webnovel

Tuan Muda Kecil

Grahem Corp kota B

Samuel berjalan sambil sesekali melihat seorang balita yang digandeng dan berjalan di sampingnya. Padahal, ia sudah menawarkan diri untuk menggendong si balita, tapi balita itu menolak dengan tegas apa yang ditawarkannya.

Gera sudah besar.

Itu kata si balita, putranya, kebanggaannya serta anugerah paling indah dalam hidupnya selain sang istri.

Ya, hari ini ia memang membawa sang putra untuk menemaninya bekerja, meninggalkan Caitlyn bersama Kenzo, karena keduanya pun saat ini sedang mengunjungi makam yang sebulan sekali dilakukan.

Jadi, ia pun berinisiatif membawa sang putra, karena terkadang ia merindukan saat Gera berceloteh lucu kepadanya.

Sesekali ia akan mengangguk kecil saat sapaan terdengar sepanjang ia berjalan, sedangkan Geraldnya terkadang bersembunyi di kakinya, saat ada karyawan wanita yang menatap putra kecilnya itu gemas.

Ah! Gera ternyata masih takut dengan orang di perusahaannya. Sepertinya, ia harus rajin membawa Gera ke tempat umum, agar nanti saat dewasa Gera tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, sepertinya.

Ya, sepertinya dalam hal positif, tapi jangan sampai sepertinya yang berperilaku layaknya pria berengsek.

"Papa, kenapa ramai sekali?"

Pertanyaan dengan nada lucu itu sontak membuat Samuel melirik, tersenyum geli saat melihat mata bulat turunan sang istri menatapnya polos.

Oh tidak, ia ingin sekali rasanya mencubit pipi buah hatinya, gemas.

"Menurutmu, bagaimana dengan tempat ini?" tanya Samuel alih-alih menjawab pertanyaan sang putra.

"Besar!" jawab Gerald semangat sambil merentangkan sebelah tangannya yang bebas.

Samuel terkekeh lagi, mengusap kepala Gerald lembut sambil mengangguk. "Besar kan. Jadi, penghuninya juga banyak. Seperti di rumah, ada Mama, Kak Kenzo, banyak bibi yang menjagamu dan juga paman penjaga. Apa mengerti?"

Ung....

Gerald tidak lantas mengangguk, melainkan melihat sekitarnya lagi dan memepet segera ke kaki sang papa, ketika lagi-lagi ada yang menatapnya seakan ingin memangsa.

Maklum, tampilan Tuan muda Grahem ini sangat memukau, dengan setelan sama seperti sang papa beda ukuran.

Ya, membuat Gerald semakin tampan, apalagi rambutnya ikut disisir rapih hingga klimis.

Benar-benar copyan Samuel saat kecil.

"Ada apa heum?" tanya Samuel saat merasa anaknya kembali takut.

"Banyak Bibi melihatku, Pah. Apa mereka ingin memakanku?" sahut Gerald, menjawab sambil memasang wajah takut saat ia menengadahkan kepalanya ke atas.

Ting!

Bersamaan dengan pertanyaan polos putranya, lift yang tertutup akhirnya terbuka.

Sam tanpa buang waktu tergelak bebas, merasa tempatnya saat ini aman dari mata para karyawan di perusahaan.

Oh Tuhan, kenapa putranya sangat menggemaskan?

Bagaimana mungkin Gerald memiliki pemikiran absurd seperti itu, memakan putranya? Yang ada mereka yang akan dimakan olehnya, karena sudah membuat hartanya dari Caitlyn ketakutan.

Ha-ha-ha....

Gerald memiringkan kepalanya, menatap sang papa bingung karena pertanyaan tidak dijawab dan justru tertawa.

Ada apa dengan papa tampannya? Apakah ada film kartun yang membuat sang papa tertawa.

"Papa, kenapa?"

Ah....

Samuel segera menggelengkan kepala, berdehem untuk menetralkan rasa geli dan memasang sikap seperti biasa, saat papan lift menunjukkan lantai tujuannya.

"Tidak ada, kid. Nanti Papa jawab saat sampai ruangan, oke?" sahut Samuel, membawa tatapannya ke bawah sambil menggelengkan kepala.

"Ung..., oke!" jawab Gerald mengangguk lucu.

Samuel kembali tersenyum, kemudian membawa putranya keluar dari lift saat pintu sudah terbuka.

Seorang personal asisten baru terlihat berdiri menyambut, tersenyum profesional kepada sang Bos dan ganti senyum hangat saat melihat siapa yang ada digandengan Bosnya.

"Selamat pagi, Bos! Selamat pagi, Tuan muda Gera...," sapanya.

Ini kali kedua Bosnya mengajak Tuan mudanya ke kantor, terakhir saat masih umur 1 tahun bersama balita lain, bersama sang nyonya yang menatapnya ramah.

Tidak seperti nyonya lain yang mengancam dengan banyak nasihat, nyonyanya justru memintanya untuk bekerja dengan semangat.

Sungguh sangat berbeda.

"Hn, pagi," sahut Sam singkat, melirik sang putra yang hanya berkedip. "Gera, kenapa tidak dibalas, heum?" lanjutnya menegur lembut.

Gerald yang ditanya menoleh ke arah sang papa, kemudian menarik celana dengan Samuel yang mengangkat putranya ke dalam gendongan.

Hup!

"Ada apa heum?" tanya Sam penasaran.

"Bibi ini tidak seperti Bibi di bawah." Gerald berbisik kecil, merangkul leher Samuel tanpa tahu sang papa yang mendengarnya mengernyit, bingung.

"Apa maksudmu, Gera?"

"Bibi yang ini sepertinya tidak akan memakanku," lanjut Gerald menjelaskan sambil menatap sang ayah polos.

Sekuat tenaga Samuel menahan tawanya, menjaga image saat ada orang lain di depannya.

Ia berdehem, meski tawanya hampir menyembur dan segera disembunyikannya lagi, dengan melirikan netranya kesegala arah.

Hari ini ia akan banyak tertawa, jika Gera selalu membuat perutnya tergelitik.

"Ehem..., tentu saja tidak, sayang. Ini Tante Sora yang membantu Papa bekerja di kantor, kamu bisa bermain dengannya saat Papa sibuk dengan Om Barly. Mengerti?"

Untung saja ia bisa menjawab meski tidak menjelaskan, menatap sang anak yang mengangguk berulang dan menatap personal asistennya dengan gigi terawat ikut terlihat.

"Selamat pagi, Tante Sora!"

Gerald barulah menyapa, saat ia sudah memastikan sendiri jika bibi di depannya tidak memiliki niat memakannya.

Sang personal asisten—Soraya mengangguk sambil memamerkan senyum gemas tertahannya. "Nanti main sama Tante ya, Papa Tuan muda ada pekerjaan setelah ini. Oke?"

"Ung.... Oke!"

Semuel mengambil alih, bertanya kepada Soraya yang segera menjawabnya dengan penjelasan.

"Sudah siapkan ruang meetingnya?"

"Sudah semua, di ruang meeting lantai 7, Bos. Bahan untuk meeting juga sudah disiapkan, Pak Barly yang akan menyambut lebih dulu di depan dan mengantar ke ruang meeting."

"Hn, kalau begitu kamu ajak Gera keliling perusahaan. Jangan sampai lengah mengawasinya, putraku suka berlarian dan memiliki ketertarikan dengan apapun yang dilihatnya. Paham?" perintah Samuel tegas.

"Paham, Bos!"

"Hn." Samuel kini menoleh ke arah putranya, tersenyum kecil sambil mengusap kening itu lembut. "Sama Tante Sora dulu, oke? Nanti setelah selesai bisa main sama Papa. Mengerti?" lanjutnya menjelaskan.

Gerald mengangguk semangat mendengarnya. "Oke, mengerti Papa!"

"Pintar."

Dengan begitu, Sam pun menurunkan Gera dari gendongannya dan kembali menatap Soraya dengan sorot mata tegas.

"Awasi yang benar," perintah Sam sekali lagi memperingatkan.

"Tentu Bos!"

"Hn."

Soraya memutari meja, berjongkok tanpa susah payah karena ia memakai celana panjang bukannya rok mini seperti dulu Caitlyn menjadi seorang personal asisten.

Samuel bahkan mewajibkan semua karyawan perempuan memakai celana panjang atau rok panjang, untuk kenyamanan saat bekerja.

"Tuan muda Gera sama Tante Sora yuk! Bagaimana kalau ke taman di bawah atau berkeliling setiap lantai? Seru loh...," ajak Soraya ceria.

"Ung...." Gera tidak menjawab berlebih, hanya mengangguk dengan gumaman kecil.

Ia menerima saat Soraya mengulurkan tangan, kemudian menggenggamnya sambil menoleh ke arah sang papa. "Gera main dulu, Papa!"

"Nanti ceritakan kepada Papa, oke?" pinta Samuel sambil mengangguk.

"Oke! Bye bye Papa!"

"Bye Gera."

Samuel menatap punggung kecil putranya, dengan Soraya yang berusaha mengajak Gerald aktiv berbicara hingga menghilang memasuki lift kembali.

Kemudian, ia memasuki ruangannya hanya untuk mengambil berkas yang diletakkan personal asistennya dan kembali keluar, menuju ruang meeting sesuai informasi yang didengar sebelumnya.

Skip

Meeting berakhir, rekan kerjanya pun sudah pergi diantar olehnya hingga memasuki lift.

Samuel jalan bersama Barly, kepercayaannya yang sudah menemaninya hampir 10 tahun sambil membicarakan hasil meeting hari ini.

Sementara itu, di koridor yang sama dengannya terlihat Gerald berlari ke arah Samuel, yang sontak menoleh saat mendengar seruan memanggil dari suara familiar.

"Papa!"

Ia sontak berlutut dan menerima terjangan maut dari Gerald, yang terkekeh ketika ia membawanya ke dalam gendongan.

Grep!

"Ow.... Puas berkeliling, heum?"

"Um...."

"Haloo..., Gera!"

"Om Barly! Hi-hi...."

"Wah..., sepertinya Gera sedang senang ya. Ada apa nih?" tanya Barly tersenyum semringah melihat wajah mirip Bosnya saat kecil.

Gerald menggeleng, menyusupkan wajahnya di leher sang papa yang mendengkus, penasaran.

Ia berjalan, diekori oleh Barly yang berjalan bersisihan dengan Soraya, menuju lift untuk kembali ke ruangannya.

"Hi-hi.... Gera lapar, Papa."

Dan Sam tidak bisa untuk tidak tersenyum geli, ketika mendengar bisikan dan tawa kecil dari putranya.

Dasar, padahal baru 2 jam yang lalu putranya sarapan dan menghabiskan snack di mobil.

"Tenagamu habis untuk apa, heum?" balas Samuel sambil memasuki lift diikuti dua anak buahnya.

"Lari, hi-hi...., berkeliling dengan kaki mungil Gera, tentu saja Gera lapar, Papa," jelas Gerald masih dengan kekehan saat berbisik di dekat lehernya.

"Baiklah, kita makan di ruangan Papa, oke?"

"Oke, hi-hi....."

Ada-ada saja, pikir Sam sambil menatap depan, menunggu pintu lift kembali terbuka.

Bersambung.