webnovel

BAB 16 - CURHAT DENGAN MAMANYA KERREL

Setelah terjadi perdebatan yang singkat antara Kerrel dan Charli, ada keheningan yang terjadi. Di satu sisi Emily dan Tommy ingin mendukung hubungan anaknya dengan Hani, namun di sisi lain mereka tidak mau terjadi pertengkaran keluarga.

"Sudah, sekarang sudah tidak begitu sakit." kata Hani yang mencoba untuk tidak membela siapapun.

"Tante, maafkan Kennie ya." kata Kennie tiba-tiba sambil memberikan tatapan sedihnya.

"Tante gak apa-apa Kennie. Bukan salah kamu juga kok."

"Makanya Kennie jangan digendong terus, jadi gini kan." ledek Charli.

"Jadi kamu nyalahin anak aku?" tanya Kerrel agak marah.

"Kan emang karena anak kamu." Dua orang ini kembali berdebat lagi.

"Hani aja bilang gak masalah, kenapa kamu jadi salahin anak aku. Kalau emang Hani tidak mau menggendong Kennie, dia pasti bilang dari tadi." balas Kerrel tidak terima.

"Sudah, kenapa kalian berdua jadi heboh sih? Tangan Hani juga sudah aman, kenapa kalian masih berdebat." kata Tommy.

"Tapi, Pa. Aku sedang membela anak aku, Pa." jawab Kerrel.

"Kamu juga, Kerrel. Gak malu dilihat anakmu? Nanti Kennie bakalan berpikir kalau dia memang salah karena melihat kalian berdua masih mempermasalahkan itu." tambah Emily.

"Aduh, maaf Om, Tante. Karena saya, acara keluarganya jadi seperti ini." kata Hani dengan rasa bersalah.

"Bukan salah kamu juga, Hani. Mereka aja yang terlalu kekanak-kanakkan. Sudah, kamu mending ikut Tante ke taman yuk." Emily menggandeng lengan Hani dan membawanya keluar dari ruang tamu.

Setelah sampai di taman, Emily menyuruh Hani untuk duduk di salah satu bangku taman.

"Maafkan anak dan keponakan Tante ya, Hani." kata Emily juga ikut merasa bersalah.

"Kerrel sama Charli aslinya emang yang paling selalu bikin rumah ribut. Tapi ya sejak Mama Kennie meninggal, Kerrel jadi jarang pulang dan ikut acara keluarga. Dia lebih sering di kantor daripada ke rumah Tante. Bahkan kalau Kennie main ke sini yang jemput juga bukan Kerrel. Biasanya Kennie dijemput sopirnya Kerrel, Wahyu. Atau kalau Wahyu lagi pergi sama Kerrel, biasanya Sekretaris Kerrel, Andi yang jemput. Tante lebih sering ketemu Charli daripada Kerrel, ya mungkin juga karena Tante dan Mamanya Charli, Kelly sering ketemuan."

"Charli sama Kerrel sebenarnya dekat ya Tante?" tanya Hani.

"Mereka dekat sekali, bahkan Charli sering pulang ke apartemennya Kerrel daripada ke rumahnya sendiri."

Mendengar itu, Hani mengerti posisinya saat ini. Dia tidak pantas untuk membuat Kerrel dan Charli menjauh. Hani tidak mau membuat kedua saudara ini terpisah hanya karena dirinya.

"Terus kamu sama Charli kenapa bisa dekat?" lanjut Emily.

"Saya dan Charli sebenarnya tidak punya hubungan apa-apa. Ya setidaknya saya dan Charli sama-sama menganggap kita tidak dalam hubungan. Tapi itu beda dengan Orang Tua kita, terutama Orang Tua saya. Orang Tua saya bersikeras untuk menjodohkan saya dengan Charli dengan alasan mereka menganggap Charli mampu menjaga saya."

"Oh jadi yang Kelly cerita itu kamu? Dunia sempit ya. Kelly pernah bilang sih kalau anaknya dijodohkan dengan anak pemilik restoran franchise."

"Iya, itu saya Tante. Tapi sampai saat ini saya tidak pernah menerima perjodohan ini."

"Kamu benar-benar tidak ada rasa tertarik sedikit pun dengan Charli?"

"Sebenarnya tidak ada Tante. Saya memang sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Charli karena banyak membantu pemulihan saya, tapi bukan berarti itu membuat saya memiliki perasaan untuk Charli."

"Kamu berobat sama Charli?"

"Iya, bisa dibilang begitu, Tante. Charli membantu aku mengurangi rasa trauma dari kecelakaan 2 tahun lalu."

"Kamu kecelakan? Sekarang sudah tidak masalah kan?" tanya Emily dengan penuh rasa khawatir.

"Belum pulih sepenuhnya, tapi tidak seburuk itu. Saya mengalami amnesia retrograde atau bisa disebut juga gegar otak yang kehilangan sebagian memori, Tante. Sampai saat ini saya tidak mengingat bagaimana kejadian seputar kecelakaan yang terjadi. Yang saya tahu bahwa Kakak saya meninggal saat kecelakaan itu."

"Terus Charli berhenti mengobati kamu?"

"Kalau PTSD yang saya alami, memang Charli sudah membuat gejalanya sedikit berkurang. Namun kalau amnesia, dokter mengatakan jika yang paling berperan penting dalam pengobatannya hanya kemauan diri saya sendiri."

"Kalau seperti ini, Tante jadi mengerti kenapa Orang Tua kamu menjodohkan kamu dengan Charli. Mungkin kalau anak Tante yang mengalaminya, Tante sepertinya akan membuat keputusan yang sama. Tapi ya kalau memang kamu tidak menyukainya, hati tidak bisa dipaksakan juga."

"Tapi ya, rasa bersalahnya masih ada Tante. Saya bisa hidup dengan normal dan tidak bisa mengingat kejadian itu sama sekali, sedangkan Kakak saya merasakan rasa sakitnya."

"Itu bukan salah kamu. Mungkin Tuhan sudah memberikan jalannya seperti itu. Tante yakin Kakak kamu masih menyayangi kamu dan menjaga kamu meskipun dia tidak ada di sisi kamu saat ini."

"Makasih Tante, karena sudah menghibur saya." jawab Hani sambil tersenyum.

"Sama-sama. Tante senang ada teman ngobrolnya sekarang. Kalau bisa kita sering-sering ketemu dan mengobrol kayak gini."

"Dengan senang hati, Tante. Saya juga senang bisa bertukar cerita dengan Tante."

Tidak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki seorang anak laki-laki berlari mendekat ke arah Emily dan Hani.

"Tante, ayo kita pulang ke rumah Tante." ajak Kennie. Selang beberapa detik, Kerrel terlihat juga sudah berdiri di samping anaknya.

"Loh? Kok pulangnya ke rumah Tante Hani? Belum cukup kamu gangguin Tante Hani beberapa hari ini?" tanya Emily pada cucunya.

"Tapi aku memang harus ke rumah Tante Hani, Oma. Soalnya Lala masih di rumah Tante Hani." Lala adalah boneka kesayangan Kennie.

"Kenapa tadi tidak dibawa sekalian?"

"Soalnya tadi kita buru-buru, Oma. Aku, Papa, dan Tante Hani tadi terlambat bangun."

"LAH? JADI KALIAN MENGINAP DI RUMAH HANI KEMARIN?" teriak Emily refleks.

"Ma... Jangan teriak-teriak, mbak Wela terkejut itu Ma." tegur Kerrel santai.

"Kamu ini benar-benar ya! Emangnya kamu gak punya rumah! Numpang tidur di rumah orang! Sudah dewasa tapi masih merasa umur sebesar Kennie? Kalau Kennie gak masalah, dia masih kecil. Kalau kamu harusnya tidak boleh, kecuali kamu sama Hani memang ada hubungan. Kamu gak mikirin apa kata tetangganya Hani? Masa seorang tamu pria dewasa menginap di rumah seorang gadis?" kata Emily memarahi Kerrel.

"Tapi, Ma. Kemarin itu memang di luar rencana dan mendadak, Ma." jawab Kerrel menjelaskan.

"PAPA!" teriak Emily memanggil Tommy.

Tommy yang mendengar teriakan Istrinya langsung menuju taman. "Ada apa, Ma? Kenapa teriak-teriak?"

Mereka yang masih berada di ruang tamu juga ikut menyusul Tommy berjalan ke taman.

"Ini anak kamu memang tidak tahu adat. Dia menginap di rumah Hani semalam! Kalau Kennie tidak masalah, tapi dia malah ikut-ikutan." kata Emily menjelaskan alasan kemarahannya.

Kennel yang mendengar hal itu ikut tertawa sambil menyikut Charli. "Jadi ini yang kamu bilang bukan saingan? Kamu kalah cepat dari sainganmu, Bro."

Charli yang merasa diledek oleh Kennel mulai menampakkan wajah cemberut. "Lihat aja Kerrel! Aku tidak terima."

"Oma jangan marah-marah. Nanti Oma tambah tua." kata Kennie yang membuat Emily berhenti mengomeli anaknya.

"Gimana Oma gak marah? Papa kamu sudah besar dan punya kedudukan juga di perusahaan. Hani juga seorang designer terkenal. Bagaimana kalau media menyoroti hal ini? Kasihan Hani yang hidupnya awalnya tenang-tenang saja malah digerogoti infotainment."

Emily ada benarnya. Hani selama ini belum pernah terlibat kasus dan berita negatif apapun. Lagipula brand Hani saat ini sedang menjadi sorotan, dan berita seperti ini pasti akan dengan cepat 'dijual' oleh wartawan.

"Maaf karena menyela, Tante. Tapi saya tidak masalah. Lagipula semalam kita memang sudah kelelahan karena acara konser Liam." kata Hani mencairkan suasana.

"Awas saja kalau Hani sampai kenapa-kenapa karena kamu ya, Kerrel, Mama gak bakalan tinggal diam." jelas Emily.

"Iya, Ma. Bagaimanapun aku yang akan bertanggung jawab atas berita apapun yang menyangkut Hani, Ma. Mama tenang saja." jawab Kerrel.

Setelah dari rumah Orang Tua Kerrel, Kerrel dan Kennie mengantarkan Hani pulang ke rumah dan menjemput baju dan barang-barang mereka yang masih ada di rumah Hani.

"Hani, jangan lupa. Hari Sabtu saya akan menemani kamu untuk menemui Liam. Saya jemput jam 1 siang."

"Iya, nanti saya kabari mau dijemput di kantor atau di rumah. Soalnya terkadang saya masih ada di kantor jam segitu."

"Oke, sampai jumpa di hari Sabtu."

"Bye Tante Hani." tambah Kennie.

Setelah itu, Kennie dan Kerrel pulang ke rumah mereka.