webnovel

SEBUAH MIMPI

Aku tahu saat ini para sahabatku sedang berdiri kokoh di ruang tamu untuk menunggu aku berdiri tegar disana dan berteriak lantang hingga memecahkan kesunyian kampungku. Mereka berharap aku menjadi sahabatnya yang berjuang seperti memperjuangkan pernikahan mereka, tapi aku tetaplah Ami milik keluargaku yang kehidupannya akan diatur oleh adat, entah akan berakhir dengan tangis atau senyum namun selama ini yang aku tahu ketika adat telah masuk dalam hidupkudan mengatus semua tindakanku maka yang ada hanyalah keberhasilan semu yang nampak dari luar namun penuh dengan air mata dalam hati, sebuah keberhasilan yang tidak akan memuaskan hatiku sendiri namun keberhasilan yang membuatku kecewa dan menangis namn membuat keluargaku bangga, buat apa keberhasilan yang ternyata hanya buat orang lain bahagia dan tidak buat diriku bahagia…???.

"Cinta bukan hanya sekedar ungkapan saja, mungkin itu bagi yang belum dan mungkin tidak pernah merasakannya, cinta tidak boleh kalah oleh apapun, selama cinta itu masih suci dalam lindungan Allah maka apapun tak bisa menghalaunya apalagi jika hanya system adat yang kacau balau ini, kalian menuntut sesuatu yang sebenarnya dalam islam tidak pernah ada tuntutan untuk itu, bukan kewajiban dan bukan syarat sahnya pernikahan, bukankah pernikahan yang paling Allah ridho padanya pernikahan yang sedikit maharnya…???? Mengapa sekarang ada tuntutan untuk mahar yang mahal, aturan mana yang mencatat itu ?, bukankah adat hanyalah buatan manusia…??? Tapi mengapa hukum itu lebih sempurna dan dihormati ketimbang hukum yang telah Allah sendiri cantumkan dalam Alquran…??? Kalian mengaku agama islam tapi tidak melaksanakan sesuai dengan syariat Islam, atau mungkin hanya dalam KTP saja…???. Aku mencintainya karena Allah… bukan karena hartanya, jika karena hartanya pastilah dia mampu untuk membayar mahar itu… aku mencintainya dengan suci dan tulus tanpa ada noda karena yang aku tahu bahwa cinta itu suci dan aku berhak untuk memperjuangkan cinta suci itu" tapi kata-kata itu hanya berputar di otakku, jadi konsep yang membuat kepalaku pusing karena tak mampu mengucapkannya, bukan karena kalimatnya yang panjang tapi karena aku tidak mampu untuk melawan keluargaku. Aku tidak bisa mengatakan tidak ketika mereka mengatakan iya, aku tidak bisa berbuat apapun untuk mimpiku, untuk mimpi yang aku bangun dengan tetesan air mata dan juga cinta, aku tidak bisa menyalahkan siapapun, aku tahu mereka ingin kebahagianku meskipun salah, namun bisakah untuk saat ini dan berlaku padaku saja bahwa adat janganlah jadi ukuran dalam pernikahanku tetapi agamalah yang jadi ukuran, aku tidak ingin melawan dan membuat kalian menangis keluargaku… tapi tidak kasihankah kalian melihat mataku yang bengkak… aku sudah lelah menangis, kepalaku sudah pusing.. keluargaku apa yang salah..??? jika saja alasan kalian menolak sama dengan yang tertera dalam kitab suci Alquran maka dengan ikhlas aku bisa terima, dia memang bukan Muhammad SAW yang sempurna akhlaknya, dia memang pernah melakukan kesalahan tapi bukankah dia umat yang mampu untuk menjaga kehormatan dirinya dan berjuang untuk bisa melaksanakan Sunnah Rasulullah SAW dan berusahan untuk memiliki akhlak yang baik, siapa yang tidak pernah berbuat buruk dan siapa pula yang tidak pernah berbuat baik ?. maka atas nama Allah terimalah dia apa adanya dalam ketulusan dan juga dalam kehalalan namun ternyata kalian telah dibutakan oleh adat… harga diri seorang perempuan ada pada maharnya, kasihan aku yang dinilai dengan uang, martabat seorang perempuan itu terletak pada maharnya, kalian sebenarnya salah… untuk apa semua itu, itu sama saja dengan memperjual belikan perempuan tapi itulah system adat yang kekuatannya kalian percaya mampu untuk melebihi kekuatan dari kitab suci Alquran yang Allah turunkan untuk mengatur manusia.

"Mengapa dalam keluarga kita seorang gadis itu mahal…??? Karena dalam keluarga kita terjadi kontrak mati dalam pernikahan, jika sang istri selingkuh maka sang suami berhak untuk membunuhnya tanpa ada hukum apapun yang berhak untuk mempermasalahkannya termasuk ukum pemerintah, karena hukum adat selalu menang di depan hukum apapun karena itu wanita dalam keluarga kita harus menikah dengan mahar yang mahal…" salah… kalian salah… baru saja mereka akan memulai hidup baru, kalian sudah berpikiran jelek untuk pernikahan itu, bukankah islam melarang perselingkuhan…??? Mengapa kami tidak didik menurut islam saja bukan menurut adat…??? Jika aku mencintai suamiku sebagai pemimpin pilihan Allah buatku maka jangankan selingkuh melirik lelaki lain saja sudah aku haramkan pada mataku, bukankah karena dengan alasan yang sama pula kami kaum hawa dianiaya..??? karena alasan pernikahan adalah jual beli maka mereka berhak untuk melempar dan mencabik serta memperlakukan seorang istri lebih dari binatang karena seorang suami berhak melakukan itu pada barang yang telah dibelinya, yach… aku tahu banyak yang bahagia dengan aturan adat itu, tapi bukankah yang tahu kebahagian itu adalah diri pribadi…??? Bukan orang lain apalagi adat, mengapa hukum adat itu begitu berkuasa sampai mengalahkan semua hukum yang berlaku di muka bumi ini..???.

Aku masih ingat lima tahun yang lalu ketika aku tamat SMU… dengan linangan air mata, aku minta pada orang tuaku untuk menyerahkan takdir dan juga masa depanku di tanganku, menyerahkan mimpiku, tapi apa yang terjadi dengan teganya mimpi itu mereka rampas untuk kebahagian mereka, merempas apa yang aku inginkan dan menggantinya dengan mimpi buruk, merampas sesuatu yang buatku paling berharga saat itu, mereka tidak mau tahu akan lukaku, mereka selalu menganggap bahwa merekalah yang benar,mereka melahirkanku untuk mengikuti perintahnya bukan untuk menjadi siapa yang aku inginkan, karena buat mereka mimpi indah itu tidak lebih penting dari kenyataan yang pahit namun mereka lupa bahwa siapa yang tahu takdir akan mengantarku pada keberhasilan yang seperti apa…??? Mereka dan aku tidak akan pernah tahu bahwa di balik semua ini ada scenario yang indah yang aku akan bersyukur pada-Nya, yang mereka tahu ketika anak mampu untuk membuat bangga orang tuanya di depan adat itu lebih dari cukup meskipun aku tidak sholat, adat tidak mempermasalahkan ketika aku ternyata melangkah melanggar syariat islam namun yang dipermasalahkan adat ketika aku menentangnya karena sedang memperjuangkan syariat Islam yang aku pegang teguh, dunia memang telah terbalik.. yang baik menjadi buruk dan yang buruk malah menjadi sesuatu yang baik.

Penulis.. aku hanya ingin menjadi penulis… menjalani hidup yang sederhana dan yang pastinya menjalani semua mimpiku… hanya mimpiku dan untuk mimpi itu aku sanggup untuk menerima apapun resikonya… tapi itu hanya menjadi mimpi empat tahun silam dan saat ini aku harus terdampar pada pulau kebencian dan juga mimpi buruk. Pulau yang berpenghuni manusia yang keras kepala dan memaksakan kehendak pada orang lain, pulau yang mengatakan bahwa yang benar buat mereka adalah sebuah kebenaran hakiki dan tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun, pulau yang berpenghunikan manusia primitive yang tidak mau tahu hukum Allah namun mementingkan hukum adat, itulah pulau mimpi burukku berawal dan tidak akan pernah berakhir hingga batas waktuku untuk hidup di dunia ini.

Aku ingin menjadi seorang penulis yang mengurus rumah tanggaku sendiri, dengan gaji secukupnya dari suamiku yang PNS yang mungkin menurut orang itu dengan gaji yang kecil namun halal dan Insya Allah membawa berkah dalam hidup kami, Seorang PNS dengan golongan rendah namun punya cinta yang besar untukku, Ditambah dengan penghasilanku sebagai seorang penulis itu sudah lebih dari cukup untuk hidup sederhanaku dan juga hidup anak-anakku kelak, aku mengatar suamiku di pagi hari untuk ke kantor, lalu membersihkan rumah, memasak untuk makan siang suamiku dan menulis ketika semuanya selesai aku kerjakan, aku menulis sambil menunggunya pulang dari kantornya dan begitulah aktivitasku setiap hari, tak ada kejenuhan di dalamnya karena aku menjalaninya dengan penuh cinta, keikhlasan dan ketulusan, benar adanya tak ada yang lebih indah dari mimpi dan surga. Dan aku tidak bisa untuk meraih mimpi itu karena keegoisan keluargaku yang melumpuhkan semua yang aku miliki, menghancurkan apapun yang aku punya, memusnahkan harapanku dan mempersembahkan air mata di setiap detik dalam hidupku, apakah itu tanda cinta dari keluargaku…??? Mengapa aku merasa ragu dengan semua itu…???. Aku ragu dengan cinta orang tuaku, jika boleh jujur ini tidak adil buatku.