webnovel

Epilog

Sementara itu di dimensi paralel

Jakarta , prefekur Indonesia , Kekaisaran Jepang

Sungguh hari yang membosankan . Pergi , kerja , pulang . Hidupku seperti diulang-ulang. Bagian terberatnya adalah ketika aku haus berebut MRT ke tangerang. Huh , andai aku punya mobil listrik seperti orang-orang jepang. Tapi aku bisa apa , aku cuma juru ketik biasa.

Hari itu, sebelum pulang kerja , aku mampir ke sebuah taman tak jauh dari kantorku. Tak banyak yang mengunjungi taman ini , hanya beberapa remaja jepang , seorang musisi sunda , dan beberapa anggota polisi. Aku diam sejenak, menikmati kesunyian di sekitarku. Orang berlalu lalang ditaman, menyibuki diri dengan urusan mereka masing masing. Sama sepertiku , setiap hari mereka hanya bekerja bekerja dan bekerja. Kadang aku iri melihat orang orang jepang yang sehari-hari kerjanya bersenang-senang , menghamburkan uang orang tua mereka dan berpacaran dengan wanita wanita cantik , sementara kami , kerja siang malam mengejar uang seratus ribu yen. Bahkan banyak yang digaji dengan rupiah. Jika Indonesia benar benar merdeka , kurasa nasib kami tidak begini. Setidaknya kami tak harus bekerja bekerja dua belas jam sehari dan hanya digaji seratus ribu yen.

Dan hujan pun turun. Padahal aku baru saja ingin menikmati waktu luangku. Niatku untuk bersantai-santai di taman ini sirnalah sudah. Aku segera berdiri , lalu berlari kearah kedai kopi tak jauh dari taman ini. Namun langkahku terhenti. Tak sengaja aku bertatap muka dengan seorang gadis yang parasnya bahkan ribuan kali lebih cantik daripada Aktris prefektur Hollywood. Matanya bening, kulitnya bersih seputih salju dan wajahnya begitu bersinar layaknya berlian. Dia gadis jepang paling cantik yang pernah aku lihat. Dan lebih hebatnya , ia sedang menatap mataku dengan tatapan yabg begitu dalam. Aku sempat terpana , namun sesaat kemudian aku teringat kewajibanku sebagai seorang Inlanders

"Ano.... Koniciwa... " Aku membungkukkan badanku memberi salam kepada gadis cantik ini. Beruntung ia tidak meneriakiku seperti yang pernah dilakukan oleh putri Bossku. Namun ia tidak membalas salamku. Punggungku mulai terasa sakit . Tak lama aku mendengar kata kata halus dari mulutnya.

" Konichiwa." Ia menjulurkan tangannya dan kami pun berjabat tangan. Ini adalah pertama kalinya aku berjabat tangan dengan wanita jepang. Ia terlihat seperti wanita baik-baik. Aku tak mampu berkata apa apa , karena saat itu aku terpana dengan paras cantiknya yang bagaikan dewi di kahyangan.

" Kamu Kevin kan? " Sapanya dalam bahasa jepang. Aku heran bagaimana bisa wanita secantik dirinya bisa mengenali aku. Wajahku memerah karena. Terbata-bata , aku lalu menjawab sapaannya...

" Nani?? Hi.... nama saya Kevin" Jawabku dengan nada malu. Ia lantas tersenyum. Wanita itu kemudian mendekat dan berkata.

" kau lebih pemalu dari yang aku duga. Tapi aku suka.. " bisiknya. Apa? Apa aku tidak salah dengar? Apa aku salah menerjemahkan kata katanya? Apa tadi dia bilang aku suka?

" Naani?! Oh... Ano..... Ano... " wajahku makin memerah. Ia tertawa geli melihat tingkahku yang malu malu.

" Aku Yuki, senang bertemu denganmu... " ia tersenyum. Senyum yang indah yang pernah kulihat seumur hidupku. Butiran – butiran hujan itu seolah terhenti. Begitu juga dengan detak jantungku. Apa yang sedang terjadi padaku? Apakah aku hanya terpesona? Ataukah benar , aku jatuh cinta pada pandangan pertama? Saat itu , bibirku seolah bergerak sendiri , mengucapkan kata-kata yang aku sendiri tak menyangka akan berkata seperti itu.

" Ano... apakah kamu mau minum kopi di cafe sebelah sana?" ya , aku baru saja mengajaknya berkencan di hari pertama kami bertemu. Aku sama sekali tidak tahu apakah itu adalah langkah yang tepat , atau justru memalukan. Yang pasti , aku harus rela kehilangan banyak uang karena cafe itu adalah cafe termahal di kota Jakarta.

" hmmm .... bagaimana kalo kita mengobrol di kedai mie ayam di sebelah sana? Mau? " apa?! Kepalaku mengangguk dengan sendirinya. Ia makin tertawa geli. Dan aku makin malu. Tiba tiba ia menggandeng tanganku dan kami pun makan malam berdua di kedai mie ayam tak jauh dari taman ini. Sebuah makan malam yang sederhana , tapi tak kan pernah kulupakan. Siapa yang sangka, pertemuan malam itu menjadi kenangan terindah bagi kami berdua. Yuki masih sering membahasnya bahkan bertahun tahun sejak kami menikah. Kini kami telah di karuniai dua gadis cantik, Yurika dan Ayumi. Mereka bertiga adalah hartaku yang paling berharga dan aku benar benar bersyukur , malam itu , aku dapat bertemu dengannya di taman itu.

Kevin ....