webnovel

Lelaki Jenius Itu Ternyata Cewek!?

Kaylee tampak seperti perempuan usia 25 yang normal. Tapi dia memiliki dua rahasia yang besar. 1) Dia adalah pianis melegenda 2) Dia menyamar sebagai pemuda 18 tahun di kampus!? Disaat dia mulai terbiasa dengan kehidupan gandanya, dia sadar dia jatuh cinta dengan dosen tampannya. Bukankah kehidupannya sudah cukup rumit? Ternyata tidak berhenti sampai disitu, karena dosennya memiliki identitas tersembunyi yang mengejutkannya! Dijodohkan dengan perempuan yang tidak diketahui, seorang dosen muda bernama Declan Black tengah menanti kedatangan seseorang selama bertahun-tahun. Tapi dia malah tertarik dengan salah salah satu mahasiswa di kampusnya. Dan yang lebih aneh adalah mahasiswanya tidaklah seperti yang ditunjukkannya.... lalu bagaimana dengan calon istri yang dipilih ibunya? Apakah keduanya akan mengetahui identitas tersembunyi pasangan mereka? Atau lebih banyak rahasia yang akan membuat perasaan mereka menjadi mustahil? Ikuti kisah mereka hanya di 'Lelaki Jenius Ternyata Cewek!?'

VorstinStory · Urban
Not enough ratings
352 Chs

Bab 21 Cinta Pertama Declan

Declan tiba tepat pada waktunya ketika Roe keluar dari ruang tunggu dan melangkah ke atas panggung dengan gerakan yang elegan. Declan tidak pernah bertemu atau mendengar pertunjukan resital gadis itu secara langsung.

Dia tahu semua orang mengenali siapa Roe dan mengagumi penampilan pianonya. Tetapi Declan tidak pernah mendengarnya karena dia berpikir, tidak peduli seberapa banyak dia mendengarkan permainan Roe, tidak ada yang bisa mengarahkan hati dan jiwanya melalui musik selain 'orang' itu.

Declan duduk di ujung baris kursi tertinggi sambil mengamati gerakan Roe, yang sekarang membungkuk untuk memberi hormat kepada hadirin.

"Tamu malam ini adalah Roe?"

"Roe akan bermain piano?"

"Dan kita bisa mendengarnya secara gratis??"

"Apakah ini mimpi? Aku tidak ingin bangun dari mimpi ini."

Declan bisa mendengar suara-suara dari penonton yang terkejut melihat Roe tampil di atas panggung. Mereka semua terkejut tetapi terlihat sangat antusias dan tidak sabar untuk melihat Roe duduk di kursi piano dan menarikan jari-jarinya yang begitu ahli bergerak di atas tuts piano.

Penampilan solo sebelumnya seharusnya bernama James Wong, seorang pianis paling berbakat dari China. Energi dan penekanan dalam mentransmisikan melodi pianis asal negeri tiongkok ini sangatlah luar biasa, membuat siapa pun bergidik mendengarnya.

Declan menyetujui untuk mengundang James Wong karena dia tahu permainan pianis itu sanggup mengejutkan para kontestan karena dia sendiri yang memilih orang itu untuk menjadi mental shock bagi para kontestan.

Setiap tahunnya, ajang kompetisi piano ini selalu memiliki mental break test sebelum mencapai babak final. Tahun lalu Declan membuat kontestan terpaksa mengubah lagu mereka menjadi bagian yang sama secara tiba-tiba, membuat lima kontestan keluar di babak berikutnya.

Tahun ini, atas permintaan ketua tim panitia, ia menyarankan untuk menghadirkan sosok pianis yang memiliki aura dan wibawa yang kuat serta menetapkan standar penilaian kontestan agar sesuai dengan aura yang sama dengan pianis tersebut. Ini akan melemahkan semangat para kontestan dan membuat mereka merasa tidak aman dan gelisah.

Declan setuju dan memilih James Wong sebagai pianis terpilih. Dia bahkan menciptakan sebuah mahakarya tertentu dan memberikannya kepada James Wong untuk dipelajari sebulan yang lalu. Tetapi tiba-tiba, pianis tersebut memiliki kecerobohan yang tidak terduga sehingga lengan dan kakinya terkilir hingga menjadi bengkak.

Dia belum pernah mendengar Roe bermain piano, dan dia tidak tahu apakah gadis itu bisa membuat mental para kontestan terguncang atau tidak. Jika permainan piano Roe lemah, tingkat kesulitan kompetisi piano tahun ini akan dianggap rendah.

Declan berharap setidaknya Roe tidak terlalu lemah untuk memainkan lagunya. Terutama dia membuat lagu untuk pianis pria, dan tidak mungkin pianis wanita bertampang lemah seperti Roe bisa menonjolkan warna asli lagu itu.

Suara dari bisikan keramaian menjadi sunyi begitu semuanya melihat Roe duduk dengan begitu anggun di kursi piano.

Para kontestan yang sudah menunggu di ruang tunggu dan melihat suasana panggung melalui televisi besar yang disediakan memutuskan untuk keluar agar bisa melihat live performance Roe secara langsung.

Tangan Kaylee terangkat tepat di atas tuts piano tanpa menyentuh benda hitam putih itu. Tanpa disadari oleh semua orang, para penonton, para kontestan, termasuk Declan, dan para juri lainnya menahan napas, menunggu Roe menurunkan tangannya untuk memulai karya tersebut.

Sementara itu, Kaylee yang masih menggantungkan tangannya di atas tuts piano, memejamkan mata mengingat rangkaian not balok yang pernah dibacanya.

Untuk mempelajari lagu yang belum pernah didengar atau dimainkannya sebelumnya, Kaylee rela tidak makan dan membiarkan perutnya terasa lapar. Ditambah lagi, lagu ini bukanlah jenis musik yang cocok dengan seleranya.

Karakter lagu ini agresif dan bermartabat, seakan mendengar gabungan suara yang dibentuk dari sebuah orkestra. Ada suara string, brass, dan perkusi menjadi satu. Tapi dia harus memainkan suara-suara itu dalam suara piano.

Dia tidak tahu siapa yang menggubah lagu ini, tapi dilihat dari pola melodi dan gaya distribusi dinamis di setiap daerah, Kaylee menduga bahwa pencipta lagu itu adalah Black Moon.

Jika itu benar, maka Kaylee akan memainkannya dengan sepenuh hati dan keluar dari zona nyamannya. Ini adalah pertama kalinya dia memainkan mahakarya idolanya. Dia tidak pernah bertemu Black Moon karena orang itu tidak pernah muncul di majalah atau televisi.

Tapi setiap kali dia memainkan lagu Black Moon di studionya, Kaylee merasa dia selangkah lebih dekat dengan orang itu.

Setelah menghafal bagian rumit dari lagu yang dia pelajari, Kaylee menarik napas dalam-dalam dan kemudian membuka matanya. Detik berikutnya, kedua tangannya jatuh dalam satu benturan keras, menciptakan nada yang terdengar begitu menakutkan dan mendominasi aura semua kontestan.

Kaylee memulai akord pertamanya dengan nyala api yang sangat besar, sesuai dengan keinginan pencipta. Dan gadis itu melanjutkan rekreasinya dengan semangat yang sama dan tidak pernah padam. Faktanya, nyala api yang dimilikinya semakin membesar, membuat semua orang berkeringat dingin.

Masing-masing penonton, termasuk juri, merasakan bulu tengkuknya terangkat di setiap tuts yang dimainkan Roe. Bahkan penulis lagu, Declan… menatap Roe dengan takjub.

Sang pencipta lagu bisa merasakan semangat pejuang yang membara di permainan Roe seolah-olah itu bukan seorang gadis yang memainkan lagunya.

Declan bahkan tidak merasa terpana ketika mendengar James Wong memainkan lagunya.

Bagaimana mungkin... seorang gadis seanggun dan lemah seperti Roe bisa menciptakan aura mendominasi yang penuh dengan martabat?

"Roe... dia seorang jenius." tiba-tiba, mata hitamnya berbinar pada gadis yang sepertinya menyatu dengan grand piano hitam di atas panggung.

Declan tidak tahu kenapa, di ruangan yang dipenuhi banyak orang ini, tiba-tiba menjadi kosong, dan matanya hanya bisa melihat sosok Roe yang sedang bermain piano di atas sana.

Cara gadis itu membawakan lagunya, aura gadis itu saat memainkan musik membangkitkan hasratnya yang sebelumnya terpendam.

Ini adalah kedua kalinya dia merasakan perasaan ini. Dia merasakan cahaya menuntunnya berjalan menuju pintu keluar dari dunia gelapnya.

Pertama kali adalah ketika dia hendak bunuh diri delapan tahun lalu. Namun... permainan piano orang itu menyelamatkannya.

Pada awalnya, dia mengira Nicholas Larson adalah 'orang' itu, tetapi… entah bagaimana… nalurinya mengatakan kepadanya bahwa Roe adalah 'orang' itu.

Apakah… Roe, penyelamatnya? Apakah Roe cinta pertamanya?

[Declan: Lebih baik Roe menjadi cinta pertamanya daripada Nick]

[Author: Roe dan 'Nick' dan juga pengantin pilihan ibumu adalah orang yang sama, duh!]