Aku masih mengingat dengan jelas Lennox yang tiba-tiba terserang heat ketika aku sedang menjenguk Lennox dan juga bayi kembarnya. Awalnya tidak terjadi apa-apa, tapi ketika pandangan kami bertemu, aku merasakan tubuhku memanas dan jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya. Indra penciumanku bisa mencium bau feromon Lennox yang awalnya hanya aroma yang tipis lama-lama menjadi pekat. Lennox terserang heat dan aku pun mendapatkan rutku secara tiba-tiba.
Raymond, Elaine dan Louise langsung panik. Raymond dengan sigap menjauhkan Lennox dari halaman belakang, membawanya masuk ke dalam kediaman meraka sebelum feromonnya menyebar kemana-mana dan memancing alpha lainnya.
Sedangkan aku mendapat pertolongan pertama dari Louise. Dia terbiasa menyimpan injeksi yang memang diperuntukkan untuk meredakan rut dari seorang alpha.
Kejadian itu menyadarkanku, bahwa aku dan Lennox adalah pasangan yang disebut fated pair. Hal ini juga menguatkan dugaanku yang sudah lama bersarang di pikiranku.
Sejak awal bertemu aku memang sudah merasakan getaran yang sulit untuk dijelaskan. Gejolak dalam dadaku seperti berontak, namun semua itu aku tepis. Karena jauh di dalam hatiku, aku masih teramat sangat mencintai Keanu, cinta pertamaku, omegaku, sekaligus Mommy dari Nuri, anakku.
Kehidupanku sejak Lennox tinggal di kediamanku berubah. Getaran yang selalu terasa itu perlahan mulai tidak dapat kukendalikan. Puncaknya adalah ketika aku menyadari Lennox menuntaskan heatnya dengan alpha lain yang ternyata adalah sepupu tiriku, Raymond.
Sejak saat itu aku yang secara tidak sadar menjadi lebih posesif terhadap Lennox dan sialnya membuat keadaan justru semakin memburuk. Lennox menghilang, diculik mantan tunangan pilihan keluarganya, Ralph. Hal ini tentu membuatku frustasi dan juga kecewa pada diriku sendiri.
Penculikan itu adalah awal dari segala kesialan yang menimpaku. Setelah Lennox ditemukan, aku kembali ditimpa kesialan selanjutnya. Lennox ternyata sedang berbadan dua, di dalam rahimnya sedang tumbuh dua janin yang sehat. Janin-janin itu sudah pasti bukanlah anak-anakku. Jangankan membuat hamil Lennox, pas mau melakukan yang iya-iya, eh ditinggal tidur, jadi otomatis itu bukan anakku.
Seperti tak ada habisnya, aku kembali ditimpa kesialan lainnya. Bayi-bayi Lennox lahir dengan selamat, syukurlah, tapi bukan itu kesialan untukku. Namun kenyataan dibaliknya, bayi-bayi itu ternyata darah daging dari sepupu tiriku, Raymond. Sebenarnya ini berita baik untuk keluarga Selim dan juga Landyn, karena bayi-bayi itu bukanlah anak dari Ralph. Untukku itu justru memperkecil kemungkinanku untuk hidup bersama Lennox.
Jika saja, jika saja ayah dari bayi-bayi itu adalah Ralph, aku bisa saja membawa Lennox ke dalam kehidupanku. Menjadikan kedua bayi mungil itu anakku. Mengasuh mereka bersama dengan Lennox. Namun harapanku kembali pupus.
Rentetan kesialan ini kemudian diakhiri dengan sebuah pernyataan dengan nada bahagia yang terucap dari bibir Lennox.
"Lihatlah, akhirnya Raymond menandaiku." Begitu katanya.
Dia mengucapkannya sambil memamerkan tengkuknya. Aku bisa dengan jelas melihat bekas gigitan di sana. Gigitan itu membuktikan bahwa Lennox sudah sepenuhnya menjadi milik Raymond.
Impianku untuk hidup bersama Lennox kini sepenuhnya hancur. Akupun mengubur impianku itu dalam-dalam agar tidak pernah kembali lagi bersarang di otakku yang sejak awal memang sudah dipenuhi dengan segala hal tentang Lennox.
"Daddy!" Teriak Nuri membuyarkan lamunanku.
"Ya, kenapa dear? Maaf Daddy gak fokus tadi."
"Huft, kapan kita turunnya? Nuri udah mau ketemu Ivy sama Avy." Rengeknya.
"Iya-iya. Diambil dulu kadonya di belakang."
Nuri dengan semangat turun dan kemudian membuka pintu belakang mobil untuk mengambil hadiah ulang tahun si kembar.
Hari ini aku dan Nuri diundang untuk menghadiri perayaan ulang tahun anak Lennox. Tidak terasa keduanya sudah berumur dua tahun sekarang dan lennox bahkan sudah akan menambah satu lagi.
"Daddy, ayo." Ajak Nuri dengan riangnya.
Aku mengikuti Nuri dari belakang yang sedang berjalan dengan terburu-buru. Dari kejauhan aku bisa melihat raut bahagia Lennox. Ada sedikit rasa sesak di dadaku, selebihnya rasa bahagia melihat omegaku yang juga pasti sedang bahagia.
Nuri langsung berlari menuju si kembar yang sekarang sedang di kerubungi oleh saudara-saudaranya. Aku berjalan pelan menghampiri Raymond yang merupakan tuan rumah.
"Hey bro, terima kasih sudah datang." Sambut Raymond sambil memelukku.
"Ya, Nuri setiap hari membahas ulang tahun si kembar, jadi aku tidak punya kesempatan untuk lupa."
"Kalaupun kamu lupa, aku yang akan menerormu menggantikan Nuri." Ujar Lennox yang sekarang ikut bergabung dengan kami berdua. Tangan Ray langsung melingkar erat di pinggang Lennox. Hatiku kembali berdenyut.
"Ayo, gabung sama yang lainnya."
"Okay." Aku mengikuti pasangan di depanku untuk bergabung dengan yang lainnya.
Acara ulang tahun ini berlangsung dengan meriah. Aku yang tidak biasanya berkumpul dengan anggota keluarga dari ayah tiriku,khusus hari ini ikut bergabung dengan mereka.
Pesta kecil-kecilan selesai tepat pukul tujuh tadi. Sekarang para anak-anak sudah tidur. Para kakek dan nenek sudah pulang ke kediaman masing-masing. Kini giliran para orang tua dan anak muda yang berkumpul sambil menikmati malam.
"Louise, kamu kapan bawa partnermu ke rumah?" Tanya Lyra penuh telisik.
"Jangan tanya aku, coba tanya Eckart dulu. Aku ini anak muda yang sopan, mendahulukan yang lebih tua." Ucapnya sambil menggodaku.
Aku tersenyum, "Aku justru mengalah pada yang lebih muda."
"Kamu tidak pernah berpikir untuk memberikan adik untuk Nuri?" Tanya Andrew, adik Raymond yang juga merupakan saudara tiriku yang lainnya.
"Siapa yang tidak ingin, hanya saja aku memang belum menemukan orang yang cocok untuk mengandung adik untuk Nuri."
"Mau ku kenalkan dengan teman sekelasku?" Tanya Louise.
Aku menoleh, "Apa tidak terlalu muda untukku? Kalian masih seumur jagung."
"Umur bukan alasan, setuju bro?" Louise mengacungkan tangan dan melakukan tos dengan Andrew.
"Setuju. Mateku justru jauh lebih tua dariku." Andrew tertawa setelah mengucapkan kalimatnya dan ternyata mendapat delikan dari Raymond.
"Kamu!?" Raymond tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. "Kamu, setelah ini jelaskan kepadaku maksud kalimatmu tadi Andrew." Ancamnya.
Semua orang melihat wajah Andrew yang tida-tiba memucat karena takut, sontak tertawa lepas.
Obrolan tentang pernikahan itu akhirnya berubah menjadi topik-topik ringan dan sedikit jokes sana-sini dari Ray dan juga Lyra. Bahkan adu mulut antara Ray dan Louise yang tidak pernah akur, membuat suasana makin ramai.
Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, waktunya semua tamu berpisah karena besok harus kembali melakukan aktifitas seperti hari-hari sebelumnya.
Aku menggendong Nuri seperti koala menggendong anaknnya. Mengelus pelan punggungnya agar Nuri tidak terbangun dari tidur lelapnya.
"Aku pamit dulu Ray. Sampaikan salam buat si kembar, okay?"
"Roger that! Terima kasih sudah datang bro."
"Justru aku yang berterimakasih sudah diundang hari ini."
Raymond tersenyum, "Eckart, coba pikirkan kembali tawaran Louise, tidak ada salahnya menjalin hubungan dengan yang lebih muda. Umur tidak jadi masalah bukan?"
Aku tersenyum, terpaksa. "Akan ku pikirkan."
"Atau kamu masih memikirkan Lennox?"
Deg!
Tepat sasaran. Perkataan Raymond langsung mengena di hatiku. Aku yang merasa seperti terciduk, hanya bisa diam. Tidak menjawab dan juga tidak membela diri. Aku hanya bisa tersenyum menutupi perasaanku.
"Lennox sudah menjadi pairku, pasanganku. Dia aman bersamaku dan kami bahagia. Sekarang sudah waktunya kamu juga bahagia Eckie."