Lalu aku memutuskan untuk keluar dan berjalan jalan di sekitar teras kediaman itu. Tapi setelah lama berkeliling, aku benar benar tak menemukan satu orang pun di sana, entah mereka pergi atau pulang ataupun sedang ada di salah satu ruangan yang tidak berani aku buka.
Aku berhenti berjalan ketika melihat ada kolam ikan cantik yang ada di samping teras. Di sana ada dua ikan koi yang manis dan tidak terlalu kecil maupun terlalu besar.
"(Sejak kapan ada ikan di sini?)" Aku benar benar kagum dengan dekorasi kediaman itu.
Tapi tak lama kemudian rupanya Tuan Park berjalan ke teras itu dan kebetulan dia melihatku. "Raina?" Ia memanggil ku membuat ku menoleh padanya dari berlutut ku melihat kolam ikan.
"Aku tidak tahu kau ada di sini, apa kau sedang melihat dua ikan itu?" Dia berdiri sambil bertanya.
"Ya, mereka sangat cantik. Apa Tuan Park yang memutuskan memelihara ikan?"
"Ya, itu lambang dari kediaman ini... Ngomong ngomong apa kau tidak memilih tidur siang saja?"
"Ah itu agak sulit karena aku jarang tidur siang kecuali jika terlalu lelah. Karena aku bosan, aku jadi berjalan jalan saja," balas ku dengan tenang, tapi aku berharap dia mau mengobrol dengan ku.
"Begitu kah, kalau begitu mau mengobrol dengan ku saja di ruangan ku?" dia menawarkan.
Seketika jantungku berdegup tidak percaya. Aku benar benar tidak menyangka dia akan menawarkan mengobrol bersama.
Tentu saja aku bilang. "Boleh!"
"Baiklah, jika kamu ingin bertanya, aku akan menjawabnya," kata Tuan Park.
Astaga, mengingat nada nya itu friendly banget. Dia memang terlihat seperti orang dewasa dan lebih berpengalaman tapi friendly nya seperti lelaki umur muda saja. Apa aku tanya umurnya saja yah, siapa tahu aku bisa tebak dia itu beneran punya istri apa tidak.
"Um... Tuan Park.... Berapa umur anda? (Rasanya agak aneh ketika aku bertanya begitu deh,)" aku bahkan harus mengumpulkan niat buat memberanikan diri bertanya, semoga saja aku tidak termasuk tahu hal pribadinya.
"Oh... Umurku sudah tidak bisa di bilang muda, aku sudah hampir 30 tahun."
"(Hah.... Itu .... Kenapa umurnya seperti kepala dua!!)" Aku terkejut tidak karuan. Pria kepala dua artinya pria yang memiliki umur 30 tahunan dan seharusnya memiliki keturunan yang masih kecil. Aku tidak menyangka tapi ya memang benar sih. Tampang nya pun juga menunjukan kalau dia umur nya segitu, jika umurnya segitu pastinya dia punya istri kan.
Aku bahkan langsung menunjukan wajah kecewa ku dan tak di sangka sangka dia malah melihat wajah ku.
"Raina, kau baik baik saja? Apa ada sesuatu yang perlu kau tanyakan lagi? Kau kecewa karena umurku beda jauh dengan mu?"
"Apa??!! (Bagaimana dia bisa tahu, apa dia membaca pikiran!! Dia bahkan menebak aku kecewa karena umurnya...!?) E... Anu.... Tidak ada apa apa kok, umur kita memang beda tapi itu mungkin tidak ada hubungan nya hehe..." Aku mencoba mengalihkan pembicaraan.
Tapi dia malah tersenyum membuatku tidak enak dan agak was was pada apa yang akan di bilangnya nanti.
"Sebenarnya kediaman ini murni milikku, karena ini semua adalah tanggung jawabku, jadi aku selalu berada di dalam kediaman ini, dan aku tidak memperhatikan kondisi dan umurku karena pekerjaan yang terlalu banyak di sini. Aku bahkan tidak mencari istri karena memang tidak ada wanita yang mau menerima pria seperti ku... Sekali lihat, mereka pasti akan ketakutan," kata Tuan Park. Dia bahkan sedikit bercerita soal hidupnya dan dari sanalah aku terdiam sekaligus terbatu mendengar dia tidak memiliki istri.
Bagaimana bisa dia mengatakan itu langsung padahal aku berencana bertanya nantinya dan dia malah mengatakan nya duluan. Ini benar benar tidak di sangka sama sekali dan aku benar benar tidak percaya. Masa orang dewasa sepertinya tidak punya istri.
"(Tapi jika di pikir lagi, memang benar sih, saat pertama kali lihat wajah nya Tuan Park rasanya seperti berhadapan dengan pembunuh berantai, tapi setelah aku tahu bahwa dia itu menyenangkan dalam mengobrol aku jadi tahu sifat sebenarnya dia... Aku harus belajar tidak bisa memandang orang lain dari satu mata saja.) Um Tuan Park.... Sebenarnya wajah mu sangat tampan."
Aku mengatakan itu!! Kapan aku siap siap mengatakan itu, astaga!! Lihat.... Wajahnya itu... Dia memasang wajah terpelongoh sekarang, aku takut dia akan menolak ku dan menganggap ku sedang curi curi perhatian padanya. Aduh... Aku tidak bisa menerima ini, kenapa aku mengatakan itu begitu saja.
Apa lebih baik aku teruskan. "(Sebaiknya aku teruskan, pakai nada memuji saja.) Um.... Jika semua wanita itu takut pada anda hanya karena wajah anda, mungkin mereka salah menilai anda... Karena anda sangat baik dan ramah, meskipun kediaman ini juga sama seramnya tapi aku yakin anda belajar ramah karena berpengalaman pada wanita yang takut pada anda, sebenarnya saat pertama kali kemari aku juga takut pada anda tapi setelah tahu bahwa anda berkebalikan dengan wajah yang anda pasang, aku menilai bahwa itu adalah wajah yang sangat dominan dan berhati baik."
"Kau yakin begitu?" dia menatap dengan senyum kecil sambil menatap ke bawah seperti dia agak tidak percaya pada perkataan ku.
"Apa?! Anda menganggap aku berbohong.... Aku tidak berbohong, anda benar benar tampan!!" Aku berdiri mendobrak meja dan menatap sangat dekat membuat Tuan Park terdiam. Kami sama sama menatap tapi Tuan Park malah menolehkan wajahnya ke arah lain seperti dia hanya menganggap perkataan ku adalah angin.
"Tidak ada satupun perempuan yang mengatakan hal itu... Jadi maaf jika aku tidak percaya padamu," dia mengatakan sambil menoleh ke arah lain.
Kamu tahu rasanya, itu seperti tidak di anggap sama sekali soal apa yang telah kau katakan untuk memujinya. Aku benar benar tidak menyangka dia menolak perkataan ku mentah mentah. Tapi hanya ada satu cara yang akan membuatnya terdiam menoleh padaku.
"(Baiklah jika kau tidak percaya jika kau itu tampan di mataku, aku akan katakan yang sebenarnya.) Tuan Park, aku menyukaimu!!" teriak ku. Aku mengatakan nya!! Aku benar benar mengatakan nya!! Padahal aku tidak pernah tertarik pada siapapun!!
Tuan Park terdiam dan menoleh padaku. Seketika aku menutup mulutku. "A... Aku... Aku tidak sengaja mengatakan nya.. Maksud ku... Aku hanya ingin meyakinkan mu bahwa anda benar benar tampan!!" Aku menjelaskan nya dengan panik tapi dia hanya tersenyum kecil.
Aku yang masih berlutut di meja menjadi terdiam dan aku tidak tahu bahwa wajahku merona merah.
Lalu Tuan Park mengangkat tangan nya membuatku menutup mata karena aku mengira dia akan melakukan apapun padaku tapi rupanya hanya sebuah belaian rambut manis.
"Kau perempuan pertama yang mengatakan itu," kata Tuan Park sambil mengelus lembut. Percayalah, rasanya seperti sangat lembut banget. Bahkan menyaingi Ayah atau mungkin sama ya, mereka berdua memiliki tangan yang besar juga.
"(Ini sangat nyaman.)" Aku memejamkan mata menikmati itu tapi aku merasa tangan Tuan Park sudah pergi.
"Ah Tuan Park, lakukan lagi!!" Aku menatap lalu Tuan Park terdiam dan kembali membelai rambutku.
"Kau terlihat sangat suka di ginikan yah, apa Ayah mu melakukan ini setiap hari?" dia bertanya lagi, bahkan pertanyaan itu tidak meleset dari kata benar.
"Um.... Iya begitulah, tapi kau harus tahu bahwa ini lebih enak dari pada milik Ayah." Aku mengatakan nya spotan dari tadi.
"Haha kau benar benar perempuan yang lucu," tiba tiba Tuan Park tertawa membuatku terdiam melihatnya tertawa. Tapi ada yang mengetuk pintu dan berbicara di luar. "Tuan Park..." Dia hanya memanggil tapi Tuan Park langsung berdiri sambil mengatakan sesuatu padaku.
"Maaf Raina, bisa tunggu di sini sebentar?" tatapnya lalu aku mengangguk dengan masih tidak mengerti dan Tuan Park keluar meninggalkan ku.
Aku sendirian di ruangan itu dan memilih untuk membuka ponsel ku.
Tak lama kemudian. "Raina, kau masih bosan?" Tuan Park tiba tiba datang di ruangan tadi pada saat aku bermain ponsel.
Aku menoleh padanya dan membalas pada pertanyaannya tadi. "Sepertinya begitu, ini belum sore dan Ayah kemari nanti malam, itu masih lama membuat ku ingin melakukan sesuatu."
"Kalau begitu bagaimana jika aku tunjukan hutan di dekat sini?" tawarnya.
"Eh.... Di sini ada hutan?"
"Kediaman ini berada di desa Honoi, desa ini sangat bersahabat dengan hutan, mungkin aku bisa membawamu ke sana untuk jalan jalan agar kau tidak merasa bosan."
"Oh.... Itu sangat baik, baiklah aku akan ikut," aku langsung berdiri dan berjalan mengikuti nya.
Kami keluar dari kediaman dan berjalan ke hutan. Di sana hutan nya tidak menyeramkan seperti yang aku pikir. Di sana malah adem dan nyaman, udara nya juga sejuk.
"Waw... Tempat ini sangat cocok untuk piknik." Aku melihat sekitar dengan terkesan sambil mengikuti Tuan Park.
Tapi tiba tiba dan tak di sangka sangka aku tersandung batu. "Ahhh!!" Membuat ku terkejut dan jatuh dengan keras.
"Auwww...." Aku kesakitan membuat Tuan Park menoleh padaku. "Raina, kau baik baik saja?" Dia berlutut menatap ku dengan khawatir.
"Aku.... Aku baik baik saja," aku membalas dengan rasa baik baik saja tapi saat aku menoleh ke lututku, rupanya lututku berdarah dan rasanya perih.
"(Aduh.... Kenapa bisa sampai berdarah sih.)" Aku mencoba menahan sakit.
Tuan Park yang melihat itu menjadi terdiam, ia lalu menyelipkan tangan nya di antara kakiku membuat ku terkejut. "Raina, maaf ya." Kenapa dia minta maaf, rupanya dia menggendong ku di dada.
"Ahh... (Astaga!)" Aku terkejut sekaligus berwajah merah.
Tuan Park berjalan dan meletakkan ku di bawah pohon yang sejuk. Ia lalu kembali menatap ke lutut ku.
"Apa ini sakit?"
"Ini tidak sakit," aku menggeleng, tapi aku merasakan sakit dan perih ketika angin datang. Seketika air mata menetes membuat Tuan Park terdiam melihat ku menangis.
"Hiks.... Hua.... Ini sangat sakit!!" Aku menangis merengek karena rasanya memang sakit. Lututku terlihat sobek karena tadi berada di tanah yang tidak rata.