13 Hari Minggu di taman bermain

Seminggu terakhir ini semua staf rumah sakit sedang sibuk menyiapkan ulang tahun rumah sakit. Ada beberapa acara baksos yang sudah disiapkan rumah sakit. Sandra sibuk menyiapkan untuk baksos operasi katarak massal, sedangkan Evan dan Keenan ikut baksos khitanan massal. Rencananya mereka akan melakukan baksos di akhir minggu nanti.

Hari Sabtu ini Sandra sudah bersiap-siap untuk berangkat. Evan sudah mengirim pesan tidak bisa menjemput Sandra pagi ini, jadi Sandra sudah mempersiapkan untuk berangkat dengan mobilnya. Sandra melewati rumah Keenan disana. Sepertinya Keenan belum berangkat, mobilnya masih terparkir rapi di halaman rumah. Mereka berdua jadi sering sekali dijodoh-jodohkan oleh semua staff rumah sakit. Sebenarnya Sandra tidak masalah, tapi Evan dengan jelas mengatakan kalau dia cemburu, jadi Sandra tidak berani terlalu dekat dengan Keenan. Beberapa kali Sandra mencoba menghindari Keenan.

Sandra tiba di rumah sakit, beberapa kegiatan baksos terlihat sudah dimulai. Sandra masuk ke ruang operasi, disana Meta, dokter mata yang akan membantu Sandra, sudah datang.

"Hai Met, " sapa Sandra.

"Halo Kak," balas Meta.

"Berapa pasien hari ini jadinya?" tanya Sandra lagi.

"Katanya 30an kak, ga tau aku itu bakal datang semua apa ga," jelas Meta.

"Wah, lumayan juga ya.." .

Akhirnya mereka memulai operasi katarak, sekitar 4 jam kemudian, mereka sudah menyelesaikan total menjadi 29 pasien, satu pasien terpaksa dibatalkan karena kadar gulanya terlalu tinggi. Sandra duduk di sofa ruang tunggu dokter, dia mengecek handphonenya, ada satu pesan disana dari Evan.

"Sandra, aku pulang duluan ya, ada keperluan sama keluarga, Senin aku jeput ya?"

Sandra menatap handphonenya dengan kecewa. Entah kenapa dia merasa Evan selalu sibuk setiap weekend. Tiba-tiba Sandra merasakan dingin di pundaknya. Dia menoleh, Keenan duduk disampingnya, sebelah tangannya memegang ice pack gel yang ia letakkan di pundak Sandra.

"Pakai ini, pasti pegal, katanya hari ini kalian operasi sekitar 15 pasien seorang ya?" ujar Keenan. Lalu dia menyerahkan satu pak lagi kepada Sandra. Sandra mengambilnya dan menaruhnya di bahu. Terasa nyaman sekali. Ice pack gel ini memang sering digunakan untuk meredakan nyeri otot atau pegal.

"Makasih bang," ucap Sandra sambil tersenyum. Dia sebenarnya merasa tidak enak hati dengan Keenan. Dia tahu betul kalau Keenan juga merasa kalau Sandra menghindari dia.

"Buat kamu aja, aku punya banyak di rumah," sambung Keenan.

"Makasih ya abang ".

Meta masuk ke ruangan beberapa saat kemudian.

"Eh ada bang Keenan, kemarin aku denger abang sama kak Sandra wajahnya masuk di acara infotainment ya?"

"He eeh.." jawab Sandra sambil mengangguk.

"Eh bang Keenan, abang kenal sama Aira, wah..kenal dimana bang? aku seneng film-film dia," ujar Sandra.

"Dia adik kelas aku waktu di Jerman," jawab Keenan pelan.

"Ooh..tempat kuliahnya bareng bang?" tanya Meta lagi.

"iya," jawab Keenan.

Sandra mencibir mendengar nama Aira, teringat betapa Keenan akrab dengan sutradara cantik itu, sampai mengacuhkannya. Keenan melirik Sandra yang masih mencibir.

"Kenapa bisa nonton sama kak Sandra bang? baju kalian matching lagi, aku sampe pikir jangan-jangan kalian pacaran lo," goda Meta.

Sandra melotot kearah Meta mendengar candaan Meta. Sementara Keenan tetap tenang, tapi tersenyum.

"Aku ketemu Sandra pas hari sabtunya, sekalian aku ajak aja," jelas Keenan santai.

"Kalau jadian aku restuin kok bang, " ucap Meta sambil tertawa, Sandra diam saja, Meta menerima telepon kalau suaminya sudah datang menjemput, ia lalu pamit pulang pada mereka berdua.

"Maaf ya bang Keenan, aku ga enak..orang-orang jadi sering salah paham tentang kita, " ujar Sandra, ia khawatir Keenan merasa kalau dia terlalu percaya diri merasa Keenan suka padanya. Lagipula dia masih merasa ada hubungan spesial antara Keenan dan Aira.

"Salah paham?" tanya Keenan.

"Iya, aku enggak enak aja sama abang, semenjak wajah kita masuk di tv, kan orang-orang di rumah sakit jadi .."

"Aku ga masalah, " potong Keenan menatap Sandra dengan lekat. Sandra membuang muka, tidak tahan ditatap seperti itu.

"Apa kamu masalah kalau dihebohkan seperti itu?" tanya Keenan.

"Enggak," Sandra menggeleng kepala. Mereka berdua diam sejenak.

"Sandra," panggil Keenan pelan.

"Ya?"

"Kalau besok kita ajak main Aya, gimana? aku udah keburu janji," tanya Keenan.

"Boleh, aku ga ada jadwal baksos besok,"

"Oke, aku jeput besok pagi ya,"

"Oke" jawab Sandra.

----------------------------------------------

Esok paginya, setelah lari pagi bersama, Keenan dan Sandra menuju apartemen Sena untuk menjemput Aya. Sena dan Clara sedang bersiap-siap untuk ke acara pernikahan rekan kerja Sena. Mereka berdua senang sekali ada yang mau dengan sukarela mengajak Aya bermain. Mereka berdua bahkan berencana nonton bioskop setelah menghadiri acara pernikahan.

"Makasih ya, kakak udah lama sekali ga ke bioskop lo," ujar Clara saat melihat Keenan dan Sandra sudah datang. Wajah Clara cerah sekali. Clara sudah mempersiapkan barang-barang kebutuhan Aya dan mengemasnya kedalam satu ransel.

"Kalau Aya ngerepotin, langsung telpon abang ya," ujar Sena sambil memeluk Sandra, sambil mengecup lembut kening Sandra, sebelum mereka pergi. Sena senang sekali melihat perubahan sikap Sandra. Adik kecilnya sudah kembali.

Sandra, Keenan dan Aya menuju sebuah taman bermain yang baru dibuka sekitar dua bulan di kota ini. Ada banyak permainan anak-anak disana. Setelah membeli tiket masuk, Aya langsung meminta naik ke komedi putar. Aya naik bersama Sandra. Keenan naik di sebelah mereka, Keenan mengambil beberapa foto Sandra dan Aya dengan kameranya.

Setelah komedi putar, Aya ingin ke wahana bom-bom car, beruntung mereka pergi di pagi hari sehingga antriannya tidak terlalu panjang. Setelah puas bermain, Aya ingin menaiki roller coaster untuk anak-anak, wahananya cukup jauh dari wahana bom-bom car, Keenan langsung menggendong Aya. Sebelumnya Aya merengek untuk membelikan topi, Keenan membelikan Aya topi pink yang lucu sekali, Aya terlihat menggemaskan saat memakainya. Sandra langsung mengambil beberapa foto. Wahana roller coaster ini tidak boleh dinaiki oleh orang dewasa, Sandra dan Keenan menunggu di tempat beberapa orang tua menunggu.

"Minum dulu San," Keenan menyerahkan botol air minum kepada Sandra yang dia ambil dari dalam ranselnya.

"Makasih", Sandra memang kehausan, matahari sudah cukup tinggi dan terik hari ini.

Keenan mengeluarkan kipas angin kecil dari ranselnya dan menyerahkan kepada Sandra, dan sebungkus tisu. Sandra cukup takjub dengan persiapan Keenan, seolah-olah ransel itu berisi semua kelengkapan.

"Itu kantong Doraemon ya bang?" tanya Sandra, becanda. Keenan tertawa.

"Iya, " jawabnya, dia menunjukkan didalam sana ada minyak angin, dua buah payung, tisu basah dan handuk kecil. Padahal beberapa barang itu sudah disiapkan oleh Clara diransel Aya.

"Kan kita bawa Aya, aku pikir Aya pasti butuh beberapa barang," jelas Keenan.

Selesai menaiki roller coaster, Aya ingin melihat wahana 4 dimensi yang menjadi wahana paling menarik di taman bermain ini. Antriannya cukup panjang, baru sepuluh menit mengantri Aya sudah rewel minta digendong, Keenan dengan sabar menggendong Aya, tidak sampai 5 menit Aya sudah terlelap. Sandra sibuk memayungi mereka berdua, matahari sangat terik siang ini, tapi tinggi Keenan jelas jauh dari jangkauan Sandra.

"Sini aku aja yang gendong Aya bang, abang yang payungi, panas" ujar Sandra.

Mereka pun berganti tugas. Keenan langsung bersiap dengan kipas kecil ditangan kiri, yang diarahkan kepada Sandra dan Aya, dan payung ditangan kanan, Untung saja mereka hanya perlu mengantri selama 1 jam. Aya terbangun tepat saat giliran mereka masuk.

Selesai dari wahana itu, Aya merengek karena lapar, akhirnya mereka masuk ke salah satu fast food di sana. Setelah memesan makanan, Keenan menyuapi Aya dengan sabar. Sandra senang melihat pemandangan itu. Dia benar-benar tidak mengerti mengapa lelaki tampan, mapan, pintar, dan baik hati seperti Keenan masih belum menikah, setelah memikirkan itu, Sandra mentertawakan dirinya sendiri didalam hati, pertanyaan itu harusnya dia tanyakan kepada dirinya sendiri. Banyak orang yang menasehati Sandra untuk tidak terlalu memilih, ini nasehat yang paling membingungkan menurut Sandra, karena selama ini dia bukannya terlalu pemilih, tapi memang tidak ada lelaki yang bisa dia pilih, karena memang tidak ada, entahlah, mungkin Sandra terlalu sibuk sehingga tidak pernah memperhatikan bila ada yang berusaha mendekatinya. Lamunan Sandra terhenti ketika ada seseorang yang menyapa Keenan.

"Dok, lagi liburan ya? " tanya seorang lelaki yang tengah menggendong seorang anak lelaki.

"Eh, pak, apakabar?" balas Keenan.

"Udah enakkan dok, katanya udah ga sakit bekas operasinya, ya dek?" lelaki itu bertanya kepada anak yang digendongnya, ternyata anak itu adalah pasien yang pernah dioperasi oleh Keenan. Lelaki itu melihat kearah Aya dan Sandra. Keenan mengusap kepala anak kecil digendongan lelaki itu dengan lembut sambil tersenyum.

"Dokter lagi sama keluarga ya, anak dokter mirip sekali dengan ibunya," sambung bapak itu lagi, dia mengira kalau Aya adalah anak Keenan. Wajah Aya sendiri memang mirip sekali dengan Sena, yang tentunya mirip dengan Sandra, wajar saja bapak ini mengatakan hal itu.

Keenan tertawa, dia menjelaskan kalau Aya bukan anaknya. Sandra ikut tertawa, ini bukan pertama kalinya orang mengira Aya adalah anaknya.

"Oh maaf dok, " ujar bapak itu, dia pun pamit.

"Itu pasien aku dulu," jelas Keenan. Sandra hanya mengangguk.

Mereka melanjutkan bermain di beberapa wahana setelah makan siang. Sekitar pukul 4 sore, Sandra menyadari langit sudah sedikit mendung, sepertinya mereka harus segera pulang, lagipula Aya baru sembuh. Dia pun membujuk Aya untuk pulang, beruntung Aya adalah anak manis yang penurut. Aya setuju, asalkan mereka naik komidi putar lagi sebelum pulang. Selama naik komidi putar, Aya justru terlelap di pelukan Sandra sampai mereka keluar taman bermain dan menuju mobil. Keenan meminta Sandra untuk duduk di kursi belakang. Sampai di apartemen, ternyata Clara dan Sena masih belum pulang. Sandra akhirnya memilih untuk menginap saja di apartemen Sena, sambil menemani Aya sampai orang tuanya pulang. Sandra pun pamit pada Keenan, sebelum pulang menunduk untuk mencium pipi Aya yang masih terlelap di gendongan Sandra. Badannya yang tinggi, membuat Keenan harus menunduk cukup rendah, sebelum mencapai pipi Aya, Keenan beralih pandangan menatap lekat wajah Sandra. Sandra merasakan wajahnya terasa memanas dipandangi Keenan dalam jarak yang cukup dekat untuk waktu yang cukup lama, matanya berkedip beberapa kali karena gugup. Keenan tersenyum menyaksikan pemandangan didepan matanya, lalu ia kembali pada tujuan utamanya, mencium pipi Aya.

"Aku pamit ya, " ujar Keenan.

"Ehh..emm..iya bang, terimakasih ya," balas Sandra, terbata-bata karena gugup.

Keenan pun berlalu dari hadapan Sandra. Baru kali ini Sandra melihat Keenan menggodanya, biasanya Keenan cenderung dingin dengan ekspresi datar.

Pikiran Sandra tiba-tiba kembali pada Evan, kalau saja Evan tahu minggu ini dia menghabiskan waktu bersama Keenan, pasti dia marah lagi. Sandra baru ingat kalau Evan berniat menjeputnya esok hari. Cepat-cepat dia mengirimkan pesan kepada Evan kalau dia menginap di rumah Sena. Lamunan Sandra kembali ke Keenan, walaupun dingin, lelaki itu selalu bertingkah manis dan hangat bila ada Aya atau anak kecil manapun, masih lekat dipikiran Sandra saat Keenan mengusap kepala anak kecil yang sebelumnya adalah pasiennya di taman bermain tadi, berbeda dengan Evan, sikapnya lebih acuh bila didekat anak kecil.

avataravatar
Next chapter