webnovel

Last Boss

Kenapa Iblis itu harus dibunuh? Pertanyaan itu muncul di kepalanya ketika ia diminta untuk mengisi kuisioner setelah dirinya berhasil mengakhiri game yang baru saja keluar kemarin. Edward, dia adalah seorang pelajar SMA tahun terakhir yang memiliki hobi bermain game. Dia adalah seorang maniak, hampir semua game yang dikeluarkan 2 atau 3 tahun sudah ia selesaikan. Game baru keluar, Aester World, ia menamatkannya hanya dalam waktu kurang dari 48 jam. Game menunjukkan credit staff yang terlibat bergerak ke atas sebagai tanda akhir dari permainan, namun ketika kredit selesai muncul sebuah pertanyaan. Ia berpikir jika itu hanya ulasan untuk iklan game mereka, namun semakin lama muncul pertanyaan yang semakin aneh. Hingga terakhir muncul sebuah pertanyaan yang tidak bisa ia jawab. Kalau begitu, bagaimana jika Kamu menjadi Raja Iblis? Monitor seketika berubah menjadi warna putih, cahaya dari layar menjadi sangat terang daripada biasanya sampai membutakan matanya untuk sesaat, lampu kamar tiba-tiba menyala sangat terang lalu meledak. Ruangannya bergetar hebat seolah di terjang gempa, ia melompat dari kursi karena panik, berlari kearah pintu keluar. Ketika matanya terbuka, semuanya berubah. Tidak ada lagi ruangan sempit yang berantakan, tidak ada lagi cahaya monitor yang menjadi sumber cahaya ruangannya. Semuanya berubah, hanya ada ruangan luas dengan cat merah gelap, ranjang yang luas, dan seorang perempuan yang siap melayaninya kapan saja. Ia berubah menjadi Boss Terakhir dari game Aester World, mungkin itu terdengar sangat luar biasa namun tidak untuknya ketika tahu takdirnya akan berakhir di tangan sang pahlawan. "Jangan bercanda! Aku tidak mau hidup ku berakhir! Aku akan bertahan hidup dan mengubah takdir ku!"

Sonzai · Fantasy
Not enough ratings
181 Chs

Chapter 39 - Pertemuan

Medan perang timur, pertahanan terakhir Negeri Elf berada di ujung tanduk. Aliansi suci membakar hutan-hutan disekitar tanpa ragu yang membuat kekuatan tempur Elf yang sangat mengandalkan hutan-hutan mereka mengalami penurunan secara drastis. Tidak ada pilihan lain selain mundur menjauh dan menyerah dengan medan tempur timur, meski itu akan membuat aliansi suci lebih cepat mencapai Ibukota Negeri Elf.

Sang Ratu yang berada di medan perang yang sama tidak membuat keputusan itu. Sampai titik terakhir, semua Elf akan mempertahankan medan perang ini, karena ini adalah medan perang terakhir untuk Negeri Elf, itu adalah perintah sang Ratu yang bergema di tengah medan perang menjadi penyemangat moral para Elf untuk bertahan meski semua itu sia-sia.

Pada akhirnya medan perang timur Negeri Elf dikuasai oleh Aliansi suci.

"Kita mengelahkan para Elf! Ini saatnya menaklukan Negeri Elf dan menuju Kekaisaran!"

Teriakan prajurit itu menyeruak, memberi semangat aliansi suci dan membuat Elf kehilangan harapannya. Bahkan sang Ratu mengendurkan panahnya disaat dia dan pasukannya terkepung dari segala arah.

"Tangkap Ratu Elf dan lucuti dia …"

Ratu Elf dan sisa pasukannya tidak bisa lagi melawan. Meski saat pasukan aliansi suci semakin mendekat, tetapi mereka tidak bisa melawan, semangat moral mereka telah menghilang. Tetapi, disaat mereka sudah menyerah, keajaiban menghancurkan seluruh pasukan aliansi disana.

"A--apa!?"

Sesuatu jatuh dari langit, memberi ledakan yang membuat pasukan aliansi kehilangan sebagian pasukan aliansi suci. Kemudian, satu persatu secara berurutan prajurit dengan zirah hitam  bermunculan dengan cepat dan mengepung pasukan Aliansi Suci yang tersisa. Pasukan zirah hitam bergabung dalam pertempuran dan menyudutkan pasukan aliansi suci, secara cepat pasukan zirah hitam itu menguasai medan perang dan memberikan serangan balik yang sangat membekas bagi pasukan aliansi suci, beberapa dari mereka mundur dan keluar dari wilayah Elf sedangkan sisanya ditahan oleh pasukan zirah hitam.

Sang Ratu mengangkat dagunya, menatap ke langit gelap, melihat seseorang dengan jubah yang menyatu dengan gelapnya malam. Andai tidak ada api yang membakar pohon mungkin ia tidak bisa melihat sosok itu, sosok yang menyelamatkan dirinya dan negerinya.

---

"Selamat datang Kaisar Iblis Void,"

Sang Ratu elf tersenyum lembut, mengangkat sedikit jahitan gaunnya, memberikan sambutan hangat kepada sang Kaisar Iblis. Void terdiam melihatnya, ia membuka layar status perempuan anggun di hadapannya, terkejut dirinya ketika melihat sebuah gelar yang tertulis di atas nama perempuan itu, Sylvia, Queens of the Elves.

"Terima kasih karena sudah jauh-jauh datang kemari untuk memenuhi undangan saya."

"Tidak, seharusnya saya yang berterima kasih karena sudah diundang. Walau meski tidak pun, saya sudah memiliki rencana untuk mengunjungi anda, Ratu Sylvia."

"Wah, sebuah kehormatan untuk saya."

Bermulut manis, pujian Void membuat senyuman terlukis di wajah sang Ratu Elf. Jika dirinya yang kemarin ia tidak akan mampu berbicara dan memuji seperti ini, Void belajar tanpa henti cara bersikap seperti seorang bangsawan melalui buku yang ia dapat dari perpustakaan Kekaisaran, karena status kecerdasannya yang melebihi 500 poin (Maksimal mencapai 1000 poin) itu membantunya untuk belajar lebih cepat dibandingkan dirinya dari dunia sebelumnya.

"Sebaiknya kita berpindah tempat, paduka Kaisar. Tidak enak juga terus berdiri di depan gerbang, mari ikuti saya."

Void tanpa berkata apa-apa lagi kemudian melangkahkan kakinya, melewati gerbang mengikuti sang Ratu Sylvia diikuti oleh pelayan dan sebagian pengawalnya sementara sisanya menjaga kereta kuda. Void mempersempit jaraknya dengan Sylvia, berjalan beriringan, memberi arti jika kedudukan mereka berdua setara sebagai seorang pemimpin. Tidak ada yang lebih tinggi ataupun lebih rendah diantara mereka berdua, meski Void seorang Kaisar dan Sylvia seorang Ratu dari Negeri Elf yang luasnya jauh lebih kecil dibanding Kekaisaran Iblis.

"Bagaimana perjalanan anda, paduka Void?" tanya Sylvia membuka obrolan ringan dengan sang Kaisar.

"Hm? Ah tidak ada hambatan selama saya datang kemari, Ratu Sylvia," Jawab Void, suaranya berat namun terdengar lembut menjawabnya.

"Begitu, syukurlah."

Void melihat sekelilingnya, halaman Istana yang dipenuhi dengan hamparan bunga yang mekar dengan sangat indah, ia merasakan nostalgia yang menyeksakkan hati saat melihat bunga-bunga. Kapan aku terakhir kali melihat pemandangan ini? Pikir Void, termenung sesaat melihat taman bunga itu, ujung matanya, Ratu Elf melihat Void tanpa sedikitpun menolehkan kepalnya.

"Ada apa, paduka Void?" Tanya Ratu Sylvia.

"Ah, tidak. Taman yang sangat indah, saya takjub melihatnya," Balas Void, setelah menoleh kearahnya sesaat, ia kembali melihat taman bunga di sampingnya.

"Wah, terima kasih. Saya dan pelayan saya sudah berusaha untuk menjaganya."

"Anda yang merawatnya? Semua ini?" tanya Void terkejut, seraya ia menoleh kearah Ratu Sylvia.

Sang Ratu tertawa dengan anggunnya, sedikit menyombongkan diri dengan tawanya itu kemudian berkata "Tentu saja. Ketika saya memiliki waktu luang, saya menghabiskannya dengan merawat bunga-bunga ini."

Void tersenyum tipis mendengar ucapannya, tak lama ia kembali memalingkan pandangannya kearah kebun bunga itu seolah ingin mencari tahu sesuatu dalam ingatannya, pelayannya yang berada dibelakang pun menyadari itu ketika melihat raut wajah tuannya yang tampak sangat rumit itu.

Langkah mereka terhenti ketika sampai di depan pintu istana yang tertutup yang sangat besar, berwarna putih dengan ukiran emas dari atas sampai ke bawah pintu itu, dua orang dengan pakaian hijau dengan sedikit warna putih pada jahitan lengan dan kancing mereka. Membawa  pedang yang terbalut sarungnya, menggantung di pinggang mereka berdua, tengah berdiri diantara dua sisi pintu itu.

Ketika mereka datang, dua prajurit yang menghadap kearah mereka kemudian bergerak dan saling berhadapan satu sama lain dalam waktu bersamaan, melangkah saling mendekat dan berhenti ketika hampir sampai di titik tengah pintu itu, membuka pintu besar itu hingga menimbulkan suara decitan yang bergema hingga kedalam ruangan yang sangat luas itu.

Void tidak begitu tergakum melihatnya, karena ruangan yang ia lihat saat ini tidak jauh lebih besar jika dibandingkan dengan ruang istana Kekaisaran. Pintu terbuka penuh, Ratu Sylvia dengan suara lembut meminta Void dan pengawalnya untuk masuk kedalam.

"Paduka Void, karena sudah siang bagaimana kalau anda juga ikut makan siang bersama saya, jika tidak keberatan? Sembari menunggu pria itu datang." ucap Ratu Sylvia menawarkan makan siang bersama.

Void menjawab tanpa ragu "Oh, saya tidak keberatan," namun ia sadar ucapan akhir Sylvia tidak membuatnya mengerti "Hm? Apa ada orang lain yang anda tunggu?"

Ratu elf itu tertawa kecil kembali, namun tawanya kali ini terdengar sangat puas akan sesuatu "Pemimpin dari Negeri persatuan Dwarf juga akan datang hari ini, paduka Void."

Hari ini di Negeri Elf, 3 pemimpin Negeri yang 500 tahun berperang dengan Aliansi Suci kini akan berkumpul kembali yang jelas yang dilakukan Ratu Elf tanpa alasan yang jelas, alasan yang Kaisar Iblis sendiri tidak ketahui.

To be continue