Pintu kantornya terbuka dengan keras dan sepupunya bersama adik angkatnya, Zena, bergegas masuk. Mereka semua memegang senjata siap tembak, namun ketika memandang ke kiri dan kanan, mereka tidak menemukan siapa pun di dalam kantor. Lalu mengapa Nicolai berteriak? Mereka berpikir bahwa seseorang akhirnya telah menjalankan aksinya pada Nicolai.
"Apa sih yang salah dengan lo, bangsat?" Zayden bertanya sambil memasukkan kembali senjatanya ke dalam sarungnya yang terikat di pinggangnya. "Lo berteriak seperti orang yang baru kena tembak dua kali."
"Ada apa, Nico?" Zena bertanya dengan nada khawatir. Dia menatap saudaranya dengan alis berkerut, "Ada sesuatu yang terjadi di kepalamu?"
Namun, Nicolai tampaknya tidak mendengarkan mereka. Dia menutupi kepalanya dan kemudian mendengus, "Persetan dengan lo, lo butuh bantuan, lo gila."
Support your favorite authors and translators in webnovel.com