webnovel

Bertahan-Azriel

Lama ku tunggu dirimu

Lama ku rindu hadirmu

Engkau yang ada diangan

Engkau yang ada dimana?

FujimotoKumiko

~~~

"Om Aliel.....". Teriak seorang gadis kecil dan kemudian berlari menghampiriku.

"Hai Ilanya om". Dengan gemas ku cium setiap jengkal wajahnya dan dia hanya tertawa gembira.

"Udah ah om. Nanti cantiknya Ila hilang". Dengan tangan kecilnya dia mencoba untuk mendorong wajahku menjauh.

"Kok Ilanya om jadi centil begini". Ku tarik kedu pipinya yang seperti bakpau dan dia hanya cemberut melihatku.

"Om kok ngak pelnah temuin Ila lagi? Om udah ngak cayang Ila lagi yah?".

"Maafin om yah sayang. Belakangan ini om lagi sibuk jadi om ngak bisa lihat kamu lagi".

"Om mah cibuk telus. Kapan tidak cibuknya?. Ayah bilang om belum ketemu cama tante mate makanya om cibuk telus".

Sialan si Chris, seenaknya aja bicara begitu didepan anaknya sendiri.

"Ngak kok sayang. Buktinya hari ini om ngak sibuk makanya om bisa nemenin kamu main".

Ku angkat tubuhnya yang sedikit gempal kemudian dia memegang leherku erat.

"Janji yah! Pokoknya om hali ini ngak boleh pulang dan tinggalin Ila kayak kemarin". Ucapnya dengan menunjukkan jari kelingkingnya padaku.

Terakhir bertemu memang aku meninggalkannya karena urusan pekerjaan. Dia sampai menangis dan meminta ku untuk tidak pergi. Seandainya waktu itu aku tidak ada perjalan bisnis keluar kota mungkin aku tidak akan meninggalkannya.

"Om janji". Ku sambut jari kelingkingnya yang kecil itu dan membentuk pinky swear dengannya.

Kami pun tertawa bersama dan saling berpelukan bahagia. Hingga suara si Chris mengintrupsi.

"Cila kok peluk-pelukin om Azriel sih. Ayahnya ngak dipelukin juga nih?". Dengan berbangga diri si Chris merentangkan tangannya minta dipeluk.

"Ngak mau. Ila cuman mau peluk om Aliel".

Mampus. Dari dulu dia sering mengejekku dan membuatku jengkel, sekarang kenakan dia malahan di ganggu anaknya sendiri. Karma.

"Kok Cila gitu sih sama ayah? Cila ngak sayang ayah lagi yah? Cila lebih sayang om Azriel daripada daripada ayah?".

"E em". Jawab Cila mantap sambil menganggukkan kepalanya.

Cila pun kemudian kembali memeluk leherku erat sedangkan sang ayah...???

Sepertinya dia sangat terpuruk akan penolakkan sanf anak.

"Om makin sayang deh sama Ila".

"Ila juga makin sayang sama om". Cila kemudian mencium lembut pipiku dan tersenyum lembut.

Chris, sang ayah bahkan semakin terpuruk dan bersedih ria dipojokan.

Rasakan...

"Eh bang Azy udah datang. udah lama bang?".

Aku melihat seorang ibu-ibu muda memakai dres berwarna biru muda turun dari tangga.

"Bunda... lihat deh. Om Aliel datang".

"Iya bunda lihat kok".

"Bang Azy, Sila kangen". Ucap Sila dan kemudian memelukku erat.

Sila memelukku dengan Cila juga sehingga membuat kami tampak seperti pasangan bahagia.

Ku cium pelan puncuk kepala adikku ini dan dia pun melepaskan pelukannya dan kemudian dia mencium pipi kiriku sedangkan Cila mencium pipi kananku.

Ku lihat jauh di pojok sana Chris sedang memandangku dengan tampang mengemis minta di cium juga, disampingnya terlihat seorang anak lelaki berumur 9 tahun menepuk-nepuk pelan kepala Chris. Chris kemudian memeluk sang anak dan menangis sesunggukkan.

Kasihan...

Sila kemudian mengajakku keruang makan untuk makan bersama. Aku pun kemudian mengikutinya masib dengan Cila ditanganku.

Si Chris dan anak lelaki itu mengikuti kami.

"Hai om, lama ngak ketemu".

Anak laki-laki itu menghampiriku ketika kami sudah sampai dimeja maka  kemudian mencium tanganku, dengan pelan ku usap rambutnya.

"Hai juga Brian, lama ngak ketemu sepertinya kamu tambah tinggi".

Kami pun kemudian makan malam dengan gembira. Chris yang merajuk minta disayang oleh Sila sedangkan aku dan Brian sedang mengobrol seputar sekolahnya, Cila dipangkuanku sedang sibuk memakan makanan penutup.

Setelah makan malam kami berlanjut bicara diruang keluarga. Brian dan Cila sudah masuk kamar mereka masing-masinf karena sekarang memang merupakan jam tidur bagi anak-anak.

"Abang seriusan mau nuruti permintaannya mama?". Tanya Sila padaku. Dia sudah pasti bertanya tentang permintaan mama tadi siang.

"Abang juga ngak tahu Sil. Abang sebenarnya mau menolak tapi abang kasihan lihat mama seperti itu. Lagi pula mama pasti khawatir makanya seperti itu. Pack juga ngak bisa lama-lama dibiarkan begini terus". Jelasku padanya.

"Iya Sila mengerti dengan tindakan abang saat ini tapi bang, Sila ngak mau abang ambil keputusan ini". Sila pindah duduk di sofa panjang denganku kemudian memegang tanganku dan menatapku lekat.

"Sila ini perempuan bang. Jadi Sila memposisikan diri Sila di posisi matenya abang saat ini dan kemudian melihat abang yang ternyata sudah punya istri, menurut abang perasaan Sila akan bagaimana?".

Aku tak mampu untuk menjawab. Sila kemudian melanjutkannya.

"Sila akan sakit bang. Sakit yang teramat sangat. Sila akan menganggap tindakan  abang saat ini adalah salah satu bentuk reject yang abang berikan".

Aku tertegun sebentar kemudian berpikir lagi.

"Sil dengerin abang. Abang juga ngak mau lakuin semua ini tindakan bodoh ini tapi abang bisa apa Sil? 17 tahun abang menunggu dia datang, 17 tahun abang berusaha dengan keras untuk mencarinya bahkan sampai detik ini juga. Hasilnya apa? Jelas kamu tahu sendiri".

"Bang, Sila paham tapi Sila ngak mau abang melakukan tindakan salah jika ternyata dia datang".

"Sila, selama ini abang sudah berusaha mencarinya dan bertahan sekuat mungkin tapi tetap saja dia tidak datang dan mungkin takkan pernah datang. Abang juga ngak mau ambil tindakan apapun saat ini, abang hanya akan mencoba untuk melihat kedepan sedikit dengan mencoba mengenal wanita lain. Demi pack, tapi jika ternyata tidak berjalan lancat abang akan menghentikan semua ini".

"Abang hanya butuh bantuan kamu untuk menguatkan abang dan jika ternyata dia datang abang butuh kamu untuk mendukung abang".

Sila terdiam beberapa saat kemudian menghelakan nafasnya.

"Baik. Lakukanlah apa yang abang mau dan Sila akan selalu ada di sisi abang".

Beginilah sikap Sila terhadapku. Dia selalu akan ada untukku dari dulu sampai sekarang. Dia adalah adik terhebat didunia ini. Aku pun dengan erat memeluknya.

Lama kami berbincang dan aku pun memutuskan untuk pulang. Sila sebenarnya memintaku untuk tinggal tapi aku butuh waktu sendiri saat ini.

Aku mendapatkan sms tadi dari mama.

"Mama udah buat janji ketemuan kamu sama sandra. Besok, jam makan siang direstoran dekat kantor kamu. Jangan lupa datang ya sayang".

Aku bimbang lagi dengan keputusan yang akan ku ambil sehingga aku pun memutuskan untuk memikirkannya lagi dalam kesendirian.

~~~

22.41, 12 januari 2019

Fujimoto Kumiko