webnovel

Bab 2

Dua minggu berlalu...

Seberat apapun kenyataan hidup tanpa sosok mama di hidupnya yang sekarang, syila harus tetep melanjutkan hidupnya dan meraih cita citanya. Bertahan hidup sendiri di dalam rumah nya yang sederhana dengan keuangan seadanya. Beruntunya, syila dan mamanya dulu sering menabung, jadi ia tak perlu kelaparan dan kebutuhan nya masih dapat terpenuhi.

Disekolah syila tetaplah menjadi anak yang periang, ceria dan juga anak yang pandai. Ia pun tak segan segan mengajari teman temannya yang belum mereka fahami tanpa mengharapkan apapun. Tanpa temannya sadari akhir akhir ini, syila terlihat murung,banyak melamun, dan lebih sering menghabiskan waktunya sendirian. Ia selalu menolak ketika teman temannya mengajak nya kekantin, ataupun jalan jalan di hari weekend.

Syila merasa Setiap hari itu sama saja, sepi sunyi tanpa hadirnya sosok sang mama. ia selalu berusaha baik baik saja tanpa adanya sang mama disampingnya.

Terdengar suara ketukan pintu, saat syila tengah berada di ruang tamu mengerjakan tugas tugasnya. Terlihat beberapa buku yang di atas meja. Ia segera berdiri,melangkahkan kaki menuju pintu depan. Meninggalkan tugas tugasnya yang masih belum selesai sepenuhnya.

"sia.... tante Vina" ucap syila dengan Seulas senyum mengembang di bibir tipisnya melihat sosok sang tamu.

Wanita itu beberapa kali datang kerumah syila, berusaha menemaninya ketika gadis itu sedang down..

"Hai, ila.kamu lagi apa, tante ganggu gak nih?"

"Enggak kok, Tan. silahkan masuk!"

Syila membuka lebar pintu rumahnya, membiarkan vina memasuki istana kecilnya.

"ngapain kamu lex? masuk!"

Syila terkesiap, ia tak menyangka akan bertemu lagi dengan cowok itu. Yang menabraknya ketika dirumah sakit, mengacuhkannya lalu meninggalkannya tanpa sepatah kata pun. Seketika syila agak canggung dengan situasi itu. Melihat hal itu Vina segera memperkenalkan mereka berdua satu sama lain.

"alex kenalin, ini syila. Syila ini alex, anak tante"

Syila mengulurkan tangannya mengajak alex berjabat tangan. Tatapan alex sangat tajam pada syila membuatnya merasa canggung. "syila,"

"alex," jawabnya acuh-tak-acuh membalas jabat tangan syila. Violet tersenyum tipis, alex hanya menatapnya dingin seolah olah mengintimi dasi. Syila hanya bisa berkata dalam hati 'mentang mentang cakep, kaya belagu banget'

"Maaf ya, tante ngajak alex. Pak imam lagi ada urusan keluarga."

"Nggak apa-apa kok, Tan. Silakan masuk"

Syila nampak bingung dengan keberadaan alex saat ini, haruskan ia suruh masuk juga atau membiarkannnya menunggu diluar saja. Tiba tiba..

"aku tungguin dimobil aja deh ma." Ucap cowok itu sambil lengkah pergi dari rumah syila menuju mobilnya.

"ehh, dasar anak itu! Maaf ya, ila. Anak tante emang kayak gitu orangnya. Tapi aslinya dia baik, kok."

"ahh iya, nggak apa-apa, Tan."

"auh maaf ya tan rumahnya agak berantakan berus sempet beres beres." Syila tersenyum malu. Ia mengambil buku bukunya lalu menyingkirkannya agar terlihat rapi.

"gak papa, kamu rajin belajar yah! Gal kayak anak tante tuh. Susah nya minta ampun deh kalo disuruh belajar." Ucap vina menyindir alex. Andai putranya itu mendengarnya pasti dia akan mendiam kan mamanya.

"aduh tante lupa, ini tante bawain kamu makanan." ucap Vina mengambil rantang di dalam tasnya.

"kamu belum makan,kan?"

Mata syila seketika membelalak tatkala melihat rantang besar yang vina bawa diletakkan diatas meja. Baru kali ini vina membawakan syila makanan sebanyak itu.

Vina memang sering sekali datang menemui syila, entah sekedar memastikan kondisinya atau menemaninya meskipun hanya sebentar saja. Meski rumahnya sangat jauh dari rumah syila vina akan tetap datang menemui syila dua atau tiga hari sekali. Syila sama sekali tak keberatan dengan kedatangan vina, karena hal itu membuatnya tidak merasa kesepian selalu.

Vina adalah satu satu nya orang yang syila percaya, sampai syila mengatakan masalah keluarganya pada vina. Ayah syila sudah meninggal ketika syila masih kecil. Untuk menyambung hidup mereka berdua, sang mama bekerja di beberapa tempat sekaligus.

Ketika bersama vina, syila begitu merasa nyaman seperti saat bersama mamanya. Ia bahkan tidak sungkan sungkan menceritakan banyak hal tentang dirinya. Wanita itu hanya mendengarkan semua cerita, keluh kesah gadis itu, dan sering kali memberikan nya saran.

"Belum sih tan, rencananya tadi tuh ila mau bikin mie instan, tadi waktu pulang sekolah mampir dulu ke warung."

"kamu tuh ya, jaga kesehatan. Jangan makan mie instan terus, gak baik!."

"Ayo sini makan, Tante temenin kamu!" ucap vina menenteng rantang nya.

"ila ambil piring sama sendok dulu ya tan"

Dia segera menuju dapur. Vina menunggu di ruang tamu sambil tersenyum lega, kondisi syila sudah lebih baik sekarang, tidak seperti dua atau seminggu yang lalu.

Syila menganbil piring dan sendok, dapur rumahnya memang gak luas, namun perabotannya cukup lengkap. Syila segera menuju ruang tamu membuka rantang dengan cekatan memindahkan makanan itu keatas piring.

"tante gak biasanya bawa makanan sebanyak ini. Nanti kalau gak abis gimana? nanti kalau masih yang makan siapa.?"

Ke dua bola mata vina melihat sekeliling rumah syila, ia tidak melihat adanya lemari es di rumah kecil itu.

"yaudah kalau gitu nanti abis kamu makan diangetin lagi ya, ters kamu simpen lagi ya buat makan besok kan masih bisa. Dari pada kamu makan mie instan terus kan."

"banyak banget loh tan ini, gak akan abis kalau aku makan sendirian."

Vina tersenyum tanpa mengatakan apapun, lalu meraih piring yang berada di depannya, dan mengmbilkan syila nasi dan lauk.

"makan yang banyak ya biar kuat, biar pinter juga!" ucapnya menyodorkan sepiring nasi pada syila.

Syila yang melihat itu hanya bisa pasrah menerima piring yang disodorkan vina padanya tanpa bisa protes.

"Tante nggak makan juga?"

"tante Sudah makan di rumah."

Syila hanya mengangguk, kemudin makan dengan lahapnya, seperti orang yang tengah kelaparan. Mata vina tak luput memperhatikan syila yang makan dengan lahap.

"ila," panggil vina memecahkan keheningan yang terjadi saat syila makan.

"heemm?"

"Kamu mau nggak tinggal di rumah Tante?"

Uhuk,, uhukk..

Syila sangat terkejut hingga tersedak. Secepat kilat syila menuangkan air mineral di dalam gelas lalu meminumnya sampai tak tersisa. "Maksud Tante gimana?"

"gini lho, Tante pengen ngerawat kamu, masakin kamu makanan yang enak-enak, dan kamu juga nggak perlu tinggal sendiri lagi. Tante tahu kamu tinggal sendirian itu susah. Apalagi kalau kamu sakit?Siapa yang bakal ngerawat kamu?"

"Tante vina...., ila gak mau ngrepotin siapa siapa tan. Selama ini tante juga udah baik banget kok sama ila, sering dateng kerumah tengokin ila, bawain makanan yang enak enak yang gak pernah ila makan. Tente juga kan kemarin udah bayar biaya pengobatan nya mama. ila gak mau tante susah gara gara ila."

"tante sama sekali gak ngerasa disusahin sama sekali kok. Tante juga udah bicara sama Om Raka. Om Raka juga ingin membiayai pendidikan kamu sampai kamu kuliah nanti."

Syila terus berfikir keras sambil memainkan sendok digenggamannya. Bukan hanya Vina, Raka juga sangat perhatian kepada syila. Beberapa kali mereka berdua berkunjung ke rumah syila. Raka juga bahkan menghadiri pemakaman siska, mamanya syila. Meski keadaannya belum benar benar pulih total, ia tetap memaksakan diri datang dengan orang kepercayaanya.

"Tante mohon ya la. Tante Cuma mau balas budi pada mama kamu, dengan merawat dan membesarkan mu seperti anak tante sendiri. Kalau gak ada mama kamu waktu itu tante gak tahu lagi apa yang terjadi pada om raka."

"Tapi tan.."

"kamu masih bisa datang ke rumah ini kapan pun kamu mau, la." Ucap vina meyakinkannya.

Syila masih memepertimbangkan bujukan dari vina, dilihatnya vina sebentar. Melihat tatapan yang penuh harapan dari vina, syila akhirnya menyerah. Belum lagi sifat vina yang begitu keibuan, dan terihat sangat menyayanginya, membuatnya sulit untuk menolak.

"terus alex gimana tan?" hampir saja syila melupakan cowok yang begitu angkuh itu.

"dia gak akan bisa membantah keputusan tante, kamu tenang aja ya."

"beneran tan? Kalau gitu syila mau." Ucapnya sembari bernafas lega

"kamu serius kan..?" seru vina dengan raut muka yang bahagia.

Syila hanya mengangguk yakin, tanpa membalas perkataan vina. Tampak wajah vina begitu sumpringah melihat jawaban syila. Vina menarik tangan syila dan memeluknya.

"Terima kasih la." Bisik vina