webnovel

BAB 12 - KERREL MENGINAP DI RUMAH HANI

Seluruh karyawan sudah sampai di restoran termasuk Liam, Hani, Kerrel, dan Kennie. Liam berusaha menempati kursi kosong yang ada di sebelah Hani, tetapi ternyata Kennie sudah lebih dulu sadar kalau Liam akan duduk di sana, jadi dia langsung berlari untuk duduk di kursi itu begitu melihat kursi itu ditarik oleh Liam. "Aduh, dia lagi…" kata Liam dalam hati.

Jika melihat posisi saat ini, Hani duduk dengan diapit oleh Kerrel dan Kennie, seperti ada bodyguard yang menjaga Hani. Karena hal itu, Liam dengan terpaksa duduk di kursi sebelah Kennie.

"Kennie mau makan apa?" tanya Hani pada Kennie yang sedang melihat buku menu.

"Aku mau ini." jawab Kennie sambil menunjuk gambar salah satu menu yang ada di buku.

"Kamu mau makan apa Hani?" tanya Liam tiba-tiba menyela.

"Aku?" tanya Hani ragu-ragu karena Liam tiba-tiba menanyakan hal itu padanya.

"Iya, kamu Hani." jawab Liam.

Kennie yang mendengar itu, mulai memberi kode ke Kerrel agar Kerrel memotong pembicaraan Liam. Tentu saja, Kerrel kebingungan.

Tidak bisa membiarkan Liam terus berbicara dengan Hani, Kennie memutuskan untuk menggantikan Kerrel yang sama sekali tidak peka dengan lirikannya.

"Tante Hani mau apa? Apa Tante mau makanan yang ini?" tanya Kennie sambil menunjuk salah satu menu dari buku menu.

"Tidak bisa, itu ada kacang. Hani alergi dengan kacang." potong Liam. Hani terkejut mendengar hal itu. "Jadi Liam masih ingat kalau aku alergi kacang?" pikir Hani.

"Hani makan ini saja ya? Biasanya kamu suka pasta kan? Spaghetti Aglio-Olio cocok nih." tambah Liam. Hal ini membuat Hani benar-benar tidak bisa berkata-kata. Sedangkan Kerrel yang hanya memperhatikan dari tadi, mulai merasa ada yang aneh dari perlakuan Liam pada Hani. Kerrel yakin ada perasaan melebihi rasa seorang teman antara Liam dan Hani. Jadi ini alasan anaknya selalu tidak suka jika Liam berada di dekat Hani.

Kerrel memperhatikan raut wajah Hani yang terlihat antara kagum dan kecewa setelah mendengar perkataan Liam. Kerrel baru sadar jika lirikan Kennie padanya tadi adalah karena hal ini. Kerrel bertekat untuk menjauhkan Hani dari hal-hal yang membuat Hani sedih, termasuk Liam.

"Hani..." panggil Kerrel lembut.

"Eh... ya?" tanya Hani yang langsung melihat ke arah Kerrel.

"Kamu aku pesankan Nasi Goreng saja ya." kata Kerrel langsung memilihkan menu untuk Hani.

"Oh iya, boleh juga." jawab Hani agak terkejut karena untuk pertama kalinya Kerrel terlihat berinisiatif.

Selama menunggu pesanan mereka diantar, Kerrel harus berusaha untuk banyak bicara pada Hani agar Liam tidak berusaha mengungkit-ungkit lagi masa lalu mereka.

"Hani, tadi Mama telepon bertanya tentang kamu." kata Kerrel.

"Oh ya? Bertanya tentang apa?"

"Mama bertanya apa kamu baik-baik saja dan tidak kesulitan menjaga Kennie." jawab Kerrel.

"Oh... Saya baik-baik saja. Tante sendiri bagaimana? Sehatkan?" tanya Hani balik.

"Iya, Mama sehat." jawab Kerrel.

"Oma tidak bertanya tentang Kennie, Pa?" tanya Kennie.

"Hm... Ada. Oma bertanya Kennie nakal atau tidak.", jawab Kerrel.

"Oh, jadi Hani tidak hanya dekat sama anaknya Kerrel, tetapi juga dekat dengan Orang Tuanya." pikir Liam dalam hati.

"Hani, besok kamu sibuk?" tanya Liam pada Hani.

"Ha? Aku?" jawab Hani.

"Iya, aku mau mengajak kamu ke suatu tempat." jelas Liam.

"Hani besok tidak ada waktu, seperti yang kamu dengar tadi, Oma Kennie ingin bertemu dengan Hani. Jadi besok saya mau membawa Hani untuk menemui Omanya Kennie." bantah Kerrel.

"Yang saya tanya itu HANI, bukan BAPAK." tegas Liam. Manager Liam yang merasakan ketegangan antara artisnya dan CEO agensinya, mulai merasa ada yang janggal dengan hubungan mereka bertiga.

"Saya mewakili Hani untuk menjawab. Ya kan Hani?" kata Kerrel sambil menatap Hani.

"Hehehe… Iya, bisa dibilang begitu." jawab Hani agak canggung. Hani benar-benar tidak habis pikir, Kerrel dan Liam berdebat bahkan tanpa memperhatikan karyawan-karyawan lain yang sedang mendengar pembicaraan mereka.

"Aduh, kenapa suasana jadi terasa menegangkan gini ya?" tanya Tia pada Rina yang duduk di sampingnya.

"Saya juga tidak tahu, Bu. Hari ini benar-benar banyak kejadian aneh terjadi." jawab Rina.

"Kamu kan sekretaris Hani, masa tidak tahu apa yang terjadi antara 3 orang ini. Hubungan apa yang ada di antara mereka. Aku absen selama beberapa minggu saja, Hani sudah menjadi rebutan 2 orang pria yang aku tidak tahu datangnya darimana." tambah Tia.

"Maaf Bu, Saya bukannya tidak memperhatikan Bu Hani. Setahu saya, Kennie dan Bu Hani pertama kali bertemu di Mall yang saat itu saya juga ada di sana. Di hari yang sama, Bu Hani mengadakan meeting dengan agensi Liam."

"Oh, jadi semuanya itu terjadi dalam satu hari?"

"Iya, benar Bu. Untuk kapan tepatnya Liam dan Pak Kerrel dekat dengan Bu Hani saya tidak tahu pasti, Bu. Karena seingat saya, hanya Kennie yang selalu berada di dekat Bu Hani akhir-akhir ini. Bahkan Kennie sudah berapa kali dibawa ke kantor oleh Bu Hani."

"Ha? Jadi hal ini terjadi sudah lebih dari satu bulan yang lalu dan saya baru tahu sekarang. Sedangkan karyawan lain sudah tahu lebih dulu mengenai ini. Wah... Saya merasa dikhianati. Pantas saja karyawan lain tidak terkejut melihat keadaan ini." kata Tia sambil menahan rasa kecewanya karena Hani, temannya sendiri tidak mengatakan hal ini padanya. Setelah ini, Tia akan menagih hutang cerita pada temannya, Hani.

"Bukan begitu Bu. Ibu dan Bapak Leon lagi sibuk mengurus pernikahan dan juga cuti bulan madu. Jadi wajar saja jika Bapak Leon dan Bu Tia tidak tahu mengenai hal ini."

Tia menatap ke arah suaminya yang duduk di samping kanannya dengan penuh tanda tanya. Tia bertanya-tanya apakah Leon tahu hal ini.

"Jadi kamu tahu soal kedekatan Kerrel, Kennie, dan Liam dengan Hani?" tanya Tia pada Leon seolah-olah sedang mengintrograsi.

"Tahu sedikit sih. Kamu tahu sendiri, Sekretaris aku, Teo itu orangnya bisa dijadikan mata-mata dan tahu berita-berita terkini. Dia yang bercerita padaku soal itu." jelas Leon pada Istrinya.

"Ha? Jadi kamu juga tahu? Kenapa tidak cerita padaku?" tanya Tia sambil cemberut.

"Lho? Aku pikir kamu sudah tahu, karena kamu sama Hani kan dekat sekali." jawab Leon.

"Aduh… Banyak sekali pengkhianat di sekitarku." tambah Tia.

Makanan sudah datang seluruhnya, termasuk makanan Hani, Kennie, Kerrel, dan Liam.

"Tante kenapa? Tante kelelahan ya?", tanya Kennie yang melihat Hani makan tanpa rasa semangat.

"Gak kok, Tante masih segar gini." jawab Hani yang berusaha memaksakan senyumannya.

Setelah mendengar jawaban Hani, Kennie langsung meminta Kerrel untuk menyuapi Hani. "Pa... Tante Hani lelah tuh. Bisa tolong suapin Tante Hani gak?" tanya Kennie dengan agak berbisik. Sebenarnya Hani bukan kelelahan, tetapi bayangan kenangannya dengan Liam terus ada di pikirannya. Dia yakin, hari ini dia tidak akan bisa tidur nyenyak.

"Oh iya, sini saya bantu." jawab Kerrel dan langsung mengambil sendok dan menyuapi Hani dengan Nasi Goreng. Hani segan untuk menolak karena karyawan di sekitarnya menatap dengan penuh harap bahwa Hani akan menerima suapan itu. Karena terpaksa Hani membuka mulutnya dengan canggung.

"Terima kasih", kata Hani tulus.

"Iya, sama-sama." balas Kerrel sambil tersenyum dengan lembut.

"Setelah ini, kita pulang saja. Kennie juga sepertinya sudah mengantuk berat." lanjut Kerrel begitu melihat Kennie yang sudah hampir ketiduran di kursinya dengan mulut yang masih mengunyah makanan.

"Kennie... mengantuk ya?" tanya Hani. Kennie hanya menjawab Hani dengan sebuah anggukan kecil.

"Baiklah , tidur di sini dulu, sebentar lagi kita pulang." kata Hani sambil membuka tangannya agar Kennie tidur di pelukannya.

Kennie lalu tertidur dengan nyaman di pelukan Hani, sedangkan Hani dan Kerrel juga melanjutkan makan mereka hingga selesai.

"Baiklah semuanya, Saya, Hani, dan Kennie pamit undur diri dulu." kata Kerrel pada seluruh karyawan yang ada di sana.

"Oh, iya silakan Pak." jawab Leon. Setelah itu, mereka pamit-pamitan dengan karyawan-karyawan lain.

Mereka telah sampai di parkiran. Kerrel membukakan pintu mobil untuk Hani yang sedang menggendong Kennie. Begitu Hani mau masuk ke dalam mobil, Liam datang dan mencegat tangan Hani. "Hari Sabtu jam 3 sore, aku tunggu di taman biasa."

"Apa yang kamu lakukan? Tidak lihat Hani dan anak saya kelelahan?" tanya Kerrel agak emosi.

"Oh, maaf." jawab Liam lalu melepaskan genggaman tangganya dari Hani. Setelah Liam melepaskanya, Hani masuk ke dalam mobil dan pintu mobil ditutup oleh Kerrel. Kerrel masuk ke dalam mobil tanpa mengatakan sepatah katapun pada Liam. Liam pun masih berdiri tenang di tempat sampai mobil Kerrel tidak bisa dilihat lagi olehnya.

Selama perjalanan, Hani hanya diam di tempat dan tidak berbicara sedikitpun. Kerrel sadar jika mood Hani benar-benar hancur sekarang.

"Saya sama Kennie menginap di rumah kamu saja boleh?" tanya Kerrel.

"Di rumah saya?"

"Iya di rumahmu. Kennie tertidur pulas sekali. Jadi saya takut saat dalam perjalanan pulang Kennie sadar kalau kamu sudah tidak ada, nanti malah suruh saya balik lagi mencari kamu."

"Oh gitu… Baiklah… Lagipula barang-barang Kennie masih ada di rumah saya."

Hani, Kennie, dan Kerrel sudah sampai di rumah Hani. Hani meletakkan Kennie di kamar biasa Kennie tidur, lalu keluar agar Hani tidak mengganggu Kennie. Hani turun ke lantai 2 dan melihat kalau Kerrel sedang duduk di sofa ruang tamu.

"Kamu tidur di kamar ruang tamu yang ada di sana. Saya akan minta tolong Mbak Tuti untuk bereskan kamarnya." kata Hani pada Kerrel. Setelah mengatakan itu, Hani pergi ke kamar asisten rumah tangganya, Tuti.

Hani kembali ke ruang tamu sebelah, sedangkan Tuti pergi ke kamar tamu.

"Oh ya, kamu tunggu sebentar. Saya akan memberikan baju tidur." kata Hani.

Tidak lama setelah itu, Hani turun dengan membawa sepasang baju tidur warna biru muda bergambar beruang untuk Kerrel.

"Ini baju tidur paling besar yang saya punya." jelas Hani. Kerrel mengambil baju tidur itu dari tangan Hani.

"Baik, akan saya coba." balas Kerrel. Kerrel pergi ke kamar mandi yang ada di lantai 1 untuk mengganti bajunya.

Setelah beberapa menit, Kerrel akhirnya keluar dari kamar mandi. Begitu melihat Kerrel yang keluar menggunakan baju tidur itu, Hani tertawa terbahak-bahak. Baju tidur itu menjadi sangat ketat di badan Kerrel, sehingga bisa terlihat jelas otot-otot di badan Kerrel.

"Kenapa?" tanya Kerrel yang bingung mengapa Hani tertawa.

"Saya tidak pernah membayangkan kamu menggunakan baju seperti ini." jawab Hani. Kerrel menggeleng-gelengkan kepalanya saat mendengar penjelasan Hani.

" Oh iya, soal Mama yang saya bicarakan tadi, kita besok pagi akan sarapan di rumah Mama."

"Saya juga ikut?"

" Iya ikut, kan saya bilang 'kita'."

"Oke, baiklah."

Tidak lama setelah itu, Tuti keluar dari kamar tamu. "Kamar tamunya sudah dibereskan, Pak Kerrel."

"Oke baiklah. Oh iya, kita belum kenalan. Saya Kerrel." kata Kerrel memperkenalkan dirinya.

"Oh iya, Pak. Saya Tuti, asisten rumah tangga Hani." balas Tuti juga memperkenalkan diri.

Setelah sesi perkenalan diri mendadak itu, Hani pamit kembali kamarnya, begitu pula Tuti. Kerrel pun juga masuk ke dalam kamar tamu.