webnovel

Hutan larangan

Disebuah hutan larangan seorang pemuda berburu rusa untuk dijual demi kebutuhan sehari-hari. Seharian penuh berjalan kesana-kemari mencari hewan buruan menyusuri lembah, jurang dan goa tidak kunjung dapat.

Tapi, menjelang pulang netranya menangkap seekor kuda berwarn putih yang sangat cantik. Tanpa pikir panjang pemuda itu menembak kuda putih sayangnya kuda itu kaget dan berlari sangat kencang.

Sang pemuda ikut berlari jatuh bangun masuk jurang lalu bangkit lagi tampa kenal lelah.

"Sial ... Kudanya pergi. Awas, kemanapun kuda itu pergi aku harus mendapatkannya apapun yang terjadi," Ujar pemuda yang bernama Ersan itu.

Terus berlari mengejar kuda tidak menghiraukan dirinya dan neneknya belum makan seharian sampai peluru habis sang pemuda baru ingat bahwa Neneknya di rumah sangat membutuhkan uluran tangannya.

Dengan lelah dan kelaparan sang pemuda berlari keluar dari hutan larangan tapi sayangnya tersesat tidak tau arah. Lalu netranya melihat sebuah pohon pisang yang sudah matang.

Pemuda itu mengambil pisang-pisang itu dan melanjutkan perjalanan ke desa tempat dia tinggal.

Di rumahnya ada Neneknya yang sedang terkapar. Melihat cucu satu-satunya datang, tubuh ringkih itu berusaha bangun menyalami cucunya.

"Maafkan aku, Nek! Aku pulang hanya bawa ini." Ujar pemuda itu memperlihatkan buah tangannya.

"Tidak apa-apa, kok. Melihat kamu pulang dengan selamat aja Nenek sudah bersyukur."

"Makanlah setelah itu Nenek tidur lagi."

"Iya." Mereka makan apa adanya. Dalam keadaan ini pemuda itu sangat sedih melihat Neneknya hanya makan pisang. Pendidikan yang rendah karena ekonomi membuat pemuda itu berpikir seperti apa masa depannya nanti? Sedangkan pekerjaan dia hanya berburu hewan untuk kebutuhan sehari-hari.

***

Pagi menjelang siang. Demi dirinya dan sang Nenek bisa makan, pemuda yang bernama Ersan itu menukar pisang dengan kebutuhan dapur pada tetangganya yang kaya.

Tiga kali ketukan pintu pemilik rumah itu mengernyit karena yang datang pemuda miskin itu lagi. Setiap datang pasti meminjam uang, beras, dan minta pekerjaan apa aja yang penting dirinya dan Neneknya bisa makan.

"Mau apa lagi kamu kesini, mau panjang uang atau beras lagi?" Ujar pemilik rumah dengan ketus.

"Tidak kok. Aku kesini mau menukar pisang dengan kebutuhan rumah tangga." Ersan memperlihatkan barang yang akan ditukarnya.

"Makanya jadi laki itu difungsikan dengan baik, kerja keras agar gak nukar barang mulu." Hina pemilik rumah yang bernama robiyah itu. Ersan sudah kebal dihina sama orang-orang di kampung ini makanya dia selalu diam menganggap ocehan itu hanya angin lalu.

"Iya, Mbak. Mau tidak, Mbak?" Pemilik rumah itu memperhatikan pisang itu apa ada yang busuk apa tidak dan membawanya kebelakang dan menukarnya dengan kebutuhan rumah tangga. Walaupun hanya untuk sekali makan, sang pemuda tadi sangat bersyukur.

"Ini, saya hanya punya ini. Lain kali bekerja dengan benar."

"Iya, terima kasih, Mbak."

***

Selesai memasak makanan untuk hari ini sang pemuda harus meninggalkan Neneknya tanpa izin karena harus mencari hewan buruan termasuk kuda putih yang membuat mata dan hatinya tenang tidak sekacau kemaren.

Satu burung belibis sudah berada di tangan. Ersan tidak memandang hewan buruan seperti apa karena yang hanya dia pikirkan nya adalah uang, dengan uang itu dia ingin membuka sebuah usaha.

Seharian berjalan membawa hewan buruan Netranya kembali menangkap sosok kuda putih sedang memakan rumput. Kuda itu sangat cantik ada sayap melengkapi tubuhnya. Pemuda itu pikir apakah kuda itu kuda terbang? Seperti di Negeri dongeng.

Pemuda itu hendak menembak kuda itu ternyata kuda itu tau dirinya ada yang memperhatikannya dan pergi begitu saja. Sang pemuda tidak mau ketinggalan jejak.

Lagi-lagi hewan buruannya tidak di temukan lagi dan pulang hanya membawa satu burung belibis dijual ke pasar dan membawa kebutuhan rumah tangga.

Malam hari Ersan membuat jaring dari tali-tali yang dibuang oleh warga untuk menangkap kuda itu. Keesokan harinya Ersan memasang jaring di atas pepohonan. Jika kuda itu menyentuh salah satu tali di atas tanah, jaring nya jatuh dan menangkap tubuh kuda.

Menjelang kuda masuk perangkap. Pemuda itu kembali berburu dan pulang dari berburu sang pemuda kembali ke tempat semula mendapati kuda putih yang cantik sudah masuk ke perangkap.

Kuda itu berusaha melepaskan diri tapi jaring itu mengikat keempat kakinya hingga dia tidak bisa keluar dari perangkap.

Sang pemuda tersenyum, dengan menangkap kuda, dirinya berkhayal akan mendapatkan uang yang banyak, dia kaya raya hidup mewah seperti orang di kota. Dia tidak dihina lagi oleh orang-orang di kampungnya.

"Dapat juga kau kuda, kamu akan aku jual dan membuat aku kaya raya." Ujar Ersan. Bukan karena gila uang tapi karena dia pikir hidup itu sangat membutuhkan uang, dia punya uang banyak untuk membawa Neneknya berobat ke kota.

Sejak kecil Ersan sudah tinggal bersama Neneknya. Dia tidak tau ayah dan ibunya. Hanya dua pusara tampa nama. Ersan sedih mengingat itu. Tapi, dirinya tidak boleh menyerah dirinya sebagai laki-laki harus kuat tahan banting.

Ersan menyeret kuda itu sampai ke rumah, dalam kesakitan mau tidak mau kuda itu mengikutinya sampai kerumah dan di letakkan disebuah gudang kosong. Takut kudanya pergi, Ersan tidak melepaskan ikatan di kaki kuda itu.

Di kamar melihat Neneknya terbujur kaku. Hatinya sedih melihat Neneknya seperti itu. Dia sangat takut menjadi sebatang kara tidak punya sanak saudara dan keluarga.

"Nenek!" Ersan membangunkan Neneknya memegang tangannya bersyukur masih bernafas. Sepasang mata itu pelan-pelan melihat siapa yang datang ternyata Ersan cucunya.

Neneknya duduk, "Kamu sudah pulang."

"Sudah ... Apa Nenek sudah makan?"

"Sudah."

"Sabarlah sedikit aja, Nek. Aku membawa hewan buruan yang sangat besar, besok aku akan menjualnya ke pasar dengan harga yang mahal. Aku akan membawa Nenek berobat ke kota."

"Hewan seperti apa yang kamu bawa? Apa itu babi? Singa? Harimau?" Ujar Neneknya. Neneknya tidak melarang Ersan berburu tapi harus tau hewan apa aja yang boleh dan tidak boleh berburu."

"Nenek ... Mana bisa aku berburu hewan buas yang ada aku yang di terkam."

"Kamu berburu di hutan larangan, 'kan? Memikirkan kamu berburu di sana aja membuat Nenk kepikiran tidak sembuh dari sakit apalagi memikirkan kamu akan bertemu hewan buas."

"Jangan memikirkan yang macam-macam, Nek. Fokus aja sama kesembuhan badan Nenek."

Hanya disitu yang banyak bertemu hewan buruan. Tapi, ini beda, Nek. Coba Nenek berdiri lihat ke gudang, hewan seperti apa yang aku bawa."

Ersan membantu Neneknya berdiri, berjalan gudang belakang, Ersan melihatkan Neneknya dengan hewan buruannya.

Mata Neneknya terbelalak, jantungnya memompa dengan kencang, memorinya berputar ke dua puluh tahun silam. Tiba-tiba kepalanya pusing, sang Nenek pingsan di pelukan Ersan.

Ersan berpikir, "Loh ada apa?"

Bersambung ...