webnovel

Liburan Terselubung

Awalnya Sasya hanya ingin menghabiskan Liburannya dengan teman-teman nya. Namun setelah sampai di Vila milik sahabatnya. Sasya melihat orang yang dicintainya tengah melakukan hubungan intim dengan sahabatnya sendiri. Kecewa dengan apa yang dilihatnya, Sasya memutuskan untuk melampiasakannya pada Bagaskara. Kakak kandung dari sang sahabat, Nara.

Kazuma_Hans3139 · Urban
Not enough ratings
10 Chs

Tamu Tak Diundang

.

.

Bagas masih mencari Sasya sampai tak memperdulikan peluh di sekujur tubuhnya! Bagas akan mencari Sasya walau sampai kapanpun! Karena Bagas tak ingin kehilangan gadisnya.

Sudah cukup, Bagas tak ingin kehilangan lagi.

"SASYA!!!!" Teriak Bagas frustasi.

"LO DI MANA!!" Sambungnya kemudian.

Belum ada sahutan, hampir saja Bagas menyerah, kalau saja dirinya tak mendengar isak tangis seorang perempuan.

"Hiks.. hiks.."

Dengan langkah sedikit ragu, Bagas mendekati sumber suara.

"Sasya!" Seru Bagas saat melihat siapa orang tersebut.

Sasya mendongak, terlihat jelas raut wajahnya yang menunjukan bahwa dirinya sangat terkejut. Oh jangan lupakan bekas air mata yang masih membasahi pipi gembilnya.

"Kak Bagas.." detik itu juga, Sasya menubruk Bagas dengan pelukannya. Sasya semakin memeluk Bagas erat, ia takut.. benar-benar sangat takut jika dirinya tak bisa bertemu lagi dengan Bagas.

"Syukurlah.. jangan lari lagi." Bisik Bagas lembut. Nada penuh kekhawatiran darinya membuat Sasya merasa bersalah.

Harusnya Sasya tak meninggalkan Bagas tadi, harusnya Sasya tetap berada disamping Bagas. Tapi karena rasa cemburunya yang amat besar, Sasya melupakan semuanya. Sasya tak pernah berpikir kalau dirinya akan tersesat di hutan seperti tadi.

"Maaf kak! Maaf udah buat kak Bagas khawatir dan susah." Racau Sasya. Sungguh, Sasya tak berniat seperti itu. Ia kehilangan jejak Erick saat menyusul rombongan mereka.

"Sshht... udah lo jangan ngomong lagi. Mending kita balik ke vila. Gua ga mau terjadi apa-apa lagi sama lo ngerti?" Bujuk Bagas dengan senyum tipisnya. "Lagian hari udah gelap, kita gak bisa nikmatin alam kalo malem." Sambungnya.

Dengan berat hati dan perasaan bersalah, Sasya menuruti perintah Bagas.

Sepanjang perjalan Sasya terus menggenggam jemari Bagas, takut kalau mereka akan terpisah lagi nantinya.

.

.

Nara mondar-mandir didepan pintu, sibuk memikirkan keberadaan sang kakak beserta sahabatnya. Eh? Entahlah.. setelah apa yang pernah dilakukannya terhadap Sasya, Nara ragu, apakah Sasya masih menganggap dirinya sebagai sahabat?

Suara mesin mobil membuat lamunan Nara buyar, seingat Nara. Tak ada orang lain yang ia undang ke Vila selain mereka berdelapan.

Juga Bagas, mereka ke hutan dengan berjalan kaki. Tidak mungkin jika kakaknya pulang dari hutan membawa mobil? Itu mustahil!

Lalu siapa yang datang? Batin Nara bertanya-tanya.

"Nar, apa lo tau siapa yang dateng sekarang?" Tanya Gio pelan. Ia sedikit penasaran sebenarnya walaupun raut datar masih tercetak di wajah tampan Gio.

Hanya ada mereka bertiga di ruang tamu tersebut, sedang Farsha, Vika dan Dimas tengah menyiapkan makan malam.

Erick masih termenung dalam pikirannya. Memikirkan tentang hubungan yang dilakukannya dengan Vika. 'Gara-gara dia gua jadi aneh gini. Jalang sialan!' Umpat Erick dalam hati.

"Gue.. beneran gak tau, seingat gue. Gue gak pernah undang orang setelah kita sampe disini." Jelas Nara.

Ketukan pintu membuat mereka tersentak. Dimas dari dapur berjalan kedepan pintu, ia menatap Nara, Gio dan Erick aneh.

Mereka paling dekat dengan pintu depan, mengapa mereka hanya diam bak patung di ruang tamu. Bagaimana jika itu Sasya dan Bagas? Apa mereka tak khawatir atau apa?

Dengan cepat Dimas membuka pintu? Namun matanya memandang bingung pada tamunya. Jujur, Dimas tak mengenal gadis ini. Ia menoleh kearah tiga bersaudara yang malah memasang wajah penuh dengan keterkejutan!

Dengan sopan Dimas pun bertanya. "Maaf, nona mencari siapa?"

Gadis didepannya tersenyum manis, hampir saja Dimas meleleh dibuatnya.

"Saya Kiara, sepupu jauhnya kak Bagas dan Nara." Jawab Gadis itu sopan.

Mengangguk singkat, Dimas pun memberi ruang untuk gadis itu agar bisa masuk kedalam vila.

Kiara, gadis itu melangkah dengan anggun. Menuju salah satu kamar, melewati Nara, Gio dan Erick begitu saja.

Dirinya lelah, sungguh. Baru saja ia datang ke Indonesia, setelah sampai di Jakarta Kiara kesal tak menemukan Bagas disana! Dan untung saja, Kiara di beri tahu oleh kepala pelayan di rumah Bagas. Kalau sepupunya tengah liburan, disini.

Masuk kedalam kamar, betapa terkejutnya Kiara saat melihat kamar yang biasa di pakai olehnya sangat berantakan!

Dan apa ini?! Noda darah di kasurnya?

What the hell! Siapa yang berani bercinta di kamar su-penuh dosanya ini?

Mendecak kesal, Kiara segera memberskan kekacauan di kamarnya!

.

.

"Kenapa kalian diem aja si? Bukannya Kiara itu sepupu kalian? Kenapa kalian ga bukain pintu? Kasian lo dia, jauh-jauh ke sini tapi ga di sambut oleh sepupunya sendiri." Gerutu Dimas, kemudian Dimas menutup pintu.

Baru saja Dimas melangkah, namun langkahnya terhenti saat Gio bersuara. "Dia bukan sepupu gua, memang dia sepupu Nara. Tepatnya dia keponakan tante Miranda. Bukan Om Johan."

Oh! Pantas saja Gio dan Erick hanya diam melihat kedatangan gadis itu, tapi kenapa Nara juga?

Bukankah ini aneh?

Entahlah, ini bukan urusannya juga. Yang terpenting adalah, dimana Sasya sekarang? Kenapa Bagas dan Sasya belum pulang juga?!

"Makan malem udah siap, kalian makan dulu sambil nunggu Bagas sama Sasya." Pinta Dimas.

Tanpa kata, mereka menuruti kata-kata Dimas. Tentang Kiara? Mungkin Dimas akan menyuruh Vika atau Farsha yang akan mengantar makanan untuk gadis itu.

.

.

"Ah! Akhirnya sampai juga.." Bagas mendesah lega. Ia tak menyangka Sasya tersesat begitu jauh kedalam hutan.

Bersyukur baterai smartphonenya masih penuh. Bagas bisa menggunakan senternya saat melewati hutan yang gelap gulita tadi.

"Sya, ayok masuk." Ajak Bagas lembut, Sasya hanya terdiam sambil menatap sebuah mobil yang membuatnya bingung.

"Kak, itu mobil siapa?" Bukannya menjawab. Sasya malah bertanya balik.

Bagas pun menoleh kearah mobil yang ditunjuk Sasya.

Mendadak lidahnya kelu, tubuhnya mematung sesaat sebelum mengulas senyum palsu.

"Itu mobil sepupuku, udah mending kita masuk dulu yah? Kamu pasti capek dan lengket. Kita ngobrolnya entar pagi aja." Bujuk Bagas lembut.

Sasya menurut begitu saja, karena memang dirinya lelah setelah berjalan seharian di hutan! Ditambah dirinya menangis.

"Baiklah.."

"Kiara kenapa lo ke sini?" Batin Bagas.

Mereka masuk kedalam Vila, tanpa tahu bahwa sosok wanita memperhatikan mereka.

"Siapa perempuan itu? Kenapa kak Bagas deket banget sama dia?!" Batinnya kesal.