webnovel

Cahaya

Hari-hari ku isi dengan mencurahkan isi hati melalui tulisan di sosial media. Waktu itu sosial media lagi hits-hitsnya di kalangan anak muda seperti ku. Sehingga apa-apa yang sedang ku rasakan aku tulis dengan begitu panjang dan lebar. seperti saat hatiku merasa senang, iseng bahkan saat merasakan keresahan. Berharap dia mengerti penderitaan dan rasa penasaran yang sedang menghantui diri, lalu berharap dia membalas pesan yang ku kirim padanya. Setidaknya jika memang putus dan selesai persahabatan kami, maka aku akan sedikit lega karena sudah konfirmasi. Tetapi digantung seperti ini seperti memaksaku untuk hidup satu tahun ke belakang sebelum mengenalnya. Ku akui hari-hari yang ku jalani sebelum mengenalnya adalah biasa-biasa saja mengenai perasaan terhadap sahabat laki-laki karena aku tidak pernah memiliki kepastian untuk bisa menganggap mereka serius kepadaku. Hanya mas brow yang saat itu bisa membuatku yakin. Bahwa mas brow adalah sahabat sejati yang dikirim Tuhan untuk melengkapi hari-hari ku. Sampai aku lupa bahwa dia hanyalah manusia biasa. Aku begitu hancur sehancur-hancurnya. Hari-hari terlewati begitu berat. Postingan-postingan mengenai perasaan dan keadaan hatiku berceceran di sosial media. Siapapun bisa membaca dan melihatnya. Ku kira dengan begitu dia akan kembali, tetapi dia malah semakin menghilang. Dia tidak pernah online lagi. Bahkan dia semakin dingin. Tidak pernah membuat status ataupun membagikan cerita apapun di sosial media. Sialnya keadaan hatiku semakin parah, sudah jatuh tertimbun pula. Beberapa bulan berlalu semenjak dia begitu. Aku selalu mencurahkan isi hatiku melalui puisi-puisi luka yang ku tinggalkan begitu saja di halaman beranda sosial mediaku. Mungkin teman-teman dan kerabatku ada yang merasa risih. Meninggalkan komentar-komentar yang isinya tidak ingin ku baca. Banyak pula yang bertanya karena peduli namun banyak pula yang hanya kepo dan nyinyir dengan keadaanku. Padahal maksud hati hanya ingin menulis. Namun bodohnya aku tidak memahami bahwa disana tulisan-tulisan kita bisa di share dan dibaca oleh siapa saja. Hal itu mungkin membuat malu mas brow dengan kebocahanku. Lagi-lagi aku merasa payah dan hampir putus asa. Sampai disatu titik dimana aku menemukan cahaya. Bukan, bukan aku yang menemukannya. Namun cahaya yang datang menghampiriku memberiku ketenangan, memberiku sinar kehangatan, menjadi penerang dalam gelap dan penatnya hidupku. Ia dia adalah cahaya lebah kecilku.