Kurasa masih terlalu dini untuk kita melawan monster-monster yang sangat kuat seperti mereka. Untuk sekarang, mungkin kita hanya bisa berharap agar adanya quest dengan tingkat kesulitan yang sangat rendah muncul di papan permintaan. Atau mungkin kita bisa melakukan beberapa pekerjaan lainnya selain menjadi petualang untuk sementara."

Aku tidak ingin jadi buruh...

Aku jadi ingat ketika aku mendapatkan gaji untuk pertama kalinya setelah bekerja dengan susah payah waktu sedang magang dulu...

Quest dengan tingkat kesulitan yang sangat rendah, ya... kuharap akan ada.

Kami pun akhirnya memutuskan untuk keluar dari hutan dan kembali ke kota.

Namun, saat sedang berada di tengah-tengah perjalanan kami malah mendengar suara auman yang keras.

Itu mengejutkan kami dan sedikit membuat bulu kudukku merinding.

"A--Apa itu?"

"Kemungkinan besar, itu adalah monster tingkat tinggi, tidak, besar kemungkinan itu adalah Boss!"

"Boss? Kita harus bagaimana?"

"Sepertinya dia sedang bertarung. Kurasa mengintip saja tidak akan masalah."

Dia benar. Tapi... dari mana suara auman itu berasal? Sepertinya dia tidak mengincar kami...

Erm... aku dan Rord mungkin tidak akan membantu banyak, tetapi, orang yang sedang melawannya mungkin membutuhkan bantuan.

Aku dan Rord lalu pergi menuju asal suara tersebut.

Sesampainya di sana, kami segera bersembunyi di balik suatu pohon yang penuh dengan semak-semak

Baiklah. Dengan begini, mungkin Boss itu tidak akan bisa menyadari keberadaan kami.

Dari sini, kami bisa melihatnya dengan jelas.

The Elder.

( Note: Dia yang Tua )

Sosok tersebut berdiri layaknya manusia. Meskipun sedikit bungkuk, ukuran tubuhnya jauh lebih besar daripada pohon-pohon yang ada di sini.

Warna kulitnya terlihat sama seperti pohon-pohon yang ada di sini dan memiliki ranting yang tumbuh ke atas pada masing-masing lengannya.

Matanya berwarna merah dan tidak memiliki wajah yang jelas.

Tangan kanannya memiliki jari-jari yang tajam tanpa kuku. Dan di tangan kanannya terlihat seperti gauntlet besar yang menyatu sepenuhnya sampai ke sikunya.

Jadi itu yang namanya Boss!?

Melihatnya saja sudah dapat membuat bulu kudukku merinding.

"Siapa yang sedang bertarung dengannya?"

Aku menyipitkan mataku untuk mencari sosok yang sedang bertarung dengan The Elder.

Aku tidak dapat melihatnya-- Di atas!

Sosok yang sedang bertarung dengannya terlihat sedang melayang di langit.

Tidak terlalu tinggi, bagaimana caranya bisa melompat sejauh itu?

Sosok tersebut lalu jatuh ke tanah.

Rambut pirang...?

Lucia! Jadi dialah yang sedang bertarung dengannya?

Hebat. Pandanganku terhadapnya langsung berubah seketika.

"Light Blade Dance!"

( Note: Tarian Pedang Cahaya )

Lucia memegang pedangnya dengan kedua tangannya dan meneriakkan sesuatu. Ia melompat dengan sangat tinggi dan menembakkan tebasan dari gelombang pedang satu tangannya ke arah The Elder.

Bagaimana cara dia melakukannya?

Tampaknya, Lucia menggunakan kemampuannya dan melemparkan serangannya ke arah Boss tersebut untuk bertarung dengan jarak.

Namun, The Elder tidak bergeming sama sekali.

Apa itu tidak berefek padanya?

Tidak. Berefek atau tidaknya serangan itu, harus kuakui jika dia sangat hebat, terlampau hebat.

Harus kuakui kemampuannya memang terlampau hebat.

Tapi...

CELANA DALAMNYA KELIHATAN!

Di balik rok berwarna putih dengan corak berwarna hijau kebiru-biruan itu, aku dapat dengan jelas melihat celana dalam miliknya.

Warna putih serta motif yang polos...

Benar-benar... PERPADUAN YANG SEMPURNA!

Imut sekali... sudah kuduga dia benar-benar cocok dengan apapun!

Intuisiku memang selalu dapat dipercaya.

Memang benar jika dia terlihat sangat hebat. Itu adalah fakta yang tidak bisa diubah. Kau bisa mengetahuinya hanya dengan melihat keseriusan pada matanya saat sedang bertarung.

Tapi, karena dia terus menerus melompat dengan sangat tinggi ke udara, aku akhirnya malah melihat celana dalamnya dengan sangat jelas dari bawah seperti ini.

Itu benar-benar menganggu fokusku...

"Hebat." Rord bergumam.

APA DIA TIDAK MENYADARINYA?!

"Apa kau melihatnya, Lort? 'Itu' terlihat sangat indah."

"Ya, kau benar."

E--Eh? Sebenarnya, kami sedang membicarakan apa!?

Fokuslah diriku!

Tidak bisa--!

Mau ke manapun mataku pergi, fokusku akan selalu tertuju pada benda suci itu lagi!

Seolah-olah ada pantulan dari celana dalam putih polos itu terlihat di kedua mataku.