webnovel

Peraturan Aneh

Motor berwarna putih baru saja pergi meninggalkan rumah. Sosok yang membawa motor itu adalah Angel, selepas berpamitan pada sang ibu dirinya segera pergi meninggalkan rumahnya. Angel sengaja berangkat sedikit siang, pasalnya dia ingin melihat jika kursinya tetap akan terjaga ketika dia melakukan hal yang sama seperti kemarin—berangkat siang. Tentunya, Angel tetap akan melawan jika teman sebangku Edwin tetap mengambil tempat duduknya dengan Lisa. Enak saja, orang lain dengan mudah mengambil tempat duduknya. Apalagi mereka masih sangat baru di kelas itu, jadi cukup rawan jika akan ada yang mengambil tempat duduk tanpa membicarakannya terlebih dahulu. Bahkan, bukan hanya Angel saja yang merasa tidak terima, siapapun yang juga berada di posisinya pasti tidak akan terima ketika haknya diambil begitu saja oleh orang lain.

Hari ini juga adalah hari pertamanya bersekolah membawa motor sendiri, dia tidak ingin kejadian kemarin terulang lagi. Ah, hanya karena kesulitan mencari tebengan, dia akhirnya pulang bersama dengan musuh sendiri. Angel bersungguh-sungguh, kemarin adalah salah satu hari yang paling tidak menyenangkan baginya. Andai Angel mengenal orang lain yang berada di sekolah itu, tentunya dia tidak akan mau untuk meminta laki-laki itu untuk memberikan boncengan. Maka, akan gadis itu pastikan jika hari ini dia tidak akan memiliki urusan dengan Edwin.

Angel sedang dalam perjalanan menuju sekolah, gadis itu hanya fokus pada jalanan yang cukup ramai dengan anak-anak yang juga sama akan berangkat menuju sekolah. Dia tak yakin jika beberapa siswa yang dia lihat saat ini adalah siswa yang bersekolah di SMA yang sama dengannya. Pakaian mereka mirip, jadi sulit untuk membedakannya jika tidak dilihat dari badge sekolahnya. Lagipula, jika mereka memiliki badge sekolah yang serupa, Angel juga tidak akan mengenal orang tersebut. Jadi, dia memilih untuk mengabaikannya dan tidak memperdulikannya.

Selepas lima belas menit dirinya menempuh perjalanan, akhirnya Angel memasukkan motornya pada parkiran dengan letak yang mudah untuk dia keluarkan. Gadis itu berjalan menuju kelasnya setelah semua barangnya tak ada yang tertinggal di tempat parkir ini. Pagi ini, dia sudah cukup percaya diri ketika harus berjalan sendirian menuju kelas—walaupun dia juga tetap harus melewati kerumunan para kakak kelas yang berhamburan di lapangan maupun di depan kelas mereka. Setidaknya, Angel tak terlalu gugup.

Kedua langkahnya sudah berada di kelasnya, tentu saja objek pertama yang dia tangkap adalah kursi miliknya. Beruntung, Lisa sudah berada di tempat mereka, dirinya juga sempat menoleh ke arah teman satu bangku Edwin. Iya, laki-laki itu juga sudah tidak merebut kursinya. Lantas Angel membawa dirinya masuk ke dalam kelas dan meletakkan tasnya di sana. Angel memasang senyumannya ketika paginya ini berjalan dengan sangat lancar tanpa adanya emosi lagi. Pun dirinya juga sudah mulai akrab dengan teman-teman yang kemarin sudah lebih dekat dengannya.

"Kau berangkat bersamanya?" tanya Lisa ketika melihat Edwin yang juga baru memasuki kelas.

Dengan cepat Angel membantahnya. "Tidak, aku berangkat menggunakan motorku sendiri," katanya yang langsung menunjukkan kunci motor yang berada di tangannya sejak tadi.

Angel melirik ke arah Edwin yang sedang berjalan menuju tempat duduk. Wajahnya yang begitu dingin membuat salah satu sisi bibirnya terangkat, kesal dengan pembawaan laki-laki itu yang ingin terlihat seperti laki-laki keren. Gadis itu sampai memutar bola matanya jengah sebelum akhirnya menormalkan posisinya kembali. Dirinya berdiam diri di tempat ketika menunggu bel masuk berbunyi. Dalam diamnya, gadis itu memperlihatkan seluruh sisi dinding yang berada di depan. Ada banyak pajangan yang berhubungan dengan peraturan sekolah tertempel di sana. Sampai akhirnya dia menangkap salah satu figura yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Ingin bangkit, namun ternyata bel sekolah telah berbunyi.

Secara mendadak gadis itu terkejut ketika melihat semua temannya seketika diam dengan kedua tangan yang terlipat rapi di atas meja. Ada beberapa lainnya yang juga melakukan hal semau mereka. Kedua alisnya sampai tertekuk, sangat heran dengan kelasnya pagi ini. "Kenapa semua begi—" ucapan Angel seketika terpotong saat menoleh ke arah Lisa yang melakukan hal yang sama seperti teman-teman lain. "Apa yang kau lakukan?" tanya Angel.

"Ini adalah salah satu peraturan yang sudah dibuat oleh mereka," jawab Lisa dengan suara yang lirih.

"Peraturan bodoh macam apa ini?" bingung Angel dengan wajah yang tertekuk tidak jelas.

Dengan keterpaksaan, Angel meletakkan kedua tangannya di atas meja, walaupun dia juga tidak mengerti untuk apa melakukan hal seperti ini. Dan barusan Lisa mengatakan jika ini menjadi salah satu peraturan kelas, itu berarti mereka menetapkannya tanpa memberitahukan pada teman-teman mereka. Pun tak ada pilihan lain, selain menuruti apa yang telah ditetapkan oleh ketua kelas dan wakilnya—tanpa memberi tahu pada warga kelas lainnya. Bahkan, mereka juga diharuskan untuk tetap berada pada posisi seperti ini sampai guru mata pelajaran pertama mereka datang untuk mengisi jam pelajaran.

Bisa dibilang bukan hanya Angel yang berpikiran jika peraturan ini sangat aneh. Mereka seperti anak kecil yang harus duduk dengan rapi selagi menunggu kedatangan guru mereka. Mereka semua sudah diatas tiga belas tahun, dan hal ini menjadi sangat aneh ketika dilakukan oleh usia remaja seperti mereka semua. Angel saja merasa tidak nyaman saat dia harus melakukan sesuatu yang dia lakukan disaat usianya enam tahun. Tidak, dirinya sama sekali tidak akan mengira jika hal seperti ini terjadi padanya di saat usianya telah menginjak lima belas tahun. Ayolah, SMA tidak sama dengan taman kanak-kanak yang harus diatur seperti ini. Atau mungkin memang saat SMP mereka melakukan hal begini? Dan diterapkan di SMA? Beberapa bulan terpisah dari SMP juga sudah pasti berubah.

Sampai sembilan puluh menit berlalu, ketika jam pelajaran kedua berakhir, Angel segera bangkit dari tempat duduknya dan bergegas menuju salah satu figura yang sejak tadi pagi menarik perhatiannya. Ia rasa figura itu baru saja terpajang di sana. Dan benar saja, jika itu adalah peraturan kelas yang ditempel di bagian depan. Satu persatu Angel membaca poin yang tercetak di sana, membuatnya perlahan menekuk kedua alis. Beberapa peraturan sangat menjengkelkan baginya. Kedua matanya menyipit, dia juga sedikit menggeleng setelah membaca isi peraturan yang tertempel ini.

Seseorang baru saja memegang pundaknya, ikut membaca peraturan yang tertempel. "Mereka melakukan semau mereka," kata salah satu temannya dengan suara lirih.

"Kau benar. Bahkan, mereka tidak membicarakannya pada kita," balas Angel. Dengan helaan nafas yang berat, akhirnya Angel memilih untuk kembali ke tempat duduknya dengan rasa kesal. Sekilas dirinya melirik ke arah ketua kelas yang tampak tertawa bersama teman satu bangkunya. Begitu juga tatapan yang dia berikan untuk Nadia.