Siang itu Lidia mencoba menghubungi Gery, kekasihnya. Lidia yang masih berada dalam toko, berusaha menjauh dari tempat itu untuk menghindari suara bising. Ia memanggil kontak dengan nama Ayang Gery. Orang yang menjadi kasihnya sejak SMA.
Gery yang saat itu sedang santai di dalam counternya juga ingin mengubungi Lidia. Panggilan masuk dari kasihnya membuat Gery tersenyum dan segera menekan tombol telepon. Seperti biasa mereka makan bersama siang itu. Mereka juga membahas tentang Irawan, keponakan Gery yang menghabiskan waktu liburnya di rumah.
"Keponakanmu itu hampir selesai ya masa liburnya?" Lidia mengawali pembahasan tentang Irawan.
"Irawan, iya . Dua hari lagi dia akan kembali ke Kalimantan. Em, aku mau mengajaknya main bola dulu."
"Emang dia belum punya pacar? Mungkin dia mau jalan-jalan dulu dengan pacarnya, nanti malah kamu ganggu waktunya?"
"Aku tau Irawan. Dia belum pernah sekalipun dekat dengan wanita. Buktinya selalu ada waktu setiap aku ajak main Bola." Gery membantah Lidia dengan kata-katanya. "Nanti sore kamu ikut aku ya, biar kamu terpesona lihat aku pakai seragam bola, hahahha."
"Kamu ih, seneng ya goda aku terus. Iya deh, aku temenin kamu, aku pingin tahu selebrasi setelah buat gol."
"Ok, nanti akan aku tunjukkan padamu. Tunggu saja."
Sore yang dinanti pun tiba. Gery dan Irawan bersiap menuju lapangan sepak bola. Mereka terlihat lebih keren mengenakan kaos lengkap dengan sepatu bola. Kali ini Irawan tidak memakai topi, namun menautkan ikat kepala. Lidia begitu terpesona melihat penampilan Irawan. Wangi tubuh yang tercium hidungnya, membuat Lidia merasakan aura yang berbeda. Irawan sungguh mengalahkan pesona Gery, kekasihnya. Lidia duduk di tepi lapangan dan memperhatikan permainan mereka.
Sesekali Lidia mengabadikan momen itu, mengambil gambar melalui hpnya untuk nanti ditunjukkan pada Gery. Ia melihat hasil dari foto itu, menangkap keanehan yang ada di dalamnya. Irawan memberikan senyum dengan mengacungkan jempol dan telunjuknya seperti tanda cinta.
Lidia hanya menggelengkan kepala namun tak bisa menahan senyum di bibirnya. Senyuman itu terhenti ketika Lidia mendengar sorak menyuarakan gol. Gol yang dibuat Gery, membuatnya terpaku dan menunggu selebrasi yang akan ditunjukkan. Geri mulai membuka kaos dan menunjukkan sebuah tulisan pada Lidia "Love You Lidia". Tulisan yang membuat Lidia menutup mulut saking malunya. Menyembunyikan senyum dan merasa terpojok. Gery mengedipkan satu matanya dan mengucapkan kata itu dengan mulutnya.
"Love you Lidia."
"Love you too sayang." Balasan Lidia pada Gery.
Irawan segera menghentikannya untuk melanjutkan permainan.
"Sudah, jangan lama lama."
"Ok deh."
Pertandingan yang selesai hampir setengah 6 itu menyisakan kegembiraan di hati Gery. Ia berhasil mengalahkan Irawan dan timnya dengan skor 3-1. Gery mengantar Lidia pulang dengan perasaan puas dan memberikan hadiah padanya.
"Karena hari ini aku lagi seneng. Gimana kalau hadiahnya, besok kamu ikut aku ke peternakan. Untuk pertama kali, aku akan ajak kamu memberi makan sapi dan berada disana seharian. Aku akan ajak Irawan juga besok."
"Baiklah, aku sudah tidak sabar ingin kesana. Seperti apa sih peternakanmu? Aku mau melakukan apapun disana, asal jangan membuang kotoran sapimu ya!"
"Pasti kamu akan tahu bagaimana rasanya." Gery mencoba menggoda Lidia.
Lidia yang sejak tadi memegang baju dipinggang Gery kini mencubitnya sebagai balasan apa yang telah diucapkan Gery.
"Ih, aduh .. aduh.. Stop dong sayang. Piss, nggak lagi-lagi deh. Tadi kan cuma bercanda. Gitu aja marah."
Lidia turun dari sepeda motor Gery. Ia segera masuk kedalam rumah setelah melambaikan tangannya. Tas yang ia pakai sekarang tergeletak pada meja kecil di kamarnya. Lidia yang masih terngiang dengan pesona Irawan, kemudian mencari hpnya untuk melihat foto yang tadi diabadikan.
"Irawan, 11 12 dengan Gery. Mudaan dia, murah senyum lagi." Gumam Lidia dengan melihat foto-foto itu. Dia tak bisa menahan gejolak dalam hatinya setiap membayangkan Irawan. Apalagi jika mereka berada pada tempat yang sama. Lidia belum menyadari akan perasaan yang mengganggunya itu.
Lidia merebahkan diri sambil memejamkan mata. Ia mendengar pesan masuk dari hpnya. Perlahan membuka mata dan melihat siapakah disana.
"Sudah sampai rumah ya mbak?" Chat whats app itu dari Irawan. Sontak hatinya tergetar dan senyum terkembang di wajahnya.
"Sudahlah. Baru saja sampai." Jawabnya singkat.
"Ngomong-ngomong, besok hari terakhir ku disini. dan aku memilih penerbangan sore hari."
"Iya ya, waktu liburmu sudah habis. Tadi Gery bilang mau kasih aku hadiah karena sudah berhasil mengalahkanmu."
"Wah, mas Gery romantis sekali ya. heheh. Boleh aku tau apa hadiahnya ?"
"Dia juga akan mengajakmu. Jadi tunggu saja ya, pasti dia akan menghubungimu."
"Aku penasaran, aku mau diajak kemana. Apa kita mau ke pantai, touring, atau lainnya?"
"Ah, kamu kenapa kepo seperti masmu sih. Sodara gitu ya 11 12."
"Beda lah, kalo aku kan lebih muda."
"Brati besok pertemuan terakhir kita dong."
"Kenapa bisa bilang gitu? Kan kamu punya kontakku, aku bisa menghubungi kapan saja, iya kan."
"Begitu ya, nanti ada yang marah?" Tanya Lidia ingin tahu.
"Siapa yang marah, paling mas Gery, hihihi. Besok jangan kesiangan ya jalannya. Aku takut ketinggalan pesawat."
"Hahay, nggak lah. Pagi soalnya mau ke peternakan. Jadi bangunnya subuh ya !"
"Owh,, kita akan ke peternakan ya. Baiklah, aku belum pernah main kesana. Tunggu aku besok ya mbak.".
"Kan, jadi keceplosan akunya. Kamu sih, mancing-mancing. Mandi dulu sana! Baunya ampe sini."
"Iya, iya. Selamat malam mbak, see you tomorrow di peternakan."
"ish, ish."
Lidia meletakkan hpnya di meja kamar seraya menutup pintu dan mulai dengan aktivitas malamnya. Dia sibuk dengan laptop dan merekap hasil penjualan alat elektronik di toko. Dia sampai lupa untuk menghubungi Gery karenanya.
Sedangkan Gery menghubungi Irawan untuk memberitahunya tentang ajakan ke peternakan. Gery mulai menelepon dengan nada ramah dan bersahabat.
"Hallo wan, besok kamu ikut mas ya ! Lihat-lihat ke peternakan aku."
"Siap mas, kebetulan kan aku belum pernah kesana. Tapi kenapa kamu tumben ngajak aku ke peternakan? Jangan-jangan kamu kasih pr aku ya? Apa aku akan disuruh ngrawat sapi-sapimu? Wah, kamu memanfaatkan kesempatan ni." Irawan memberondong pertanyaan pada Gery.
"Kamu ini, kenapa berpikir begitu. Ya aku pingin aja ngajak kamu kesana, melihat sapi-sapiku. Siapa tahu kamu juga punya bakat jadi peternak. Kan bisa nambah pundi-pundi juga."
"Aku nggak tertarik dibidang itu. Belum paham juga. Nanti yang ada malah gagal."
"Payah kamu, belum apa-apa sudah ngomong gagal. Jadi orang tu optimis, percaya diri aja dulu. Jangan nglokro !"
"Mau gimana lagi, orang aku nggak suka bidang itu."
"Pokoknya besok harus bisa ikut aku ya. Jam 7 kamu harus sampai sini, nanti naik mobil aku saja !" Pinta Gery.
"Aku tidak bisa. Aku mau cari sesuatu dulu setelah dari sana. Aku ambil penerbangan sore hari. Jadi nanti jangan lama-lama ya di peternakanmu !"
"Oh, ya sudah kalau kamu ada acara lain. Bawa motor aja ! Tenang, jam 2 paling sampai rumah. hahaha."
"Kenapa lama sekali?"
"Hahahah, gitu aja kaget. Ok, pokoknya besok aku tunggu ya di rumahku. Assalamualaikum."
"Siap. Waalaikumsalam." Akhir telepon Gery dan Irawan.
Malam itu ditutup dengan kegiatan masing-masing. Gery selalu membaca qur'an setelah menunaikan ibadah isya'nya, sedang Irawan asyik main game hingga tengah malam. Gery melakukan kesalahan pertama dengan mengenalkan Irawan pada kekasihnya. Kedua, Gery mengajak Lidia untuk melihat pertandingan bola antara dia dan Irawan. Hal itu kelihatan biasa saja, namun muncul gejolak pada hati keduanya. Irawan dan Lidia merasakan sesuatu yang berbeda dan terus mengganggunya. Gery tak menyadari hal tersebut karena percaya pada Lidia.
Keheningan malam, membuat ketiganya larut dalam tidur. Selimut tebal yang menemani malam itu menjadi saksi bagaimana suasana malam sunyi dan dingin. Mereka terlelap dalam mimpinya masing-masing.
*
*
*
Stop sampai disini bab 4 nya. Ada yang mulai merasakan getaran-getaran cinta. Wah, gawat dong.