Saat sampai di sekolah, Ayah menghentikan mobilnya. Aku akan bersiap turun, sebelumnya Ayah bilang. "Hati hati Sayang, Ayah akan menjemputmu tepat waktu."
"Haha, Ayah memang selalu tepat waktu," tatap ku. Lalu aku mendekat ke Ayah dan mencium bibir samping Ayah, Ayah hanya terdiam dan menerima itu dengan wajah lembutnya.
"Sampai jumpa Ayah, aku Sayang Ayah," kata ku, lalu aku turun dari mobil.
"Ya, Ayah juga sayang Raina," balas Ayah, lalu ia meninggalkan ku pergi.
Setelah itu aku berjalan menuju gerbang sekolah.
Di jalan, aku di panggil oleh suara perempuan. "Raina."
Aku menoleh dan melihat bahwa itu Noe. "Halo, kamu rupanya sekolah hari ini ya," dia berjalan mendekat dan berjalan ke kelas bersama ku.
"Apa kau tadi di antar Ayah mu?" tanya Noe padaku.
"Ya."
"Wah enak sekali, aku malah naik bus... Tapi lebih enak mereka yang di antar pacar sih."
"Pacar?" mendengar kata itu aku menjadi terdiam dan berpikir. "(Bukankah aku bunga sekolah, kenapa sudah tak ada lelaki yang menembak ku, bahkan jika dihitung, mereka semua tak menembak ku, hanya sekedar bicara akrab padaku, padahal dulu mereka tergila gila padaku,)" sekedar pemberitahuan, mungkin sudah tahu atau aku sudah mengatakan bahwa aku sering di goda lelaki di sini dan mereka mendekati ku berkedok ingin menembak suka padaku, tapi aku selalu menolak nya, padahal mereka selalu mengganggu tapi beberapa minggu ini mereka seperti menjauh dan beberapa kali mereka seperti takut padaku.
Aku dikenal sebagai gadis yang cantik. Bahkan mereka juga menganggap ku bunga sekolah, tapi aku sama sekali tidak mempedulikan hal itu, aku ingat saat pertama kali Ayah tahu bahwa aku adalah bunga sekolah, dimana saat itu dia benar benar berwajah agak kesal dan dia juga bilang sesuatu bahwa aku hanya boleh cantik di depan Ayah, sepertinya Ayah terlalu khawatir semua orang menganggap ku cantik. "(Hm... Yang jadi pertanyaan nya adalah, kenapa mereka tak terlihat mendekatiku? Ini sangat aneh.... Aku juga mungkin harus berpikir lebih dewasa lagi...)"
"Raina, kau baik baik saja?" Noe menatapku bingung karena aku terdiam.
"Ah.... Um... Aku bingung sekali."
"Kenapa?"
"Kenapa mereka yang dulu ingin dekat dengan ku, sekarang seperti menghindari ku dengan takut?"
"Sudah jelas lah... Itu karena Ayah mu. Sekali lihat lelaki mendekatimu di depan nya, dia akan langsung melirik membunuh padanya, jadi semua laki laki disini benar benar tak berani melirik nya ataupun mengganggumu.
Tapi aku suka sama Ayah mu, dia benar benar keren sekali deh, kau beruntung punya Ayah seperti dia, kebanyakan generasi kita sekarang ini akan jauh dengan orang tua," kata Noe, rupanya teman ku sendiri suka pada Ayah ku.
Ketika kita membicarakan soal lelaki, aku jadi ingat soal Tuan Yakuza itu. "Mungkin kau benar, Ayah mungkin juga memilihkan ku lelaki terbaik, jadi dia tak mengizinkan ku bertemu lelaki di sini karena mereka dinilai buruk olehnya."
"Wah, sekali tatap saja langsung dinilai, apa dia seorang pengamat tajam, benar benar keren deh."
"Haiz.... Apa kau beneran suka Ayah ku?"
"Hei Raina, Ayah mu itu di gosipin banyak cewek, sebagian dari mereka juga kagum sama dia."
"Hah beneran?!" aku benar benar terkejut mendengar itu.
Aku benar benar tidak percaya ini, Ayah... Dia sudah di bicarakan oleh banyak orang di sekolah ini, sebenarnya mereka itu bicara apa sih soal Ayah, aku benar benar penasaran. Tentu saja aku juga tidak suka saat mereka membicarakan hal buruk tentang Ayah. Aku bahkan benar benar bertanya kepada mereka dan rata rata mereka menjawab. Padahal sebelumnya rumor itu sudah berhenti tapi kenapa menyebar dengan cepat sekarang.
"Ayah Raina itu sangat terlihat mengerikan."
"Meskipun begitu, dia seperti dalam drama komik yang ku baca, sangat keren."
"Sugar Daddy, ingin sekali menjadi Baby sugar nya."
"Dia suka melirik dan mengancam, pastinya bisa melindungi orang yang dia sayang."
"Karena hal itulah kami tertarik dengan nya."
--
"Sangat aneh..." aku masih tampak berpikir serius.
"Eh iya, apa kamu kemarin menikmati Valentine dengan Ayah mu?" Noe menatap. Kami masih di tempat yang sama.
"Itu luar biasa sekali, valentine pertama ku benar benar hebat. Tapi... Bagaimana dengan mu? Kamu menikmati Valentine bersama siapa?" aku mulai bertanya.
"Ck, kamu ini teman ku bukan sih, seharusnya jika teman ku, kamu langsung tahu bahwa aku tak akan pergi sama siapa siapa karena aku tak punya pacar Hiks..." Noe memang tak punya pacar, tapi bukan berarti tidak ada yang mau dengan nya, melainkan Noe ingin lebih fokus pada pelajaran sekolah dan tidak memikirkan percintaan, yah aku tahu itu.
--
Sepulang sekolah, aku masih harus berpikir keras lagi.
"Aku benar benar sangat bingung dengan mereka, bagaimana mereka bisa tahu Ayah ku, padahal Ayah selalu menjemputku di luar gerbang dan agak jauh dari sekolah, mereka benar benar memata mataiku rupanya, sebelumnya aku juga mencoba mencegah Ayah keluar dari mobil dengan aku berlari masuk duluan ke mobil sehingga Ayah tak perlu keluar menunggu, tapi.... Sepertinya mereka telah melihat Ayah sebelumnya....." gumam ku sambil melihat ke sekitar memastikan tak ada orang yang melihat, aku juga menunggu Ayah seperti di tempat biasanya.
Di tempat yang agak jauh dari gerbang sekolah. Lalu tak lama kemudian, mobil Ayah terlihat dan berhenti di depan ku. Lalu Ayah keluar dan mendekat padaku. "Bagaimana hari mu?" tatap nya dengan senyum nya.
"Hari ini seperti biasa," balas ku. Lalu Ayah membelai rambutku. "Baiklah, mari kita pulang."
"Ayah tak mau mengecup ku?" aku menunjuk kening ku sendiri. Wajah Ayah tampak terbengong sedikit lalu ia mendekat akan mengecup ku. Tapi di saat itu juga aku melihat ada gadis gadis yang akan lewat di sekitar kami.
Aku segera menutup bibir Ayah yang belum mengecup ku, tampak Ayah menjadi bingung. Padahal dia sudah membungkukkan badan untuk mengecup ku.
"A... Ayah, lakukan ini di mobil saja," kata ku sambil melihat ke gadis gadis tadi. Sepertinya Ayah juga ikut melihat mereka.
"Ayah, cepat masuk mobil," aku mendorong Ayah untuk masuk ke mobil, lalu aku juga dengan cepat masuk ke mobil. Untungnya gadis gadis itu lewat tanpa melihat ke arah kami. Aku bisa menghela napas dengan lega.
Tapi Ayah masuk dan bertanya padaku. "Ada apa?" tatap nya dengan ku memakai wajah yang khawatir.
"Um... Tak ada apa apa... Hanya saja... Aku tak mau Ayah keluar lagi ketika menjemputku," kata ku, aku mengatakan hal itu agar Ayah benar benar tidak dilirik semua gadis itu, jujur saja aku agak iri jika mereka melirik Ayah.
Tapi siapa sangka, wajah Ayah menjadi terkejut tidak karuan, aku bahkan juga ikut terkejut melihat ekspresi Ayah itu.
"Sayang? Apa yang terjadi? Kenapa kau berkata seperti itu?"
"(Apa aku mengucapkan kalimat yang salah?)" Aku bahkan tak sadar bahwa kalimat yang aku ucapkan tadi benar benar menusuk di hati Ayah. Jadi Ayah mengira aku terganggu oleh nya yang selalu keluar mobil saat menjemputku.
"A... Ayah, maaf kan aku," aku langsung meminta maaf dan memegang lengan Ayah.
"Ayah, aku mengatakan kalimat yang salah, tapi Ayah harus tahu bahwa itu adalah sebuah kesalah pahaman. Se... Sebenarnya ini hanya berkaitan soal di sekolah," aku mengatakan nya dengan menyesal, aku bahkan merasa bersalah pada diriku sendiri telah mengatakan kata yang membuat Ayah terluka.
"Sayang, bisa katakan itu pada Ayah?" Ayah menatap dengan membelai pipi ku.
Tapi aku terdiam menundukan wajah dan di saat itu juga aku menangis. "Huaa!! Aku tak mau Ayah menjadi pembicaraan teman teman ku!! Aku takut Ayah akan di kejar mereka.... Aku juga takut saat Ayah tertarik dengan salah atau wanita di sana... Asal Ayah tahu mereka telah tergila gila dan menyebarkan rumor yang sangat banyak," aku mengatakan nya sambil menangis merengek.
Ayah terdiam dan tersenyum di lanjutkan tawa kecilnya. "Haha..."
"Kenapa Ayah malah tertawa, apa Ayah setuju jika mereka menyukai Ayah, mentang mentang Ayah tak punya pasangan, Ayah menerima mereka nanti di depan ku begitu saja begitu?!" aku mulai bernada marah dan kesal meskipun air mata masih tetap mengalir di mata ku.
"Sayang," panggil Ayah, dia mendekatkan wajah nya sangat dekat. "Kau tetap nomor satu, meskipun kau putri Ayah, tapi tak akan ada cinta yang terbagi dengan orang lain. Jangan khawatir soal mereka yang membicarakan tentang kita, biarkan saja hal itu terjadi."
"Tapi... Tapi..... Ayah nanti malah tertarik dengan mereka. Asal Ayah tahu, mereka juga lebih cantik dari aku."
"Bukankah kau bilang kau adalah bunga sekolah, kenapa merasa khawatir jika popularitas mu tersaingi, biarkan saja itu, jika di sekolah kau merasa tidak nyaman, maka di rumah lah yang paling nyaman," kata Ayah, mendengar itu aku benar benar sangat terharu dan tersentuh dengan perkataan Ayah.
"Baiklah, Ayah adalah satu satunya juga untuk ku," kata ku memegang tangan Ayah yang masih ada di pipi ku.
"Itu baru putriku," tambah Ayah, lalu untuk berterima kasih, aku mencium bibir samping Ayah membuat Ayah tersenyum kecil. Aku bahkan bisa merasakan senyum nya itu saat aku mencium bibir sampingnya.
"Apa ini tak apa apa Ayah?" aku masih menatap khawatir.
"Jangan khawatir, selagi kau tidak memikirkan mereka, kau juga tak akan bisa mencemaskan itu Sayang," Ayah membalas.
". . . Mungkin memang benar.... Ngomong ngomong, valentine kemarin sangat menyenangkan bukan?" tatap ku mencoba mencari suasana.
"Bukankah kamu mengatakan itu terus menerus, yeah, Valentine nya sangat luar biasa..." balas Ayah, dia membelai kepalaku pelan sambil masih mengemudi.
Lalu aku tanpa sengaja menatap ponsel ku dan ada notifikasi media sosial yang membahas hari spesial apa yang akan datang lagi dan rupanya musim sakura sebentar lagi.
"Ah, Ayah, sebentar lagi musim sakura bukan? Apa Ayah ikut bersama ku ke taman sakura nantinya?" aku menatap.
"Hm.... Belum yakin Sayang, masih ada beberapa bulan lagi, sepertinya Ayah harus pergi di hari itu mungkin kau bisa datang bersama dengan teman teman mu nantinya," balas Ayah. Aku mendengar itu benar benar kecewa.
"(Ya mau gimana lagi, punya Ayah peka itu memang hal yang langka bagi semua orang tapi punya Ayah yang memiliki banyak waktu menghabiskan bersama putrinya itu memanglah hal langka buatku, mau bagaimana lagi.)"