14 Buka Hati

Sudah dua minggu ini Sandra jarang bertemu Evan, dia justru lebih sering bertemu dengan Keenan dan menghabiskan akhir pekan dengan Keenan, walaupun tidak selalu berdua, kadang Aya sering ikut bersama mereka. Minggu ini Aya merengek minta ditemani nonton film kartun yang baru saja keluar dibioskop. Entah mengapa Aya malah lebih senang nonton bersama Keenan dan dia, bukan dengan orang tuanya, dan yang lebih menyebalkan lagi, Sena dan Clara tampaknya dengan senang hati menitipkan anak semata wayangnya, lalu mereka berdua menghabiskan akhir pekan hanya berdua saja. Seperti minggu ini, Keenan langsung mengabulkan permintaan Aya untuk menemani menonton bioskop, ada film baru khusus untuk liburan anak sekolah, sialnya Keenan selalu membawa nama Sandra untuk ikut menemani, Sandra sebenarnya senang-senang saja, toh minggu ini dia tidak ada kegiatan, lagipula tidak ada kabar dari Evan, mendengar Keenan dan Sandra dengan senang hati akan menemani Aya menonton, Sena dan Clara langsung memesan tempat di sebuah restoran mewah yang romantis untuk makan malam berdua. Sandra cukup bahagia melihatnya, baginya tidak masalah mengurus Aya satu atau dua hari, apalagi kalau ada Keenan disana. Semakin lama hubungan Sandra dan keluarganya semakin membaik.

Minggu pagi ini, Sandra keluar pagi-pagi untuk berlari, sebelumnya dia menghampiri rumah Keenan, entah mengapa ini seperti sudah menjadi rutinitas Sandra di hari sabtu atau minggu pagi. Sampai di halaman depan rumah Keenan, Sandra mendapati Keenan sudah menunggu disana, mereka pun bersama-sama mulai untuk berlari. Setelah 6 putaran berlari, Sandra meminta untuk menyudahi olah raga mereka pagi ini. Keenan tidak lagi memaksa Sandra berlari dengan kecepatan tinggi. Sebagai gantinya, minggu lalu Keenan ternyata sudah membeli treadmill dirumah untuk menggantikan lari santainya bersama Sandra.

"Bang, nanti beneran jadi temenin Aya nonton?" tanya Sanda, nafasnya masih tersengal-sengal karena selesai berlari.

"Jadi, aku udah beli tiketnya," jawab Keenan, berbeda dengan Sandra, Keenan terlihat tidak seperti habis berolahraga, nafasnya tidak tersengal-sengal seperti Sandra.

"Jam?" tanya Sandra lagi.

"Jam 4 nontonnya, aku rencananya mau bawa Aya makan siang dulu ya," jawab Keenan.

Sandra terkadang tidak mengerti mengapa Keenan sayang sekali kepada Aya, bahkan melebihi Sandra.

"Jadi kita berangkat jam berapa bang?" tanya Sandra.

"Abis Dzuhur boleh deh, jam 1?" balas Keenan.

"Ok" ujar Sandra setuju.

Pagi ini, setelah olah raga, Keenan menawarkan sarapan di rumahnya, tentu saja Sandra setuju.

Pukul 1 tepat, mobil Keenan sudah datang ke rumah Sandra. Sandra masih berdandan saat Keenan membunyikan klakson mobilnya, setelah sarapan tadi pagi Sandra tertidur, sehingga dia sedikit terlambat untuk bersiap-siap. Dengan terburu-buru Sandra menuju mobil Keenan, Sandra nyaris terpeleset saat menginjak tanah di halamannya yang sedikit basah dan tergenang air karena hujan semalam, ditambah hari ini dia memakai sepatu bertumit yang cukup tinggi, Sandra kehilangan keseimbangannya, beruntung Keenan sedang berjalan menuju halaman rumah Sandra, dia berniat untuk menjemput Sandra kedalam, karena cukup lama menunggu didalam mobil. Dengan sigap satu tangan Keenan menangkap lengan Sandra, dan satu tangannya lagi menahan tubuh Sandra agar tidak terjatuh. Saat hampir terpeleset, tubuh Sandra yang ditahan lengan Keenan, terdorong ke depan, sehingga tubuh Sandra menabrak tubuh tinggi Keenan, kepala Sandra mendarat tepat di dada Keenan. Sandra mendongak ke atas, dahi Sandra menyentuh dagu Keenan dan wajahnya berada dekat dengan wajah Keenan.

"Heee..bang makasih, untung abang bisa nangkep aku, kalau ga bakalan jatuh aku tuh.." ucap Sandra berterimakasih sambil tersenyum lebar.

Keenan mengangguk sambil melepaskan pegangannya dan membuang muka. Sandra menangkap semu merah merah dari wajah Keenan. Aneh, pikir Sandra bingung.

Mereka menjeput Aya ke rumahnya. Anak kecil itu sudah didandani Clara dengan baby doll warna pink lengkap dengan sepatu pink-nya, lucu sekali. Gemas sekali Aya hari ini, Sandra langsung mencium pipi Aya saat melihat Aya.

"Ihhh..Tante gemes liat kamu," ucap Sandra.

"San, titip Aya ya, nanti kalau ada apa-apa kabari kakak ya, " ujar Clara.

"Tenang kak, ada bang Keenan, pawangnya Aya," balas Sandra sambil mengedipkan kepada Keenan. Lalu Sandra tertawa.

"Yuk, nanti telat, kita makan siang dulu, kan? Aya mau makan apa?" balas Keenan, mengacuhkan Sandra. Keenan langsung menggendong Aya, mereka bercakap-cakap dengan akrab berdua saja. Sandra menyipitkan matanya sambil mencibir karena kesal. Setelah kemarin saat bersama Aira, Keenan mengacuhkan Sandra, sekarang saat bersama Aya, keponakannya sendiri, dia kembali diacuhkan.

Sena tertawa melihat ekspresi Sandra,

"Cemburu kan kalau liat mereka berdua? Abang aja bapaknya dicuekin nih sama Aya," ujar Sena menghibur adiknya.

"Iya bang, aku dicuekin" rengek Sandra. Sena membelai kepala adiknya. Dia senang adiknya sekarang manis sekali sikapnya.

"Abang sama kakak nanti malam pergi ya, tapi ga lama ko, kamu setelah nonton balik kesini dulu mau?" tanya Sena sebelum Sandra pamit.

"Ok" jawab Sandra, dia pun pamit kepada Sena dan Clara, mengejar Keenan dan Aya yang masih mengobrol mesra berdua.

Sampai ke mobil, Keenan meminta Sandra untuk duduk dibelakang bersama Aya, tapi Aya merengek minta duduk didepan, akhirnya Keenan menuruti permintaan Aya. Sandra cukup salut melihat Keenan yang sabar sekali dengan tingkah laku anak balita yang sering melelahkan.

"Bang, abang kok nurut selalu sih sama Aya," tanya Sandra.

"Memang kenapa?" tanya Keenan.

"Lucu aja, berasa kaya abang yang papa nya Aya beneran," balas Sandra, geli, dia pun tertawa.

"Haha, kamu lucu ya, enggaklah, aku memang seneng liat anak kecil, apalagi aku tau banget Aya dari masih diperut sampe segede ini, dulu liat Aya pas lahir, sedih banget, San" jelas Keenan, tangannya sibuk membelai Aya.

Sandra menatap Keenan dengan senang, dia senang ada yang menyayangi keponakannya seperti Keenan.

Mereka makan siang disebuah restoran fast food sesuai permintaan Aya. Setelah selesai mereka bertiga menuju bioskop.

Sampai di bioskop, mereka bertemu dengan Lila dan keluarganya.

"San, nonton apaan?" tanya Lila, dia baru menyadari Sandra ternyata menonton bersama Keenan dan Aya setelah melihat Keenan dan Aya kembali setelah mencetak tiket bioskop.

"Tuh," jawab Sandra sambil menunjuk ke arah gambar film kartun yang akan ditontonya di samping Lila.

"Sama dong," jawab Lila. Sandra mengangguk.

"Kalian nonton bertiga, mama papa Aya ga ikut?" tanya Lila bingung.

"Enggak, emak bapaknya lagi kencan tuh, ninggalin anaknya diurus sama kita, " jelas Sandra sambil tertawa. Lila tersenyum mendengar kata-kata Sandra. Dia senang melihat sikap keras kepala Sandra akhirnya melunak kepada abangnya. Lila melihat perubahan yang baik setelah Sandra dekat dengan Keenan. Heran, kenapa sih mereka ga cepetan nikah aja, mereka cocok sekali, pikir Lila dalam hati.

"Dok Keenan, kayanya udah cocok deh itu gendong Aya, " ujar Lila, setengah bercanda. Keenan hanya tertawa.

"Iya, mereka romantis banget kaya anak sama bapak La, aku sampe dicuekin La, " cerita Sandra sambil mencibir.

"Kamu juga udah cocok kok San, jadi emaknya Aya, " sambut Lila lagi, dia tertawa senang. Sandra langsung mencubit Lila, kesal.

"Mulai deh, udah ah, yuk masuk" jawab Sandra. Dia langsung mendorong Lila untuk berjalan ke arah pintu teater bioskop.

Keenan tersenyum melihat tingkah Sandra dan Lila. Keenan membisikkan sesuatu kepada Aya, Aya hanya mengangguk seperti setuju, lalu mereka berdua tertawa bersama. Sandra melirik mereka berdua, aduh..akrab sekali sih, gumamnya dalam hati.

Sandra bersyukur, Aya baik dan manis sekali selama film diputar. Disana ada beberapa anak kecil yang menangis, merengek dan meminta pulang saat ditengah-tengah film. Tidak terbayang apa yang Sandra harus lakukan bila Aya seperti itu. Selesai menonton, Aya merengek minta ke tempat bermain anak yang letaknya di lantai dasar mall, Keenan, seperti biasa, langsung mengiyakan permintaan Aya, beruntung anak Lila juga merengek hal yang sama, sehingga mereka semua langsung menuju tempat bermain anak yang terletak dilantai dasar, mereka menuju tempat anak. Sandra dan Lila setuju untuk menunggu diluar, sambil duduk dan meminum kopi mereka duduk dipinggir tempat bermain itu, sudah lama mereka tidak memiliki waktu berdua untuk mengobrol panjang, sementara Keenan dan Aya serta suami Lila dan anaknya sedang sibuk bermain bersama.

"Makin lengket kayanya nih sama Keenan?" tanya Lila, penasaran.

"Lengket gimana?" tanya Sandra, bingung.

"Ama Aya lengket gitu, kalau aku ga kenal kalian, kayanya udah mikir kalian itu ayah ibu sama anak tau ga" jelas Lila lagi.

"Keenan tuh deket emang sama Aya, La, dia kan temen abang Sena n kak Clara, dia tau Aya dari lahir pas di Jerman dulu, bahkan aku aja kalah lo nempel nya sama Aya," cerita Sandra.

"Baik Keenan tuh San, ga semua orang bisa deket sama anak kecil kaya begitu" jelas Lila.

"Iya" Sandra mengangguk setuju.

"Terus, nunggu apa?" tanya Lila.

"Maksudnya?" tanya Sandra, tambah bingung.

"Ajak kawinlah, " jawab Lila. Dia tertawa. Sandra memukul pahanya pelan.

"Dasar, ya kali, ini kalau Evan denger, marah dia" ucap Sandra.

"Evan??" Lila heran.

"Iya, Evan, gara-gara wajah aku n bang Keenan masuk tv tempo hari, terus kita sering dijodoh-jodohkan, Evan cemburu La, dia larang aku deket sama bang Keenan" cerita Sandra.

"Atas dasar?" tanya Lila lagi.

"Atas dasar?" tanya Sandra, tidak mengerti.

"Iyaaa..atas dasar apa dia larang deket sama Keenan?? Emang kalian pacaran??" selidik Lila.

Sandra diam, memang benar Evan sama sekali tidak pernah mengutarakan perasaannya kepada Sandra, walaupun sikapnya menunjukkan seperti menaruh hati kepada Sandra, Lila benar.

"Nah, belum kan?" tebak Lila saat melihat Sandra diam.

"Eemmm" Sandra bingung.

"Yakin deh, pasti belum kan? terus apa hak dia San??" jelas Lila.

"Ya..tapi dia bilang dengan jelas dia cemburu," Sandra mencoba bertahan dengan argumennya.

"Hello Sandra, kamu sama Keenan sama-sama single, Evan, bahkan bukan pacar kamu, lalu kenapa harus larang coba???"

Sandra diam. Pikirannya bingung, sebelah hatinya membenarkan perkataan Lila, tapi sebelah lagi seakan menolak perkataan Lila.

"Apa yang salah dari Keenan? Apa hebatnya Evan dibanding Keenan, San? kurang apa si Keenan, San?" tanya Lila lagi bertubi-tubi, seolah memilih Keenan ketimbang Evan.

Sandra diam lagi, tidak bisa menjawab.

"Kalau aku, jelas pilih Keenan, dia lebih dewasa San," Lila kembali meyakinkan Sandra.

"Ga tau deh La, " jawab Sandra akhirnya. Dia bingung harus menjawab apa.

Lila tertawa, menepuk pundak Sandra.

"San, udah 35 tahun, stop deh pikirin utang, kerja mulu, udah saatnya mikirin nikah, masa mau sendiri mulu, tunggu apa? Deketin aja Keenan, dia ga nolak kan dideketin sama kamu akhir-akhir ini? apalagi dia deket sama bang Sena, kak Clara, ama Aya nempel gitu, kurang apa San? Semenjak sama Keenan kamu bahkan jadi dekat lagi sama keluarga, artinya dia laki baik San. Buka hati ya," ujar Lila, ditatapnya sahabatnya dekat lekat. Lila tahu sekali, Sandra selama ini tidak memikirkan menikah karena kehidupannya yang berat selama ayahnya sakit, belum lagi masalah hutangnya yang menumpuk setelah ditinggalkan ayahnya. Dua tahun selama bekerja bahkan Sandra tidak pernah mengambil jatah cuti tahunannya, dia memilih untuk mengajukan diri saat jadwal libur bersama.

Sandra sama sekali tidak bereaksi dengan kata-kata Lila. Dia hanya menatap kedepan dengan mata kosong. Lila benar 35 tahun jelas bukan usia yang muda untuk menikah, teman-temannya bahkan anaknya sudah sekolah dasar saat ini, bahkan temannya yang telat menikah seperti Lila saja sudah punya anak balita. Mencari jodoh di usia setua itu jelas bukan hal yang mudah. Mata Sandra menangkap sosok Keenan yang sedang sibuk bermain dengan Aya. Memang tidak ada yang salah dari Keenan. Sandra merasa perasaan yang sangat nyaman bila bersama Keenan, tapi detak jantungnya dua kali lebih cepat bila dia bersama dengan Evan. Tapi Evan belakangan ini sulit sekali ditemui, tanpa ada alasan yang jelas.

"San, jangan melamun ah,," Lila menggoyangkan lengan Sandra, membuat Sandra tersadar dari lamunannya.

"hemmm ..ga ngelamun" jawab Sandra.

"Pikirin kata-kata yang barusan ya?" tanya Lila.

"Iya" jawab Sandra jujur.

Lila memeluk Sandra. "Udah, jalanin dengan happy, " ujar Lila.

Tidak terasa hari sudah hampir malam, Lila memanggil suami dan anaknya untuk pulang. Sandra ikut memanggil Keenan dan Aya.

"San, pamit duluan ya, sampe besok, yuk Dok Keenan," pamit Lila dan keluarganya.

"Sampai nanti La" balas Sandra.

"Mau kemana kita?" tanya Sandra kepada Keenan dan Aya

"Aya mau esklim" jawab Aya.

"Boleh, tapi setelah makan malam ya." jawab Keenan. Aya mengangguk setuju. Sandra lalu menggendong Aya.

"Aya sama tante aja digendongnya yaa..om Keenan nya kasian, capek".

Mereka bertiga menuju sebuah tempat makan di lantai dua, tempat makan itu menyediakan menu untuk anak, jadi Sandra dan Keenan tidak perlu bingung untuk makan Aya. Sesuai perjanjian Aya baru diberikan es krim setelah makan malam. Setelah makan, Aya langsung terlelap di pelukan Sandra.

"Kita pulang ya, kasian Aya udah tidur gitu" ujar Keenan setelah membayar makan malam mereka.

"Iya bang," Sandra setuju.

Sampai di apartemen, Keenan memilih untuk menemani Sandra sampai Sena dan Clara pulang. Mereka berdua menonton TV bersama diruang keluarga. Tiba-tiba Sandra mengingat semua perkataan Lila, dia menatap lekat wajah Keenan. Memang benar, apa yang kurang dari laki-laki ini, selain sikap dinginnya yang kadang muncul, pikir Sandra. Rasanya tidak rugi bila dia mencoba membuka hati kepada Keenan. Selama ini Sandra memang hanya menganggap Keenan seperti abangnya sendiri. Keenan membalas tatapan Sandra, dia bingung mengapa Sandra sedari tadi menatapnya dengan serius.

"Bang" ujar Sandra tiba-tiba.

"Ya?"

"Emmm.. boleh ga lain kali kita jalannya tanpa Aya?" tanya Sandra, sedetik kemudian dia menyesali pertanyaannya, dia merasa seakan-akan mengajak Keenan untuk berkencan.

Wajah Keenan berubah sedikit terkejut mendengar pertanyaan Sandra.

"Emm... maksudnya aku tuh bang.." Sandra menjelaskan terbata-bata.

"Boleh, minggu depan kamu mau kita jalan kemana?" jawab Keenan cepat memotong kalimat Sandra. Matanya menatap Sandra dengan lekat, membuat Sandra jadi salah tingkah.

"Emmm..kita lihat nanti ya" jawab Sandra cepat.

Handphonenya tiba-tiba berdering, itu dari Evan! Sandra terkejut melihat Evan menelponnya dimalam hari ini. Sebelumnya Evan bahkan tidak membalas pesannya.

Sandra pura-pura keluar menuju teras untuk menjawab panggilan.

"Halo?" sapa Sandra

"Sandra..kamu dimana??" Aku kangen, aku didepan rumah kamu sekarang," suara Evan diujung sana jelas Sandra rindu mendengarnya, tapi saat ini dia tidak mungkin pulang begitu saja, terlebih ada Keenan. Dengan terbata Sandra menjawab.

"Van...., aku..lagii sama keluarga aku..maaf, ga pulang ke rumah, " jawab Sandra, ada rasa menyesal disana.

"Oh ..yah.." Evan juga terdengar sedih.

"Maaf, kamu ga ada kabar, aku pikir kamu balik ke rumah," jelas Sandra lagi.

"Iya, maaf telat balas pesan kamu, aku ada operasi 3 cito dari sabtu sore..baru pulang minggu subuh.. aku tidur sepanjang siang ini, " jelas Evan. Mata Sandra meredup, pantas saja Evan sulit untuk dihubungi, dia pasti kelelahan, pikir Sandra.

"Iya, maaf, " jawab Sandra pendek.

Mereka pun berjanji akan makan malam bersama senin besok. Sandra menutup panggilannya dengan Evan, dan kembali ke ruang TV.

"San, telpon dari siapa?" tanya Keenan melihat Sandra kembali.

"Biasa, konsul pasien, " kilah Sandra. Dia lalu dengan cepat mengalihkan pembicaraan agar Keenan tidak curiga.

avataravatar
Next chapter