webnovel

BEGINNING - 2

Tatapan dari John membuat matanya berkaca-kaca. "Katakan, mengapa ini terjadi padaku? Apakah aku melakukan hal yang salah sehingga harus melalui ini semua?!" tanya Jane yang mulai menangis.

John memegang kepalanya sendiri dengan ekspresi wajah penat sambil berkata dalam hatinya seraya menarik nafas panjang. Fuck! Shes crying now (Brengsek! Dia sekarang menangis).

John yang tak kuasa melihatnya menangis, merasa bersalah karena telah meneriakinya. "Tidak, kau tidak melakukan kesalahan apapun, I apologize for yelling at you, (Tidak, kau tidak melakukan kesalahan apapun, aku meminta maaf karena telah meneriakimu,)" tukas John seraya memeluk Jane.

Jane menangis dalam dekapannya namun dengan para pemburu yang sedang mengejar mereka, ia tidak punya banyak waktu untuk drama semacam itu.

John melepaskan pelukannya. "Sekarang kita harus saling membantu," tukas John padanya.

John mengeluarkan sebuah peta dari sakunya dan menaruhnya di lantai, ia berjongkok dan mencoba memperhitungkan jarak menuju tempat tujuan berikutnya.

Peta tersebut memiliki banyak coretan diatasnya, karena sebelum melakukan misinya, ia sudah terlebih dahulu mempersiapkan rute pelarian karena semua hal bisa saja terjadi.

Selesai dengan hal itu, John berdiri dan memasukkan kembali peta tersebut ke dalam sakunya.

Ia melihat Jane sudah tidak menangis. "Kita akan bergerak secara sembunyi-sembunyi agar tak tertangkap kamera cctv, karena mereka selalu mengawasi," tutur John padanya. "Mulailah berjalan."

Mereka kembali berjalan kaki menyusuri gang tersebut, namun baru beberapa meter saja, Jane kembali bertanya.

"Kenapa kita tidak naik kendaraan?" tanya Jane.

"Haha! Great idea! (Haha! Ide brilian!)" sahut John dengan tawa mengejek. "You want to die as it was an ordinary accident on the news? if you want, let's do it then, cause I don't have any complaint since I can survive. (Kau ingin mati seolah itu hanyalah kecelakaan biasa di berita? Jika kau ingin, mari lakukan, karena aku tidak akan komplen sebab aku bisa selamat.)"

Saat mereka sedang berjalan, firasat John mengatakan jika ada sesuatu jauh di depan.

Ia melihat para pemburu sudah berada disana dan mencoba mengejar mereka berdua.

"Lari! Masuk kedalam gedung! Cepat!" perintah John yang tidak menyangka jika para pemburu secepat itu menemukannya.

Mereka berdua berlari sambil mencoba membuka setiap pintu gedung yang mereka temui satu-persatu.

"Semua terkunci! Kenapa kau tidak menembak gemboknya?" tanya Jane dengan panik sambil memegangi gagang pintu.

"Ini bukan film!" sahut John yang berada di belakangnya.

Deziing, deziing, deziing. Suara peluru berterbangan ke arah mereka berdua.

Para pemburu menembaki mereka berdua menggunakan senjata api yang diberi peredam, dan beberapa diantaranya membawa senjata berlaras panjang.

Mereka berdua berlari menghindari hujan peluru, John berlari mendahului Jane sambil mencoba beberapa pintu yang akhirnya ia menemukan pintu yang tak terkunci.

"Kemari, hurry! (Kemari, cepat!)" teriak John sambil memegang gagang pintu.

Jane berlari ke arahnya dan mereka berdua masuk kedalam bangunan tersebut.

John langsung menguncinya dengan menggeser slotnya lalu mematahkan tongkat pel dan mengganjalkannya, seraya mengambil granat dari sabuk yang berada di pinggangnya kemudian merekatkannya pada pintu tersebut menggunakan lakban yang selalu ia bawa.

Pin pemicu granat tersebut di ikat pada tali, dan tali tersebut ia tempelkan pada tembok menggunakan lakban, jadi ketika para pemburu membuka pintu tersebut, pin pemicunya akan terlepas dan granat tersebut akan meledak.

Sementara itu diluar gedung, beberapa hunter mencoba menembak pintu tersebut namun Jack menghentikannya.

"Berhenti! Jangan di tembak, itu takkan berguna karena dia bukan orang bodoh," tukas Jack kepada anggota timnya.

Para hunter menatap ke arahnya dan Jack berjalan mendekati pintu, ia berdiri tepat di depan pintu tersebut. "I know you're still there Mr. Protector, you recognise my voice right? How it feels to kill someone? Is it pleasant? And thanks for the scar you left on my ear, (Aku tahu kau masih disana Tuan Pelindung, kau mengenali suaraku kan? Bagaimana rasanya membunuh seseorang? Apakah itu menyenangkan? Dan terimakasih atas luka yang kau tinggalkan ditelingaku,)" tutur Jack kepada John yang berada di dalam gedung.

John hanya terdiam, ekspresi wajahnya berubah marah dan Jane berada dibelakangnya mendengarkan hal itu.

"I've been waiting for this day since ten years ago, how long has it been since we known each others, twenty years? You're old now, to get shot so easily like that, (Aku sudah menunggu sejak sepuluh tahun lalu agar hari seperti ini datang, sudah berapa lama sejak kita mengenal satu sama lain, dua puluh tahun? Kau sudah tua sekarang, dengan mudahnya tertembak seperti itu,)" sambung Jack mengejeknya.

Krek. Suara John mengeretakkan giginya.

Amarahnya memuncak karena provokasi yang dilakukan oleh Jack.

"Split up, and find another way in, (Berpencar, cari jalan masuk lain,)" perintah Jack pada anggota timnya.

John mengarahkan senjatanya ke arah pintu dan bersiap untuk menarik pelatuknya, namun ia mengurungkan niatnya karena tahu itu takkan berguna.

"Apakah itu benar? Apakah kau benar-benar membunuh orang?" tanya Jane yang kaget karena mendengar perkataan dari Jack.

"Mari bergerak," tukas John menarik lengan Jane.

"Jawab aku!" bentak Jane seraya melepaskan tangannya dari genggaman John.

"Aku akan memberitahumu ketika semua ini berakhir."

"Bagaimana bisa aku mempercayaimu?" tanya Jane.

"Percayalah…."

John memindahkan pistol yang dipegangnya ke genggaman Jane, kemudian ia memegang tangan Jane dan mengarahkan pistol tersebut ke kepalanya sendiri.

Ia menatap mata Jane. "Shot me if you want, (Tembak aku jika kau ingin,)" saran John.

Jane menaruh jarinya di pelatuk pistol dan menatap dengan ragu-ragu, ia ingin menarik pelatuk tersebut namun ia takkan sanggup melakukannya.

Ia mengarahkan pistolnya ke bawah dan memberikannya kembali pada John.

John mengambil pistolnya dari tangan Jane dan memasukannya kembali ke dalam sarung, ia memandunya menaiki tangga menuju lantai lima sambil mengecek setiap pintu.

Setelah beberapa menit, ia menemukan sebuah ruangan yang cocok untuk dijadikan tempat bersembunyi, dengan teliti ia memeriksa isi ruangan tersebut dan menemukan sebuah lemari.

"Kemari, diamlah disini dan jangan buat suara," perintah John kepada Jane. "I'll dealt with that bastard, ("Aku yang akan berurusan dengan bajingan itu,) sambung John dengan urat-urat yang menonjol.

"Kenapa?"

"Take and wear this, (Ambil dan kenakan ini,)" tukas John memberikan pistol dan memakaikannya helm tempur.

"Apakah kau akan meninggalkanku?" tanya Jane.

"… …."

John tidak menjawabnya, ia memberikan radio komunikasi kepadanya setelah itu pergi menjauh darinya.

Ia berjalan menuju jendela dan mengeluarkan pedang pendek dari sarungnya, bersiap dengan rencana yang ada di pikirannya.

Dalam keadaan seperti itu, menggunakan pedang pendek adalah pilihan yang tepat karena lorong bagungan tersebut cukup sempit dan ia tidak akan leluasa jika menggunakan pedang panjang.

John bergerak menuju lantai tiga dan membobol semua pintu yang ada disana.

Ia membuat jebakan dengan menggunakan trik yang sama, yaitu mengaitkan granat di pintu.

Sementara itu para pemburu mengitari blok tersebut dan mendapati jika bangunan yang dimasuki oleh John sedang di renovasi.

Jack masuk dari bagian depan gedung di ikuti lima langkah kaki dari hunter lain.

"Stay here, shot him if he's showed up, (Diam disini, tembak saja jika dia muncul,)" perintah Jack kepada Ivana.

"Okay."

"Split up and becareful, (Berpencar dan berhati-hatilah,)" sambung Jack.

Ketika mereka akan berpencar, hunter lain pun tiba disana.

Next chapter