webnovel

PENAMPILAN BARU

"Gini loh Ndah, kamu nyadar nggak sih kalau selama ini selalu disepelekan?"

Indah mengangguk, "Ya, benar."

"Lah maka dari itu mulai sekarang cobalah untuk berubah."

"Berubah bagaimana?"

"Ya merubah penampilan."

"Untuk apa?"

"Supaya kam nggak disepelein terus kayak gini."

"Aku jelek. Nggak mungkin bisa berubah."

"Ayolah Indah, kami jangan putus asa gitu dong, aku nggak suka ngeliatnya."

"Ya udah nggak usah lihat aku. Aku memang jelek kok." Indah melipat tangan, mendengus kesal.

"Aku akan bantu kamu."

Indah memikirkan sejenak perkataan yang baru saja didengarnya ini. Merubah penampilan. Tapi memang pada dasarnya sudah jelek. Mau apa. Dan Vian akan bantu aku. Bant gimana? Pikir Indah dalam hati.

"Caranya?"

Vian tersenyum, "Masih ada waktu kan. Ayo ikut aku!"

"Kemana?"

"Sudah nggak usah banyak tanya. Ayo."

"Tapi Vi ...."

"Udah ah. Ayo. Nggak ada tapi-tapian."

"Beneran? Nggak aneh-aneh kan," kata Indah penasaran.

Vian tersenyum, "Nggak kok. Tenang aja. Ayo."

Meski penasaran Indah pun mengikuti Vian. Berjuta pertanyaan menari di kepala.

*****

Jam pelajaran sudah tiba. Tapi Bu Hasya belum juga memasuki kelas. Anak-anak seperti biasa gaduh sendiri. Dan Leo dari tadi celingak-celinguk mencari Indah. Kemana anak ini. Dari tadi nggak kelihatan. Aneh banget. Pikir Leo dalam hati.

"Kemana Indah?" tanya Leo.

Evrin dan Gina berpandangan, bingung.

"Heh, kok malah bengong sih ditanya. Indah kemana?"

"Em ... tadi sama kita sih. Lalu ...."

"Lalu dia pergi ke toilet," sergah Evrin. Ia nggak mau Indah kena masalah.

"Ke toilet? Lama amat ya?" Leo menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Hah, itu Indah?" seru seseorang entah siapa.

"Lah, beneran itu Indah?"

Leo langsung melihat ke arah yang ditunjuk.

Deg!

Jeny masih tertawa tapi mendadak ia diam saat melihat seorang cewek masuk dengan senyum manisnya yang mengembang. Heran, raut wajahnya berubah seketika.

"Itu Indah bukan sih?" tanya Evrin.

"Iya itu Indah. Coba lihat yang bener!"

Semua pasang mata menatapnya. Indah memakai rok seragam yang lebih pendek. Seperti punya geng cewek cantik. Sepatu high heels yang memang sedikit merepotkannya, baju seragam yang sedikit kecil, karena memang ia terbiasa memakai seragam seusuai standar sehingga membuatnya terlihat sediki culun. Jas seragam yang diletakkan di bahu, ujung jasnya yang dibawa dengan senyuman menawan seperti peragawati itu, serta hiasan sedikit di rambut, sekedar jepit pemanis di ujung kepala membuat semua orang pangling padanya. Sedikit polesan makeup yang disematkan pada wajah, kelopak mata, serta bibir yang lebih merah dari biasa. Memang, tidak ada yang berubah pada wajah yang sudah jelek dari sononya. Tapi, keberanian untuk tampil lebih baik yang membuat anak-anak keheranan. Dan pasti, semua anak mulai bertanya dalam pikiran masing-masing, kenapa Indah bisa berubah seperti itu.

"Hai." Sapa Indah pada Evrin yang masih melongo tak percaya.

"I ... Indah, kamu ...."

Indah tersenyum, duduk dengan santai. Meletakkan tasnya dengan anggun.

"Heh, cari perhatian lu?" Teriak Jeny yang disambut dengan gelak tawa teman-temannya.

Deg!

"Iyalah. Dia pasti cari perhatian. Apa lagi."

"Eh, bukankah sekarang dia semakin menjadi anak yang aneh."

"Iyalah. Hahahah ...."

"Emang kamu kenapa sih Ndah, bisa aneh kayak gini. Jadi makin culun tahu nggak."

Meski terkejut dan tak tahan dengan hinaan itu, Indah bersikap biasa saja. Ia melirik Vian yang menaikkan alis sebelahnya. Indah mengambil nafas panjang, menenangkan perasaannya.

"Indah, kok kamu jadi gini?" desis Leo.

"Kenapa Le, udah ah, tuh, Bu Hasya sudah masuk."

"Nanti kita bicara," bisik Leo.

"Aduh, nggak ada yang perlu dibicarakan tahu," desis Indah.

*****

"Ada apa sih?" Tanya Indah sambil kesusahan berjalan karena high heels nya.

Leo melepas genggamannya. Setelah sampai di taman sekolah yang lumayan sepi, berhenti. "Kenapa kamu jadi begini?"

"Jadi apa?"

"Aneh tahu."

Indah mendengus kesal. Kenapa Leo nggak setuju dengan penampilannya yang seperti ini.

"Memangnya kenapa sih?"

"Aku kan sudah bilang Indah, aneh."

"Aneh apanya?"

"Lihat sepatu kamu! Kamu pakai punyamu sendiri aja."

"Ini kan bagus."

"Bagus apanya? Kamu seperti badut tahu nggak. Lihat, tadi mereka nertawain kamu kan."

"Iya, mereka memang nertawain aku."

"Nah loh."

Deg! Indah tak menyangka, ternyata Leo tidak suka dengan penampilan barunya yang seperti ini.

"Tapi ini aku berusaha menjadi lebih baik. Nggak di sepelein melulu. Seharusnya itu kamu seneng aku bisa berubah kayak gini. Bukannya malah marah."

"Aku nggak marahin Ndah. Aku cuma ngasih tahu kamu aja. Jangan pernah bersikap terlalu berlebihan seperti ini. Nggak baik. Lebih baik jadi diri sendiri."

"Terus mau kamu aku kayak gimana? Aku cuma berusaha untuk mejadi lebih baik saja kok," Indah kesal.

"Lepas itu high heels nya. Kamu gak pantes banget tahu nggak."

"Kan ini penampilan baru. Kalau awal-awal memang nggak pantas. Tapi lama-lama juga biasa kok."

Leo menghela nafas, "Udah pokoknya lepas semua! Pakai seragam dan semuanya itu yang milik kamu sendiri aja. Udah, lepas ya."

"Kenapa sih Le? Kamu nggak usah terlalu ngatur aku deh."

"Itu baju dan rok kamu kekecilan. Lucu ngeliatnya. Yang ada kamu makin dibully tahu nggak."

"Ini kan lebih baik. Lebih keren tahu."

"Keren apanya, kamu jadi semakin aneh."

"Ya aku terlihat seperti aneh karena belum terbiasa aja. Ntar kalau udah terbiasa juga bagus."

"Nggak, pokoknya jelek banget."

"Bagus Leo."

Indah melihat baju dan rok bawahannya. Iya sih, awalnya memang sedikit aneh. Tapi kan ini penampilan baru. Makanya memang aneh. Kata Vian kalau kita bisa berubah lebih baik kenapa nggak coba. Leo benar-benar nggak tahu mana yang bagus dan nggak nih. Pikir Indah dalam hati.

"Ah udah deh Le. Aku mau balik ke kelas. Sebentar lagi pelajaran dimulai."

"Eh, Indah, ganti dulu."

"Kamu itu kenapa sih Le. Kamu itu cuma pacar aku bukan suami aku. Udah ah." Dengan kesal Indah berlalu diikuti tatapan tajam dan marah dari Leo.

*****

"Ndah, rok kamu tuh kayaknya di belakangnya kotor deh." Ujar Abel saat bel istirahat baru berbunyi.

"Oh ya, em makasih ya."

Abel mengangguk, tersenyum.

Buru-buru Indah pergi ke toilet. Ia harus benar-benar memperhatikan kebersihan bajunya. Masalahnya ini cuma seragam pinjaman Vian. Entah dia mendapat seragam ini dari mana. Makanya tidak boleh kotor dan ia harus menjaganya baik-baik.

Perhatian yang ia dapat dari Vian seperti ini tak pernah didapat dari siapapun. Maka ia harus menjaganya dengan baik bukan.

Ia segera memasuki toilet.

"Heh, jadi ini anak yang mau cari perhatian?" Jeny dan yang lainnya sudah berada di dalam toilet. Dua anak lain sudah mengunci pintu toilet itu dari dalam.

Deg!