Dejavu
Malam itu rasa takutku sedikit terobati oleh suasana dinner yang meriah, panitia mengadakan game dan mendatangkan band lokal, bercanda tawa ngobrol sana sini dengan rekan rekan kerja. Tanpa di sadari waktu telah menunjukkan pukul 21.45.
"Pa, balik ke kamar yuk !" Bisikku pada suami. Maklum suara musik menggema memenuhi ruang resto kala itu. Dan herannya, si kecil malah bisa tidur nyenyak di pangkuan ayahnya.
" Ayo ! papa juga capek, pengen tidur ma." Jawabnya setelah melihat jam digital pada pergelangan tangannya.
Lalu kami pun berpamitan pada teman teman semeja , sejujurnya masih ada rasa takut dalam hati untuk kembali ke kamar itu. Tapi mau bagaimana lagi, cuma bisa pasrah.
Kalau kata orang orang tua dulu, hantu yang menampakkan diri pada manusia itu hanya mereka ingin meminta tolong, mungkin ada pesan yang ingin mereka sampaikan pada keluarganya sebelum mereka meninggal dan tidak semua orang bisa melihat hantu karena yang bisa melihat hantu hanya orang orang tertentu, yang mata batinnya terbuka.
Bisa jadi anugerah langsung dari Tuhan sejak lahir, bisa juga ilmu turunan dari nenek moyang.
Kalau aku, entahlah mungkin sedang apes saja. Tapi kenapa seakan akan mereka menerorku dari pertama datang ke tempat ini. Seingatku, aku tidak membuat kesalahan apapun pada tempat ini.
"Pa.. ehmm." Aku ingin sekali menceritakan kejadian di kamar dan lantai 13 tadi, hanya saja mulut dan hati ini keluh. aku tau suamiku, dia orang yang penuh dengan logika dan tidak percaya dengan hal hal yang demikian.
"Iya, kenapa ma ??" Jawabnya menghentikan langkahnya di depan kamar.
"Hehehe.. ga apa apa, istirahat yuk !" Aku berharap malam ini bisa tidur nyenyak, melupakan kejadian kejadian hari ini. Kejadian ini begitu menguras otak dan energi tubuhku.
Dari si kecil yang rewel engga mau turun dari gendongan, dari kamar yg terasa tak nyaman, belum lagi OB dan ruang kosong yang membuatku berlari-lari.
Aku dan suami kembali ke kamar, rasanya berbeda dari saat aku datang sendiri tadi sore. Kamar ini begitu bersih, selimut terlipat rapi.
"Siapa yang membersihkannya ?" Tanyaku dalam hati.
Aku cek isi kamar mandi, handuk yg kotor sudah tergantikan dengan yang bersih , sabun dan sampo juga sudah terisi penuh kembali.
"Apa ya mungkin cleaning servis bersih bersih, malam malam begini ?" Masih tak masuk di akal rasanya.
Aku putuskan untuk berganti baju, cuma bisa berdoa dalam hati. Semoga malam itu aku bisa tertidur nyenyak. Baru saja ku pejamkan mata.
"Selamat pagi sayang." Ucap suamiku sambil mengecup keningku.
"Alhamdulillah.." syukurku dalam hati. Bersyukur atas nikmat tidur nyenyak semalam. Tak ada kejadian aneh saat tidur hingga pagi itu .
Saat ku buka mata , kulihat jam menunjukkan pukul 02.00 pagi.
"Hah.. masih malam pa, kok sudah di bangunkan." Ucapku menoleh ke tempat suamiku tidur. Aku benar benar shock saat melihat suamiku masih tertidur pulas di kasur sebrang.
"Lalu siapa yang mengecup keningku dan mengucap selamat pagi tadi ?" Bulu kudukku meremang, suasana kamar begitu sunyi. Biasanya TV tak pernah mati,karena kami tak pernah mematikan tv saat kami tidur, tapi malam itu tv mati, lampu kamar juga mati.
"Pa.. pa.. papa.." panggil ku sambil menggoyang-goyangkan badannya yang masih tertidur pulas.
"Apaa sih ma, masih gelap, papa cape, minta nya nanti aja abis subuhan" tubuhnya menggeliat malas dan menarik tubuhku di peluknya.
"Hiiss... Siapa yang mau minta anu pap, papa barusan bangunin mama buat apa? Masih jam 2.00 juga ini." Gerutu ku kesal dan menarik badan, kembali duduk di pinggiran kasur.
"Siapa yang bangunkan mama, wong papa masih mimpi indah, mungkin demit kali yang bangunin mama, nyuruh tahajud an" guraunya kembali tidur membelakangi ku.
"Huusst kalau ngomong sembarangan." Tapi aku benar benar sadar ada bibir mendarat di keningku dan suaranya jelas mengucapkan selamat pagi.
"Pa.. papa..." Akuu coba membangunkan suami lagi.
"Apa sih maaa.. masih ngantuk ini ." Jawabnya tanpa menoleh padaku.
"Anterin ke kamar mandi yuk."
"Halah.. ke kamar mandi tinggal loncat aja kok minta antar, bilang aja minta jatah kan.. ciee.. malu mau bilang ." Goda suamiku sambil menggelitik pinggangku.
"Ih ih papa, ih serius ini, mama ga bohong. Tadi ada yang bangunin mama, pake kecup kening dan ngucapin selamat pagi." Jelasku sambil melepaskan tangannya yg menggelitikiku.
Seketika wajahnya berubah menjadi tegang.
"Bercanda mu engga lucu ma." Bentaknya. Lalu dia turun dari tempat tidur dan mengecek semua ruangan mulai dari pintu yg terkunci, kamar mandi, pintu balkon juga masih terkunci dari dalam. Jelas saja tidak ada siapapun.
"Gak ada siapa siapa, mungkin mama mimpi. Mimpi di cium siapa?" Tanya nya ketus.
"Masa iya mimpi ? jelas jelas papa yang bangunin. Gimana sih?" Jadilah malam itu kami berdebat. Memperdebatkan apa yang tak kami lihat. Beginilah jadinya ketika hal yang seperti ini aku adu kan padanya , selalu berakhir dengan pertengkaran.
"Yaudah, maaf.. mungkin aku mimpi kamu cium. Kan papa udah ga seromantis dulu ." Gerutuku mengalah dan kembali ke kasur, merebahkan kembali badan di sebelah si kecil.
Suami menyusul dan tersenyum, membelai mesra ku di samping tempat tidur. Dan mengecup keningku sambil berkata "selamat pagi sayang."
Aku tertegun, Dejavu.. persis seperti yang aku rasakan tadi sebelum bertengkar dengannya. Aku ingat ingat baju yang dia pakai, celana pendek hijau army, dan terdengar suara adzan dari handphonenya.
Ku lihat dia yang berjalan lemas menuju ke tempat tidur. Merebahkan diri dan melanjutkan tidurnya.
Rasa kantukku mendadak hilang, ku langkahkan kaki menuju kamar mandi untuk berwudhu dan melaksanakan shalat subuh.